18 Mei 1997

273. Apakah Mungkin Disiplin Ilmu Teknik Mesin Dapat Diberi Nilai Agama?

Demi keotentikan, sebagai pertanggung-jawaban kepada Allah SWT, dalam kolom ini setiap ayat Al Quran ditransliterasikan huruf demi huruf. Bila pembaca merasa "terusik" dengan transliterasi ini, tolong dilampaui, langsung ke cara membacanya saja. Saya menerima tanggapan melaui telepon yaitu bagaimana mungkin dalam kurikulum setiap mata ajaran dapat diwarnai oleh nilai agama. "Ustadz, apakah mungkin disiplin ilmu teknik mesin dapat diberi nilai agama?" Sayangnya penanya itu tidak menyebutkan namanya. Tetapi menurut hemat saya dia itu dosen Jurusan Mesin, atau sekurang-kurangnya mahasiswa Jurusan Mesin. Tanggapan itu sehubungan dengan yang saya tulis pada hari Ahad yang lalu (Seri 272) dalam rangka menyambut Tahun Baru Hijriyah, 1 Muharram 1418. Saya kutip paragraf yang menyangkut materi tersebut:

"Kinerja sumberdaya manusia yang berakhlaq tinggi hanya dapat dicapai dengan merenovasi kurikulum dan mengubah sistem proses belajar-mengajar menjadi proses mendidik-mengajar. Pendidikan nilai-nilai agama dalam kurikulum diperbanyak porsinya. Silabi ditekankan pada nilai-nilai Syari'ah, bukan pada fiqh dan bukan pula bersifat hafalan. Bahkan pada setiap mata-ajaran diwarnai oleh nilai agama. Pilihan ganda (multiple choice) jangan dipakai dalam sistem evaluasi."

Sebenarnya pewarnaan nilai agama, terkhusus nilai Tawhid terhadap disiplin ilmu eksakta telah pernah saya kemukakan sejumlah beberapa kali dalam kolom ini. Khusus pewarnaan nilai Tawhid terhadap disiplin ilmu teknik mesin telah saya bahas dalam Seri 155 yang berjudul: "Aplikasi Hukum Themodinamika Kedua dalam Cakrawala yang Lebih Luas daripada Iptek." Saya akan kutip bagian esensial dari Seri 155 tersebut:

"Fisika klasik maupun fisika relativitas dengan gambaran dunia ruang waktu empat dimensi (four dimensional picture of the world, space-time continuum) tidak mempunyai ketegasan pengertian tentang arah waktu (time arrow). Oleh karena itu ada saja pakar yang membuat postulat tentang arah waktu sebaliknya, dari masa depan ke masa lalu. Postulat ini menimbulkan inspirasi bagi penulis novel yang bersipat science fiction, mengarang cerita tentang orang-orang yang menembus lorong waktu ke masa silam.

Sehubungan dengan arah waktu Allah berfirman: SBH ASM RBK ALA'ALY . ALDZY KHLQ FSWY (S. ALA'ALY, 1-2), dibaca: sabbihisma rabbikal a'la- . alladzi- khalaqa fasawwa- (s. al.a'la-), artinya: Sucikanlah nama Maha Pengaturmu Yang Maha Tinggi. Yaitu Yang mencipta lalu menyempurnakan (87:1-2). Menyempurnakan dalam ayat (87:2) memberikan keterangan secara tegas tentang arah waktu, yaitu dari masa lalu ke masa depan.

Dalam thermodinamika dikenal sebuah TaqdiruLlah yang disebut Hukum Thermodinamika Kedua dengan perumusan William Thomson Kelvin (1842 - 1907) dan perumusan Rudolf Clausius (1822 - 1888). Perumusan Kelvin menjadi asa mesin-mesin kalor dan perumusan Clausius menjadi asas mesin-mesin pendingin. Walaupun kedua perumusan itu secara verbal berbeda, namun pada pokoknya ialah dalam setiap proses thermodinamis, enropi akan naik. Secara keseluruhan entopi alam syahadah naik terus, jangankan turun, berhentipun tidak pernah. Ini yang disebut dengan irreversible.

