3 Juli 2005

683. Demokrasi yang Bertumpu pada Humanisme-Liberalisme

Jika di Barat dan sebagaian negara Eropa kalangan gereja secara keras melawan kaum 'hombreng', anehnya di Indonesia, yang mayoritas Muslim, justru membiarkan ketika TV kita mempropagandakan homo/lesbian dengan alasan kebebasan HAM. Madrid menjadi tempat terjadinya protes besar-besaran di Spanyol hari Sabtu, 18 Juni 2005, yaitu para kardinal Katolik Roma dan sejumlah uskup agung memimpin sebuah barisan melawan pengesahan perkawinan sesama jenis yang diajukan pemerintah. Aksi itu juga merupakan protes keras gereja kepada pemerintahan Sosialis yang liberal.

Lebih dari 500.000 umat Katolik berkampanye didukung sekitar 20 uskup senior untuk menentang hukum baru yang akan efektif saat Parlemen Spanyol menetapkan/mengesahkannya menjadi hukum positif. Pengesahan itu akan membuat Spanyol menjadi negara keempat di Eropa yang melegalkan perkawinan sesama jenis, dan negara kedua yang mengijinkan hak adopsi untuk pasangan homoseksual setelah Belgia dan Inggris melegalkan perkawinan sesama jenis dan Belanda melegalkan baik perkawinan sesama jenis maupun hak adopsi pasangan homoseksual.

***

Sistem demokrasi adalah sistem buatan manusia yang bertumpu di atas paradigma sinergi humanisme-liberalisme. Sehingga APA SAJA bisa masuk agenda legislatif untuk diambil keputusan dengan VOTING. Yang APA SAJA itu termasuklah antara lain homo/lesbian, free srx, pornografi, porno aksi dlsb.

Adapun nenek moyang demokrasi adalah sekularisme. Sejak memudarnya kejayaan Imperium Romawi (abad ke-3 M), gereja Kristen mulai masuk ke arena kekuasaan politik. Kaisar Konstantin, penguasa Romawi yang pertamakali memeluk agama Kristen, menggabungkan kekuasaan negara dengan urusan gereja sehingga pihak gereja memiliki peranan besar dalam pengambilan keputusan politik. Gereja memiliki supremasi yang sangat tinggi hampir dalam setiap urusan. Kekalahan telak pasukan salib dari tentara Khilafah Islamiyyah, dan kegeraman para pemikir Eropa kepada gereja, menumbuhkan benih-benih pemberontakan pada abad ke-14. Hal ini juga disebabkan oleh gencarnya penerjemahan buku-buku berbahasa Arab ke dalam bahasa Latin Eropa sejak abad ke-10 yang berpusat di Andalusia (Spanyol). Peradaban Islam telah memberi inspirasi kepada para pemikir Eropa untuk mendobrak kejumudan yang meliputi seluruh daratan Eropa saat itu, yang dikenal sebagai Dark Ages (Masa Kegelapan).

Pada tahun 1618 meletus perang sipil di seluruh daratan Eropa antara pendukung dan penentang supremasi gereja. Perang itu berlangsung selama 30 tahun dan menghabiskan sepertiga penduduk Eropa serta meruntuhkan sebagian besar kerajaan di Eropa. Perang terlama terjadi antara Perancis dan Spanyol sampai tahun 1659. Akibatnya, para pemikir terpecah menjadi dua kelompok:

  1. yang mempelajari filsafat Yunani, disebut Naturalis, dan meyakini bahwa akal manusia mampu menyelesaikan semua persoalan;
  2. yang berpihak pada gereja, disebut Realisme, dan meyakini ajaran gereja sebagai kebenaran.
Di Itali, dua kelompok ini dikenal sebagai Gulf dan Ghibelline, dan mereka saling berperang memperebutkan kekuasaan. Pertentangan panjang itu akhirnya dimenangkan oleh kelompok naturalis yang mendasarkan pemikirannya pada penyingkiran peran agama dari kehidupan negara, yang kita sangat kenal yaitu sekularisme. Dalam sekularisme politik dan segala urusan duniawi telah menjadi sangat bebas nilai (liberalisme). Tidak ada satupun yang membatasi. Tidak nilai agama. Tidak pula nilai moral. Salah satu lambang betapa liarnya dunia politik sekuler adalah buku karya Niccolo Machiavelli yang berjudul The Discourses on the First Ten Books of Livy dan The Prince. Salah satu pilar pemikiran politiknya adalah: Politik adalah sesuatu yang sekuler. Politik adalah pertarungan antar manusia untuk mencari kekuasaan. Dalam politik tidak ada nilai kebenaran, yang ada adalah brutal, bohong, dan egoisme yang harus mengikuti qaidah universal, yaitu: Tidak ada teman yang lestari, yang ada hanya kepentingan yang lestari. Penguasa yang sukses harus belajar dari sejarah, harus mengamati para pesaingnya, dan mampu memanfaatkan kelemahan mereka. Dalam dunia pewayangan itu semua mengumpul dalam tabiat benggolan yang dikenal bernama Cakil.

***

Ditinjau dari akar kelahirannya, Islam jelas berbeda dengan demokrasi. Sistem Islam tidak lahir dari akal-akalan manusia, tetapi merupakan wahyu Allah SWT. Tetapi dalam bahasa Barat yang sekuler menyebut Islam sebagai Mohammedanism untuk menimbulkan kesan Islam sebagai agama buatan Muhammad. Firaman Allah:
-- ALYWM AKMLT LKM DYNKM WATMMT 'ALYKM N'AMTY WRDHYT LKM ALASLAM DYNA (S. ALMAaDt, 5:3), dibaca: alyauma akmaltu lakum di-nakum wa atmamtu 'alaikum ni'mati- wa radhi-tu lakumul Isla-ma di-nan (s. alma-idah), artinya: Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu AHAMA kamun, dan telah Kucukupkan atas kamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai ISLAM menjadi AGAMA bagi kamu.

Selain dari segi akar kelahirannya, ada perbedaan antara Islam dengan demokrasi yang bertumpu pada Humanisme-Liberalisme dalam hal kedaulatan, sumber kekuasaan dan kebebasan. Diharap pembaca bersabar menanti Seri 684 yang akan disajikan insya-Allah pada hari Ahad yang akan datang. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 3 Juli 2005