25 Mei 1997

274. Seekor Kerbau Berkubang Semua Kena Lumpurnya

Kerbau-kerbau ternak potong yang dilepas bebas di lembah ataupun di pinggir-pinggir hutan yang berpadang rumput hidup secara bergerombol, merumput bersama-sama. Apabila sekelompok kerbau sedang merumput yang badannya masih belum berlumpur karena belum sempat berkubang, lalu ada seekor anggota kelompok pergi berkubang dahulu kemudian baru datang bergabung merumput dengan kelompoknya, maka berlakulah pepatah di atas itu: Seekor Kerbau Berkubang Semua Kena Lumpurnya.

Mengapa kerbau-kerbau yang masih bersih karena belum berkubang sempat kena lumpur dari kerbau yang baru selesai berkubang itu, oleh karena kerbau itu baik sedang merumput maupun sedang berjalan ekornya senantiasa bergerak mengipas kiri kanan. Barangkali beberapa di antara kita ini pernah juga mengalaminya, apabila sedang berpapasan dengan rombongan kerbau, baik berlawanan arah, maupun searah dengan mobil kita, ataupun kelompok kerbau itu sedang memotong jalan. Kita yang di dalam mobil secara otomatis akan menutup kaca jendela mobil (yang tidak ber-AC) untuk menghindarkan percikan lumpur yang dikipaskan berirama oleh ekor kerbau yang baru berkubang di pinggir jalan.

RasuluLlah SAW dalam salah satu Hadits beliau mengibaratkan masyarakat dalam negara sebagai orang-orang yang menumpang kapal. Setiap orang menempati posisi tertentu dalam kapal. Ada yang menempati geladak, ada yang menempati ruang bawah. Apabila orang di ruang bawah menghendaki air (diasumsikan kapal itu berlayar di permukaan danau yang tawar airnya), maka orang itu harus melakukan prosedur naik dahulu ke geladak baru menimba air (dahulu belum dikenal pompa dalam kapal). Jikalau ada orang yang mau cepat (berakselerasi modernisasi), tidak menghiraukan prosedur, yaitu ia melubangi dinding kapal, maka orang itu harus dicegah. Sebab kalau tidak dicegah, maka yang kena musibah tidaklah khusus menimpa orang yang berlaku zalim melubangi dinding kapal itu saja, melainkan seluruh penumpang dan kapal itu akan tenggelam.

Allah SWT berfirman:

WatTaquw Fitnatan La- Tushiybanna Lladziyna Zhalamuw Minkum Kha-shshatan. Wa'lamuw Innama- Amwa-lukum wa Awla-dukum Fitnatu (S. Al Anfa-l, 25 dan 28). Dan hindarkanlah fitnah yang tidak (hanya) menimpa orang zalim (saja) di antara kamu. Dan ketahuilah sesungguhnya harta-hartamu dan anak-anakmu adalah fitnah (8:25 dan 28).

Dalam bahasa Indonesia fitnah berarti perbuatan menyebarkan issu yang sesungguhnya bertentangan atau tidak dilakukan ataupun tidak diucapkan oleh orang yang bersangkutan. Dalam bahasa Al Quran fitnah mempunyai pengertian yang lebih luas dari itu. Dalam bahasa Al Quran fitnah berarti melakukan perbuatan yang mendatangkan musibah atas orang banyak dan lingkungan alam sekitar.