Dalam hal panas, kenaikan entropi itu sebenarnya suatu kerugian dalam organisasi molekuler. Ungkapan organisasi molekuler ini perlu penjelasan. Sebuah bola baja yang jatuh jika dilihat secara mikroskopis, maka molekul-molekul bola baja itu bergerak ke bawah dengan pertambahan kecepatan yang sama dalam arti setiap saat besarnya dan arahnya sejajar serta molekul-molekul itu mengalami pula pertambahan tenaga kinetis yang sama besarnya. Dalam hal ini kita melihat dua hal, yaitu energi dan organisasi energi. Setelah bola baja itu menghantam landasan beton, maka sebagian dari molekul-molekul bola baja itu mengalami perubahan arah secara acak (random), ibarat nyamuk-nyamuk beterbangan tak teratur. Sebagian lagi molekul-molekul itu geraknya tetap teratur terorganiser, yaitu kecepataannya tetap sejajar dan sama besarnya. Maka tenaga bola baja itu terbagi dua. Tenaga molekul-molekul yang acak tak terorganiser yang ibarat nyamuk-nyamuk beterbangan itu berubah wujud dari tenaga kinetis menjadi tenaga panas. Di samping itu keacakan molekul-molekul yang seperti nyamuk itu mempengaruhi struktur bola baja itu dalam wujud perubahan bentuk menjadi "gepeng". Sedangkan tenaga molekul-molekul yang tetap terorganiser itu tetap berwujud tenaga kinetis yang menyebabkan bola baja itu "melenting" ke atas mengikuti hukum mekanika yaitu bagian dari SunnatuLlah yang dapat diungkapkan oleh Sir Isaac Newton (1642 - 1727) dalam bentuk rumus: Aksi = - Reaksi. Makin tinggi keacakan molekul-molekul yang seperti nyamuk itu makin besar pua kuantitas terjadinya tenaga panas. Tinggi rendahnya keacakan itu tergantung dari sifat material itu. Benda yang plastis tinggi keacakannya sedangkan benda yang elastis rendah keacakannya. Berubahnya sebagian tenaga kinetis itu menjadi tenaga panas, itulah yang dimaksud dengan kerugian organisasi molekulur seperti disebutkan di atas itu.

Karena memang didapatkannya ilmu thermodinamika itu untuk kepentingan efisiensi dalam rancang bangun teknologi, sedangkan sifat Iptek khususnya dan ilmu sekuler umumnya yang dipelajari orang hingga dewasa ini dibangun di atas paradigma empirisme yang bergandengan tangan erat dengan filsafat posirtivisme dan utilitarianisme, maka pengkajian sudah logis jika berhenti pada aplikasi Ip pada Tek. Yang logis belum tentu benar. Sesungguhnya Iptek itu menurut Syari'ah harus dimerdekakan dari kungkungan positivisme dan menjangkau di atas cakrawala yang lebih tinggi dari utilitiarisme. Iptek harus dibangun di atas landasan paradigma empirisme (ayat kawniyah) yang bernilai Tawhid, dengan tidak mengabaikan kemanfaatannya. Maka pemikiran logis tidak akan berhenti pada hanya aplikasinya dalam rancang bangun mesin-mesin konversi tenaga belaka.

Demikianlah pula arah waktu dipertegas dalam ayat kawniyah yaitu bagian TaqdiruLlah yang disebut Hukum Thermodinamika Kedua yang irreversible seperti yang telah diuraikan di atas itu. Hukum Thermodinamika Kedua tidaklah menyangkut tabiat molekul secara individual, melainkan menyangku keseluruhan unsur molekul yang acak dalam "masyarakat" molekul yang hiruk-pikuk (the random element in the crowd). Keadaan molekul yang makin acak yang tidak terorganiser itu menunjukkan arah waktu yang tegas dari masa lampau ke masa depan, oleh karena molekul-molekul yang bergerak ibarat nyamuk itu tidak dapat lagi kembali kepada keadaan semula. Keacakan ini adalah harga yang dibayar oleh transformasi fisis, suatu prinsip umum TaqdiruLlah yang diungkap oleh Ludwig Boltzmann (1844 - 1906).

Allah SWT menyempurnakan hasil ciptaannya FSWY (fasawwa-) berupa transformasi fisis alam syahadah di satu pihak, sedangkan di lain pihak Allah SWT mengurangi persediaan tenaga. Begitu transformasi fisis sudah disemuprnakan Allah SWT, entropi menjadi maximum, persediaan tenaga habis, berhenti pulalah proses di alam syahadah ini, dan inilah akhir alam syahadah, kemudian menyusullah hari kiamat (dari Qiya-m artinya berbangkit), yaitu diri (nafs) manusia di alam barzakh bangkit dengan tubuh yang baru, lalu menghadapi pengadilan Allah di Yawmuddin (Hari Pengadilan), lalu masuk ke alam akhirat, surga bagi yang beruntung karena tunduk pada Syari'ah, atau neraka bagi yang celaka karena tidak tunduk pada Syari'ah baik karena membangkang ataupun karena kafir semasa hidupnya di dunia.

Dalam uraian di atas itu bukan hanya sekadar dibahas pewarnaan nilai agama (axiology) terhadap disiplin ilmu thermodinamika, tetapi juga menyangkut dengan epistemology (the origin of nature, methods, and limits of human knowledge) dan ontology (the nature of existence). WaLla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 18 Mei 1997