19 Januari 1997

258. Metode Pendekatan Satu Kutub dalam Sejarah, Isyarat Al Quran Sebagai Mujizat

Dalam Seri 257 telah diperlihatkan pendekatan ilmiyah model baru, yaitu pendekatan ilmiyah yang Islami, yang saya namakan METODE PENDEKATAN SATU KUTUB. Metode itu berlandaskan Tawhid; Ayat Qawliyah dan Ayat Kawniyah menjadi sumber informasi; bertolak dan sikap ragu terhadap pemikiran manusia; observasi; penafsiran; ujicoba penafsiran yang dirujukkan pada sumber informasi Ayat Qawliyah dan Ayat Kawniyah. Kalau dalam Seri 257 tersebut Metode Pendekatan Satu Kutub ini diaplikasikan dalam bidang kosmologi, maka dalam seri ini metode tersebut diaplikasikan dalam bidang sejarah.

Dalam usahanya untuk menguasai Mesir yang sia-sia, walaupun dalam keadaan terdesak harus meninggalkan Afrika, Napolen Bonaparte (1769 - l821) sempat membawa Batu Rosetta (Rasyid) ke Perancis. Seperti diketahui Batu Rosetta adalah batu bertulis, yang di dapatkan dalam tahun 1799 dekat kota Rosetta, sebuah kota yang terletak di kuala S.Nil. Di atasnya secara bersebelahan terdapat naskah yang bertuliskan tiga aksara yang berbeda: huruf Yunani, tulisan kuno Mesir dalam bentuk hieroglyph dan dalam bentuk yang sudah disederhanakan (demotic), sehingga memungkinkan dapat diungkapkan kembali cara membacanya oleh Jean Francois Cahampollion (1790 - 1832). Maka dengan dapatnya dibaca hieroglyph itu, terkuaklah sejarah Mesir Kuno dengan lebih jelas.

Dalam kurun waktu antara 3000 - 2000 sebelum Miladiyah. merupakan zaman perunggu permulaan, mulailah zaman sejarah yang tertulis. Mesir diperintah oleh Dinasti Fir'aun I selama kurang lebih 3 abad (3000 - 2700) sebelum Miladiyah. Dalam kurun waktu antara (2000 - 1500) sebelum Miladiyah, zaman perunggu pertengahan, terdapat dua kerajaan yang berpengaruh: Mesir dan Mesopotamia. Terjadi emigrasi besar-besaran ke seluruh daerah subur bulan sabit (fertile crescent). Kemudian orang Hyksos (Raja Gembala) dari Kan'an menaklukkan Mesir dan menumbangkan Dinasti Fir' aun. Dinasti Hyksos ini menguasai Mesir selama kurang lebih 150 tahun, yaitu dari 1700 - 1550 sebelum Miladiyah.

Dalam hiergolyph Mesir disebut adanya orang Habiru d Mesir. Bangsa Habiru ini tidak lain dari orang Hebrew, atau Ibrani, atau bangsa al'Ibriyah alJadiydah. Dalam emigrasi besar-besaran itu yang disebutkan di atas itulah termasuk pula emigran bangsa Habiru ini. Pada zaman itulah, sekitar 1750 Sebelum Miladiyah Nabi Ibrahim AS di Palestina. Nabi Ibrahim AS membawa puaknya mengembara di Asia Kecil, ke Mesir, ke Sinai, ke Arabia. Dinasti Hyks?s itulah yang menerima kedatangan Nabi Ibrahim AS yang datang ke Mesir. Karena Dinasti Hyksos itu adalah bangsa al'Ibriyah alQadiymah, jadi sebangsa dengan Nabi Ibrahim AS, maka Nabi Ibrahim AS diperlakukan sangat bersahabat sebagai tamu oleh Dinasti Hyksos, bahkan mengawinkan Nabi Ibrahim AS dengan puteri istana, Sitti Hajar. Tiga generasi kemudian Hyksos memberi izin menetap kepada orang-orang Ibrani (Habiru) di delta s. Nil (Goschen), dipelopori oleh Nabi Yusuf AS.