Melubangi dinding kapal seperti dalam Hadits di atas itu adalah suatu perbuatan fitnah, karena akibatnya akan terjadi musibah yaitu seluruh penumpang akan tenggelam dan kapal akan karam. Harta benda dan anak-anak adalah fitnah, yaitu dapat membawa musibah. Dalam beberapa tafsir fitnah yang berhubungan dengan harta benda dan anak-anak ditafsirkan cobaan. Melakukan tindak korupsi ataupun kolusi adalah berbuat fitnah karena mendatangkan musibah bagi rakyat dan Negara Republik Indonesia, ibarat melubangi dinding kapal seperti dalam Hadits di atas itu. Dalam kasus Bre-X Minerals Ltd perbuatan mencampur bubuk emas pada sampel yang akan diperiksa di laborarorium sehingga menghasilkan laporan pemalsuan kandungan emas Busang, adalah penipuan yang berkualitas fitnah, karena membawa musibah mencemarkan harga diri bangsa Indonesia, mengapa Departemen Pertambangan dan Energi begitu gampang ditipu oleh Bre-X Minerals Ltd tersebut. Bre-X yang berkubang, harga diri bangsa Indonesia kena lumpurnya (baca: dipermalukan, nipakasiri').

Organisasi Peserta Pemilu berhak membuat perkiraan perolehan suara Pemilu 1997 sebagai upaya mendeteksi lebih dini kemungkinan massa dan pendukung OPP bersangkutan, demikian ditegaskan oleh Sekretaris PPD I Sulsel. Menurutnya pula kasus temuan PPP di Bone dan Luwu (serupa dengan temuan perkiraan hasil Pemilu di Bengkulu dan Lampung yang mengundang kecurigaan akan kemungkinan adanya rekayasa hasil Pemilu) hanya kreatifitas seorang kader Golkar yang juga aparat Kades dan Camat. Perkiraan perolehan suara itu disusun berdasar potensi dan pengamatan yang dilakukan selama ini. Tentang oknum Kades dan Camat tegas Sekretaris PPD I Sulsel lebih lanjut, itu tidak menjadi masalah. Tetapi sangat perlu dipahami, demikian Sekretaris PPD I Sulsel menekankan pula, oknum Camat dan Kades mungkin saja melepas atribut sebagai aparat pemerintah atau panitia pemilih di desa dan mereka berperan sebagai kader salah satu OPP.

Kita seyogianya berhusnu-zhzhan (berasumsi baik) seperti sikap Sekretaris PPD I Sulsel tersebut. Kalau asumsi itu benar, maka AlhamduliLlah, segala puji bagi Allah. Semua akan beres, Pemilu akan berjalan lancar dan sukses dalam pengertian akan langsung, umum, bebas dan rahasia bagi peserta Pemilu, serta akan jujur dan adil sebagai predikat penghormatan atas aparat pelaksana proses Pemilu, dijauhkan Allah dari ketidak jujuran dan ketidak adilan rekayasa hasil perhitungan suara.

Tetapi kalau asumsi itu meleset, maka AstghfiruLlah, semoga Allah mengampuni kita. Semoga tidak terjadi apa yang dikatakan oleh Ali Sadikin (Bang Ali), mantan Gubernur Jakarta, mengenai proses perhitungan suara Pemilu 1977. Seperti diketahui sistem perhitungan komputersisasi saat itu baru pertama kali digunakan yang dimulai dari Jakarta. Apa kata Bang Ali? "Kalau sudah selesai dihitung kita kumpul dan tinggal distel di komputer, dari situ ketahuan. Sekonyong-konyong saya masih menghitung di sini, dari Sulsel sudah selesai. Anda gambarkan bagaimana bisa begitu mendahului kita." Jika asumsi itu meleset dalam arti ada aparat yang tidak dapat memilah diri kapan dirinya kreatif sebagai panitia pemilih, serta kapan dirinya kreatif sebagai kader OPP, maka akan terjadilah seperti apa yang dikatakan oleh pepatah yang menjadi judul seri ini: Seekor Kerbau Berkubang Semua Kena Lumpurnya.

Apakah asumsi itu benar (baca: tidak akan ada satu daerahpun terdapat rekayasa) atau meleset (baca: akan ada daerah yang terdapat rekayasa), hanya Allah Yang Maha Tahu, waLlahu A'lamu bi shShawab.

*** Makassar, 25 Mei 1997