7 Agustus 2011

986 Mempermasalahkan Hadits tentang Khilafah

 
Prof Nadirsyah Hosen(#): Khilafah Islam, FIKTIF!
 
Para pejuang berdirinya khilafah percaya bahwa Nabi telah menjanjikan akan datangnya kembali khilafah di akhir jaman nanti. Ini dalil pegangan mereka:
"Adalah masa Kenabian itu ada di tengah tengah kamu sekalian, adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah 'ala minhajin nubuwwah), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya (menghentikannya) apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menggigit (Mulkan 'Adldlon), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menyombong (Mulkan Jabariyah), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah 'ala minhajin nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam." (Musnad Ahmad:IV/273) .
 
Ada baiknya kita bahas saja Hadis di atas.
Salah satu rawi Hadis di atas bernama Habib bin Salim. Menurut Imam Bukhari, "fihi nazhar". Inilah sebabnya imam Bukhari tidak pernah menerima hadis yang diriwayatkan oleh Habib bin Salim tsb. Di samping itu, dari 9 kitab utama
(kutubut tis'ah) hanya Musnad Ahmad yang meriwayatkan hadis tsb. Sehingga "kelemahan" sanad hadis tsb tidak bisa ditolong. Rupanya Habib bin salim itu memang cukup "bermasalah". Dia membaca hadis tsb di depan khalifah 'umar bin abdul aziz utk menjustifikasi bhw kekhilafahan 'umar bin abdul azis merupakan khilafah 'ala minhajin nubuwwah. Saya menduga kuat bhw Habib mencari muka di depan khalifah. Jadi nuansa politik hadis ini sangat kuat. Kalau khilafah 'ala minhajin nubuwwah periode yg kedua baru muncul di akhir jaman maka Umar bin Abdul Azis termasuk golongan para raja yang ngawur.
-----------
(#)
Prof. Dr. Nadirsyah Hosen adalah putra ahli fiqh Indonesia almarhum Prof. Ibrahim Hosen. Penulis adalah pengajar di Fakultas Hukum, Universitas Wollongong (NSW, Australia)
 
***
 
Gayung bersambut:
 
1. Nadirsyah Hosen tidak menulis yang ini: Hudzaifah berkata: "Saya hafal khuthbah Nabi saw. Nabi saw bersabda: dst." Artinya Hadits itu marfu', sanadnya sampai kepada Rasulullah SAW.
 
2. Nadirsyah Hosen menyatakan Habib bin Salim bermasalah karena mencari muka di depan khalifah tanpa berlandaskan referens, melainkan berlandaskan kata-kata: RUPANYA, dan DUGAAN KUAT.
 
3. Padahal yang sebenarnya, Habib bin Salim tidaklah membaca hadis tsb di depan khalifah, melainkan hanya menulis surat, di mana dalam surat itu beliau menulis; "Aku menulis hadits ini dan aku berharap khalifah 'Umar bin 'Abdul 'Aziz menjadi seperti para khalifah 'ala minhajin nubuwwah setelah kekuasaan kerajaan pemerintahan diktator". Beliau tidaklah mencari muka, karena beliau tidaklah menyatakan pemerintahan Umar bin Abdul Aziz termasuk sebagai khilafah 'ala minhajin nubuwwah, perhatikan ungkapan beliau: "Aku berharap".
 
4. Memang tak dapat disangkal bahwa pemerintahan Umar bin Abdul Azis itu baik dan adil, namun tidaklah signifikan disebut era khilafah 'ala minhajin nubuwwah, karena hanya berlangsung dua tahun lima bulan saja ketimbang kurun waktu antara tahun 661 (dimulainya Khilafah Ummayyah) hingga 1924 (berakhirnya Khilafah 'Utsmaniyah). Pemerintahan yang adil dan baik dari Umar bin Abdul Azis itu tenggelam dalam era 661 - 1924, selama 1263 tahun.
 
5. Sanad hadits antara perawi hadits Ahmad dengan Rasulullah SAW: Sulaiman bin Dawud al-Thayaalisiy - Dawud bin Ibrahim al-Waasithiy - Habib bin Salim - An Nu'man bin Basyir - Hudzaifah
                                            
6. Biografi:                                 
Nama Lengkap : Habib bin Salim              
Kalangan: Tabi'in kalangan pertengahan
Nasab: al-Anshariy.
Murid : antara lain Ibrahim Bin Muhâjir Bin Jâbir (Abu Ishaq), Bisyr Bin Tsâbit (Abu Muhammad), Basyîr Bin Tsâbit, Ja'far Bin 'Iyâs, Khalid Bin Mihran, Muhammad Bin Al Muntasyir, dll
Komentar Ulama:
Abu Hatim Ar Rozy, Tsiqah (kuat)
Abu Daud al-Sajastaniy, Tsiqah
Ibnu Hibban, Tsiqah
Al Bukhari Fiihi Nadzar (haditsnya perlu diteliti)
 
7. Bukti
Adapun komentar Al Bukhari tentang Habib bin Salim, tidak otomatis menjadikan Hadits ini lemah, namun perlu diteliti, dan hasil penelitian para ahli Hadits, mereka tidak melemahkan Hadits ini. Buktinya?  Imam Muslim sendiri juga meriwayatkan Hadits dari Habib Bin Salim semisal Hadits: "Rasulullah SAW biasa membaca surat Al A'la dan surat Al Ghasyiah dalam shalat dua hari raya dan shalat Jum'at. Bila shalat Id bertepatan dengan hari Jum'at, beliau juga membaca kedua surat tersebut dalam kedua shalat itu." Selain Imam Muslim, Habib Bin Salim juga merupakan perawi Abu Dawud (4 Hadits), At Tirmidzi (3 Hadits), an Nasa'i (8 Hadits), Ibnu Majah (2 Hadits), Imam Ahmad (16 Hadits). Seandainya mengikuti logika bengkok Nadirsyah Hosen yang hanya berdasar RUPANYA, dan DUGAAN KUAT, maka para ahli Hadits yang disebutkan namanya tsb, niscaya tidaklah akan memuat Habib Bin Salim sebagai perawi Hadits mereka.
 
Firman Allah:
-- YAYHA ALDzYN AMNWA AN JAaKM FASQ BNBA FTBYNWA AN TShYBWA QWMA BJHALT  FTShBHWA 'ALY MA F'ALTM NADMYN (S. ALHJRAT, 49:6), dibaca: yaa-ayyuhal ladziina amanuu in jaa-akum faasiqum binabain fatabayyanuu an tushiibu qawman bijahaalatin fatushbihuu 'alaa maa fa'altum naadimiin, artinya:
-- Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang-orang fasiq dengan informasi, maka periksalah dengan teliti, jangan sampai kamu tanpa pengetahuan menimpakan musibah kepada suatu kaum, lalu kamu menyesal atas perbuatanmu.
 
Asal tahu saja, Bang-One dalam diskusi Jakarta Lawyers Club terkait nyanian Nazaruddin pada malam Rabu, 26 Junl 2011, menutup duskusi dengan ayat (49:6) tsb.
WaLlahu a'lamu bishshawab.