5 Januari 1997

256. Penaklukan Dalam Nuansa Kedamaian

Salah satu diktum Perjanjian Hudaibiyah, yaitu perjanjian di antara dua Megara Kota: Madinah dengan Makkah yang ditanda-tangani oleh Nabi Muhammad SAW di satu pihak dan Suhail di lain pihak, bahwa qablilah-qabilah Arab diberi kesempatan untuk bergabung ke dalam salah satu di antara kedua negara kota tersebut. Juga pada salah satu diktum disepakati gencetan senjata di antara kedua pihak selama sepuluh tahun. Sesuai dengan kesepakatan itu qabilah Banu Bakr bergabung ke dalam aliansi kaum kafir Quraisy, sementara Banu Khuza'ah ke dalam aliansi kaum Muslimin Madinah.

Ternyata dua tahun kemudian Banu Bakr dengan dukungan pihak Makkah menuyerang Banu Khuza'ah. Dalam penyerangan itu banyak penduduk Banu Khuza'ah yang terbunuh. Utusanpun dikirim ke Madinah melaporkan pihak Makkah telah melanggar Perjanjian Hudaibiyah. RasuluLlah SAW segera mengumpulkan pasukan, lalu bergerak menuju Makkah, dan dalam perjalanan beberapa qabilah lain datang bergabung dengan RasuluLlah SAW. Tatkala pasukan itu tiba di FARAN jumlahnya telah mencapai SEPULUH RIBU orang. RasuluLlah SAW yang memimpin pasukan SEPULUH RIBU orang dari FARAN ini diprofesikan jauh sebelumnya oleh Nabi Musa dan Nabi Sulaiman 'alayhimassalam. Kita kutip dari The Holy Bible, King James (authorize) Version:

"And this is the blessing, where-with Moses the man of God blessed the Children of Israel before his death. And he said the Lord came from Sinai, and rose up from Seir unto them; the shined forth from mount PARAN and he came with TEN RHOUSAND of saints; from his right hand sent a fiery law for them" (Deuteronomy 23:1-2). Dan inilah berkat atas Bani Israil yang diberikan oleh Musa orang kepercayaan Tuhan sebelum wafatnya. Dan ia berkata: Tuhan datang dari Thursina dan terbit dari Seir atas mereka; ia terus bersinar gemerlapan dari bukit FARAN dan ia datang dengan SEPULUH RIBU pasukan syuhada; dari tangan kanannya datang syari'at yang cemerlang untuk mereka.(*)

My beloved is white and ruddy, the chiefest among TEN THOUSAND (The Song of Salomon 5:10). Kekasihku putih dan merah memimpin SEPULUH RIBU (orang).

Tatkala berita pasukan Muslimin dari Madinah itu sampai kepada penduduk Makkah, Abu Sufyan (Kepala Negara Makkah yang pernah mengepalai Konfederasi Arab yang mengepung Madinah dalam Perang Parit) dengan beberapa orang pengawal pribadinya meninggalkan Makkah menuju ke arah bukit FARAN. Mereka berjalan sepanjang hari tanpa berhenti, dan pada malam harinya mereka menyaksikan pandangan yang mengecutkan nyali Abu Sufyan. Ia menyaksikan hamparan sinar obor sepanjang mata memandang. Abu Sufyan menyadari tidak ada gunanya untuk berperang melawan pasukan Muslimin. Keesokan harinya Abu Sufyan menyaksikan dari tempat ketinggian pasukan Muslimin gelombang demi gelombang berbaris menuju Makkah. Nabi Muhammad SAW yang tujuh tahun lalu dikejar-kejarnya ke Gua Tsaur, yang hijrah ke Madinah, kini telah kembali dengan pasukan yang demikian banyaknya untuk mengambil alih Makkah.

***

Negara Kota Makkah menyerah tak bersyarat. RasuluLlah SAW mmberikan panji kepada Abu Ruwaihah, sambil bersabda: "Inilah Panji Bilal". (Sewaktu hijrah dahulu, setelah kaum Muhajirin tiba di Madinah, setiap Muhajir mengikat tali persaudaraan dengan seorang Anshar; dalam proses persaudaraan itulah Abu Ruwaihah mengikat tali persaudaraan dengan Bilal). Selanjutnya RasuluLlah SAW menyuruh Bilal berjalan di depan panji itu dan mengumumkan dengan suara nyaring, bahwa siapa saja dari penduduk Makkah yang minta perlindungan di bawah panji ini akan dilindungi dengan aman. Bilal yang dahulu adalah seorang budak yang berkulit hitam yang dihina dan disiksa, sekarang datang membawa panji keamanan. Inilah cara yang paling elok Bilal membalaskan "dendam"-nya kepada penduduk Makkah. Air tuba dibalas dengan air susu. Bilal yang dahulu dihina dan disiksa, kini datang membalas perlakuan penduduk Madinah itu dengan "panji" keamanan.

RasuluLlah SAW juga menyuruh Bilal untuk mengumumkan bahwa siapa saja yang diam di dalam rumahnya kemudian menutup pintu akan aman. Siapa saja yang masuk Ka'bah akan aman. Siapa saja yang berlindung di rumah Abu Sufyan akan aman. Yang terakhir ini menunjukkan bahwa RasuluLlah SAW tetap mengindahkan Abu Sufyan sebagai pemimpin Makkah.

