4 September 2005

692. Klasifikasi Ayat Berdasar Kriteria Turunnya Wahyu

Untuk menghemat ruangan, maka sekali ini yang dituliskan hanya terjemahan ayat-ayat saja.

1. Tanpa Latar Belakang, ada tiga jenis:

1.1. Perintah ataupun seruan Langsung
contoh: Hai orang-orang beriman telah diwajibkan atasmu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, supaya kamu bertaqwa (S. Al Baqarah, 2:183)

1.2. Perintah ataupun seruan tidak langsung, yaitu ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW, yang maksudnya tertuju pula kepada semua ummat Islam.
contoh: Hai Nabi, mengapakah engkau haramkan sesuatu yang dihalalkan Allah bagimu, karena menuntut keridhaan isteri-isterimu? Allah Pengampun lagi Penyayang (S. At Tahrim, 6:1).

1.3. Pemberitahuan berupa larangan secara langsung untuk dipatuhi.
contoh: Dan janganlah kamu jadikan nama Allah (dalam sumpah kalian) sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan (S. Al Baqarah 2:224)

2. Mempunyai Latar Belakang yang biasa disebut Asbabun Nuzul, ada dua jenis:

2.1. Pertanyaan/permintaan kepada Nabi Muhammad SAW ada tiga jenis pula:

2.1.1. Pemintaan fatwa kepada Nabi Muhammad SAW.
contoh: Dan mereka minta fatwa kepadamu tentang para perempuan (S. An Nisa 4:127)
2.1.2. Pertanyaan kepada Nabi Muhammad SAW yang murni pertanyaan, tidak mengandung unsur perlawanan/bantahan.
contoh: Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit, katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi pelaksanaan ibadah) haji (S. Al Baqarah, 2:189).
2.1.3. Pertanyaan yang mengandung unsur perlawanan/bantahan.
contoh: Berkatalah orang-orang kafir: "Mengapa Al Qur^an itu tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) sekali turun saja?" Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu (untuk menghafal) dengannya Kami menurunkannya (supaya engkau hai Muhammad) membacakannya kelompok demi kelompok (S. Al Furqan, 25:32).

2.2 Mempunyai Latar Belakang Situasi Sosial Politik

2.2.1 Latar Belakang Situasi Sosial, misalnya sehabis perang banyak anak yatim.
contoh: Berikanlah kepada anak-anak yatim hartanya dan janganlah kamu tukarkan yang baik dengan yang buruk dan janganlah kamu makan harta mereka bersama harta kamu. Sesungguhnya makan harta anak yatim itu suatu dosa yang besar. Jika kamu takut kamu tidak akan berlaku adil tentang anak-anak yatim, maka nikahilah olehmu perempuan-perempuan yang baik bagimu, berdua, bertiga atau berempat orang. Tetapi jika kamu takut tidak akan berlaku adil, maka nikahilah seorang saja, atau nikahilah hamba sahaya. Yang demikian itu lebih dekat kepada tiada aniaya (S. An Nisa, 4:2-3).
2.2.2 Latar Belakang Situasi Politik.
contoh: Telah dikalahkan Rum. Di bumi yang dekat, dan mereka sesudah kalah itu akan menang. Dalam beberapa tahun, kepunyaan Allah urusan sebelum itu dan sesudahnya. Pada hari (kemenangan Rum) itu akan bergembira orang-orang mukmin (S. Ar Rum, 30:2-4).

Menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW situasi politik "internasional" didominasi oleh perselisihan yang telah berlangsung selama dua abad antara Kerajaan Parsi (Sassan) dengan Imperium Romawi Timur (Rum). Selama dalam keadaan tidak perang yang jarang terjadi, kedua kerajaan itu saling mengintip dengan penuh kecurigaan sambil mengadakan manuver memperbaiki posisi masing-masing memasang kuda-kuda untuk berlaga kembali. Sesungguhnya penyerangan Abraha dengan pasukan bergajahnya itu terhadap negara-kota (city state) Makkah termasuk dalam skenario manuver dari pihak Rum. Dalam manuver itu Rum menjalin persekutuan dengan Habasyah (Abessinia) untuk menghadapi Sassan. Abraha adalah gubernur Yaman yang merupakan vazal dari Habasyah. Dalam pertikaian antara Rum dengan Sassan itu Qabilah Quraisy di Makkah memihak kepada Sassan. Manuver itu tidak berhasil oleh karena Allah SWT memelihara Ka'bah, walaupun tatkala itu Ka'bah sedang dikotori oleh patung-patung berhala. Allah SWT mengirimkan burung-burung berbondong-bondong yang melempar ashha-bul fi-l (pasukan bergajah) Abraha dengan batu-batu kerikil yang membawa azab penyakit. Peristiwa serangan pasukan bergajah itu merupakan "topic of the year" dalam kalangan bangsa Arab, sehingga dinamakanlah tahun itu dengan tahun gajah, yaitu tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Karena manuver dari pihak Rum tidak berhasil, penduduk negara-kota Makkah, yaitu Qabilah Quraisy tetap berpihak kepada Sassan, hingga datangnya Islam. Setelah datang Islam, pandangan politik penduduk negara-kota Makkah pecah dua. Ummat Islam berpihak kepada Rum yang Nasrani, sedangkan penduduk yang menyembah berhala tetap berpihak kepada Sassan penyembah api.

Hiraqla (Heraclius) [575? - 641]M., Kaisar Rum [610 - 641]M. dikalahkan pasukannya di Chalcedon oleh pasukan Khosrau Parvez, Raja Sassan [590 - 628]M. Kekalahan Rum di Chalcedon itu mempunyai arti strategis bagi Sassan, karena kota itu terletak di mulut Asia Kecil hanya dipisahkan oleh selat Bosporus dari ibu kota Kerajaan Rum, Konstantinopel. Tatkala informasi tentang kekalahan pasukan Rum itu sampai di kota Makkah, penduduk negara-kota Makkah yang musyrik penyembah berhala itu bersuka-ria kegirangan mengejek ummat Islam. Maka turunlah S. Ar Rum tersebut, yang memberikan informasi bahwa pasukan Rum sesudah dikalahkan dalam beberapa tahun kemudian akan menang terhadap Khosrau. Hiraqla mengadakan serangan balasan yang pertama, akan tetapi gagal. Namun dalam serangan balasan yang kedua Hiraqla berhasil mengalahkan pasukan Khosrau. Tatkala berita kemenangan Rum itu sampai di Makkah, maka bergembira orang-orang mukmin. Rum sesudah kalah itu telah menang atas Sassan, seperti yang diprofesikan dalam S. arRum. Artinya apa yang termaktub dalam S, ArRum itu merupakan kemu'jizatan Al Qur^an. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 4 September 2005