Dalam kurun waktu (1500 - 1200) sebeum Miladiyah, zaman perunggu terakhir, Dinasti Fir'aun kembali berkuasa setelah mengalahkan Dinasti Hyksos dalamtahun 1550 sebelum Miladiyah. Politik Dinasti Fir'aun ini berubah 180 derajat terhadap orang-orang Habiru. Bangsa Habiru mulai ditekan, kemudian diperbudak. Hal ini mudah difahami, oleh karena bangsa Habiru serumpun dengan bangsa Hyksos, musuh bebuyutan dinasti Firaun. Maka pada sekitar tahun 1224 sebelum Miladiyah, orang orang Habiru hijrah (exodus) dari Mesir dipimpin oleh Nabi Musa AS. Tahun itu juga merupakan akhir dominasi Mesir, dengan ditenggelamkannya Firaun Menne Ptah oleh Allah SWT di Laut Merah.

Demikianlah basil kajian Ayat Kawniyah (sejarah termasuk dalam Ayat Kawniyah), bahwa ada ketidak-sinambungan Dinasti Fir'aun yang memerintah Mesir, yaitu pernah diputuskan mata rantai dinasti tersebut oleh Dinasti Hyksos, atau Dinasti Raja Gembala. Maka sesuai dengan Metode Pendekatan Satu Kutub, hasil kajian Ayat Kawniyah i?i perlu dirujukkan pada Ayat Qawliyah.

Berfinman Allah dalam Al Quran:
Wa Qa-la IMaliku inniy Aray Sab'a Baqaratin Sima-nin Ya'kuluhunna Sab'un 'Ija-nun, (S.Yuwsuf, 43). Dan berkata raja, sesungguhnya aku lihat (dalam mimpiku) tujuh ekor sapi gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi kurus (12:43).
Wa Qa-la IMaliku 'Tuwniy bihi, (S.Yuwsuf, 50). Dan raja berkata, bawalah ia (Yusuf) kepadaku (12:50).
Falabitsta Siniyna fiy Ahli Madyana Tsumma Ji'ta 'alay Qadarin YaMuwsay WaShtana'tuka liNafsiy. Idzhab Anta waAkhuwka biAyatiy waLa- Taniya- fiy Dzikry. Idzhaba- ilayFir'auna Innahu Thaghay (S. Thaha, 40-43). Maka engkau tinggal bertahun-tahun bersama penduduk Madyan, kemudian engkau datang menurut yang ditetapkan, hai Musa. Aku tela memilih engkau untukKu. Pergilah engkau bersama saudara engkau dengan ayat-ayatKu dan janganlah engkau berdua lalai dalam mengmngatKu. Pergilah engkau berdua kepada Fir'aun, sungguh dia amat durhaka (20:40-43).

Berdasarkan Ayat-Ayat Qawliyah yang dikutip di atas itu, Nabi Yusuf AS berhadapan dengan Malik(Raja) dan Nabi Musa AS berhadapan dengan Fir'aun, maka Dinasti Fir'aun pernah diputuskan mata rantainya oleh Dinasti Raja Gembala. Hasil kajian Ayat Kawniyah tentang Dinasti Fir'aun yang pernah terputus oleh Dinasti Raja Gembala itu tennyata DIKUATKAN OLEH Ayat Qawliyah. Alhasil hasil kajian Ayat Kawniyah itu benar adanya.

Ala Kulli Hal pada sisi lain isyarat Al Quran tentang adanya penguasa Mesir dari Dinasti Malik dan Dinasti Fir'aun, merupakan suatu Mu'jizat, karena tidak pernah disebutkan dalam sumber sejarah manapun, termasuk Perjanjian Lama, kecuali dari sumber hieroglyph Mesir, yang barulah dapat dibaca orang atas jasa Jean Francois Cahampollion pada akhir abad ke-18, melalui Batu Rosette yang dibawa oleh Napoleon Bonaparte dari Mesir ke Perancis. WaLlahu A'lamu bi shShawab.

*** Makassar, 19 Januari 1997