RasuluLlah SAW begitu masuk kota Makkah langsung ke Ka'bah, rumah ibadah yang pertama dibangun oleh kakek kita Nabi Adam AS, di mana Hajar alAswad (batu hitam) satu-satunya bahan bangunan yang masih tertinggal. Kemudian Ka'bah dibangun kembali oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Isma'il 'alayhimassalam, atas petunjuk malaikat Jibril AS mengenai letak rumah ibadah yang dibangun kakek kita Nabi Adam AS, yaitu suatu gudukan tanah yang letaknya lebih tinggi dari tanah sekelilingnya. Juga Jibril AS menunjukkan kepada mereka berdua Hajar alAswad yang letaknya tidak jauh dari gundukan tanah itu. Rumah ibadah Bayt al'Athiq (Rumah Antik) kemudian telah dikotori oleh kebudayaan Arab Jahiliyah dengan 360 keping patung berhala sekeliling Ka'bah. Adapun Hajar alAswad adalah batu yang sangat istimewa, karena tidak pernah disembah oleh masyarakat penyembah berhala itu, bahkanpun tidak pernah menjadikannya sebagai wasilah (medium, penghubung) kepada Allah. Hajar alAswad merupakan tolok ukur keimanan Muslim yang berhaji, yakni pada waktu mencium Hajar alAswad wajib meyakinkan diri bahwa itu hanya batu biasa saja. Haji Eros Jarot (sutradara filim Cut Nyak Dien) menurut pengakuannya tidak berani mencium Hajar alAswad, hanya mencium tangannya kemudian menempelkannya pada Hajar alAswad, karena menurut pengakuannya ia kuatir, tidak bisa menjamin dirinya untuk tidak berpikiran lain-lain.

Ka'bah segera dibersihkan oleh RasuluLlah SAW dari pencemaran berhala-berhala itu. Setiap sekeping berhala tumbang, RasuluLlah SAW mengucapkan ayat:

"Wa Qul Ja-a lHaqqu wa Zahaqa lBa-thilu inna lBa-thila ka-na Zahuwqan (S. Al Isra-', 81). Katakanlah telah datang kebenaran dan telah lenyap yang batil, sesungguhnya kebatilan itu niscaya lenyap (17:81).

Setelah itu Nabi Muhammad SAW mengumpulkan penduduk Makkah, kemudian beliau mengingatkan perlakuan mereka, yaitu penghinaan, terror, penyiksaan, pembunuhan, pengasingan, pemboikotan ekonomi, pengisolasian sosial, dan pengusiran ummat Islam. Beliau bertanya: "Sekarang perlakuan apa yang seharusnya ditimpakan atas kamu sekalian?" Hampir semuanya penduduk Makkah, terutama para petingginya, hanya menundukkan kepala. Maka RasuluLlah SAW bersabda pula: "Mudah-mudahan Allah SWT mengampuni kamu sekalian. Hari ini tidak ada tuntutan tanggung-jawab atas kesalahan kalian. Pulanglah semuanya ke rumah kalian masing-masing dengan damai." Dan khusus kepada Abu Sufyan RasuluLlah SAW bersabda: "Engkau kutunjuk menjadi gubernur Makkah."

Kekejaman selama tiga belas tahun yang dimaafkan RasuluLlah SAW dalam waktu beberapa menit itu, sangatlah menyentuh hati semua penduduk Makkah. Abu Sufyan dan semua penduduk Makkah dengan ikhlas berduyun-duyun masuk Islam. Kemenangan atas Makkah tanpa pertumpahan darah, penaklukan territorial dan penaklukan hati nurani hanya berlangsung satu hari. Setelah amnesti umum itu, Nabi Muhammad SAW bersama pasukan SEPULUH RIBU itu semuanya kembali ke Madinah, tak seorang juapun yang tinggal berfungsi sebagai tentara pendudukan. Kemenangan atas Makkah itu terpateri dalam Al Quran:

"Idza- Ja-a Nashru Lla-hi wa lFathu . Wa Ra.ayta nNa-sa Yadkhuluwna fiy Diyni Lla-hi Afwa-jan . FaSabbih biHamdi Rabbika wa sTaghfirhu Innahu- Ka-na Tawwa-ban (S. AnNashr, 1-3). Apabila datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk ke dalam agama Allah berduyun-duyun . Maka tasbihlah dan tahmidlah kepada Maha Pengaturmu dan minta ampunlah engkau kepadaNya, sesungguhnya Ia Maha Penerima tawbat (110:1-3). Ini adalah satu-satunya Surah yang secara penuh turun di Makkah (Surah Makkiyah) pada periode setelah hijrah (periode Madinah). WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 5 Januari 1997
==============================
(*)
Dalam bahasa Arab dan Semit bentuk past tense dipakai untuk nubuatan, karena dalam ilmu nahwu, fi'il madhiy (past tense) di samping untuk masa lalu juga bermakna suatu peristiwa yang pasti akan terjadi. Peristiwa kiamat dikissahkan dalam Al-Quran, tasrif (konyugasi) dalam bentuk fi'il madhiy.

Tidak seorangpun bangsa Israel termasuk Yesus, yang ada hubungannya dengan Paran. Hajar, dengan anaknya Ismail AS, berkeluyuran di padang gurun Birsheba, yang kemudian menetap di padang gurun Paran (Kitab Kejadian 21:21). Ismail AS mengawini perempuan Mesir dan dari kelahiran anak sulungnya, Haidar (Kedar), memberikan keturunan kepada bangsa Arab, yang juga merupakan garis lurus silsilah: Haidar - Jamal - Sahail - Binta - Salaman - Hamyasa - 'Adad - 'Addi - Adnan - Ma'ad - Nizar - Mudhar - Ilyas - Mudrikah - Khuzaimah - Kinanah - Nadhar - Malik - Fihir - Ghalib - Luaiy - Ka'ab - Murrah - Kilab - Qushay - 'Abdul Manaf - Hasyim - 'Abd.Muththalib - 'Abdullah - NABI MUHAMMAD SAW. Sejak itu sampai sekarang menjadi penghuni padang gurun Faran. Bunyi nubuwat dalam Habakuk sangat perlu diperhatikan. Kemuliaannya meliputi langit dan bumipun penuh dengan pujiannya. Kata "pujian" ini sangat penting karena nama Muhammad secara harfiah berarti "orang terpuji". Para penghuni padang gurun Faran juga juga telah dijanjikan Wahyu: "Biarkan padang gurun menyaringkan suara dengan kota-kotanya dan sengan desa-desa yang didiami Kedar; biarkanlah bersorak-sorak penduduk Bukit Batu. (Yesaya 42: 11). Ada pula dua nubuat lain yang perlu diperhatikan yang merujuk ke Kedar.
-- Pertama dalam Yesaya: "Bangkitlah, bersinarlah karena terangmu datang, dan kemuliaan Tuhan atasmu ... Sejumlah besar unta akan menutupi daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa; mereka semua akan darang dari Syeba ... Demua kambing domba Kedar akan berhimpun kepadamu, domba-domba jantan Nebayit akan bersedia untuk ibadahmu: semuanya akan dipersembahkan di atas mezbahku, dan aku akan menyemarakkan rumah keagunganku." (Yesaya, 60:1-7).
-- Kedua lagi-lagi dalam Yesaya: "Ucapan ilahi terhadap Arabia. Di belukar Arabia engkau akan bermalam, wahai kafilah-kafila orang Dedan ! Penduduk tanah Tema membawakan air kepadanya yang sedang kehausan, mereka menyambut dia yang melarikan diri dengan roti. Karena mereka melarikan diri dari pedang ... dan dari busur yang dilentur, dan dari peperangan yang hebat. Karena beginilah Tuhan berfirman kepadaku: "Dalam setahun lagi, menurut masa kerja prajurit upahan, maka semua kemuliaan Kedar akan habis. Dan dari pemanah-pemanah yang gagah perkasa dari bani Kedar, akan tersisa sejumlah kecil saja" (Yesaya, 21:13-17).

Bacalah nubuat-nubuat dalam Yesaya menurut nubuat dalam Ulangan yang berbicara tentang Sinar Tuhan dari Faran. Jika Ismail AS menghuni padang gurun Faran, tempat ia melahirkan Kedar, yakni nenek moyang bangsa Arab, dan jika anak-anak Kedar harus memberikan sambutan pada altar ilahi untuk mengagungkan rumah keagunganku di mana kegelapan meliputi bumi selama berabad-abad, dan kemudian negeri itu akan menerima terang dari Tuhan, dan jika semua keagungan Kedar runtuh dan jumlah pemanah, orang-orang kuat dari anak-anak Kedar, lenyap dalam setahun setelah orang itu melarikan diri dari pedang-pedang dan dari busur-busur yang dibentang - Yang Kudus dari pegunungan Faran (Habakuk, 3:3) tak lain adalah Muhammad SAW. Muhammad SAW keturunan suci dari Ismail AS melaui Haidar, yang berdiam di padang gueun Faran. Muhammad SAW adalah satu-satunya Nabi melalui siapa bangsa Arab menerima wahyu di masa kerika kegelapan menyelimuti bumi. Melalui dia Tuhan bersinar dari Faran dan Makkah adalah satu-satunya tempat di mana "rumah keagunganku, rumah Tuhan (BaituLlah) dimuliakan dan domba-domba Kedar memberi sambutan di atas altarnya. Muhammad SAW dizalimi oleh kaumnya dan terpaksa meninggalkan Makkah. Dia kegausan dan melarikan diri dari pedang yang dihunus dan busur yang dibentangkan, dan tak lebih dari setahun setelah kepergiannya, anak cucu kerutunan Kedar berjumpa dengannya di Badar, tempat pertempuran pertama antara penduduk Makkah dengan Muhammad SAW bresama kaum Muhajirin dan Anshar dari Madinah, Bani Kedar dan sejumlah pemanah gugur dan semua kemuliaan Kedar tumbang.