18 September 2005

694. Gus Dur dkk vs DR. Husaini Hasan cs

Pada hari Kamis, 15 September 2005 ybl Aceh Monitoring Mission, AMM (Misi Monitoring Aceh) telah mulai bekerja, penyerahan persenjataan GAM telah dimulai, dan bersamaaan dengan itu relokasi tentara dan polisi non-organik telah dimulai pula.

***

Namun sebelumnya muncul batu-batu kerikil, yaitu mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) hari Jumat, 9 September 2005 pagi memimpin unjuk rasa untuk menentang penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Pemerintah RI dan Gerakan Aceh Merdeka. Ketua Umum Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa ini berada di baris paling depan dengan menggunakan kursi roda. Gus Dur (Gus adalah gelar yang diberikan kepada anak kiyai) memimpin longmarch para mahasiswa antara lain berasal dari Front Aksi Mahasiswa UI, Front Aksi Mahasiswa Trisakti, dan Front Kota. Unjuk rasa itu dari Bundaran Hotel Indonesia menuju Istana Kepresidenan. Gus Dur turun ke jalan membawa bendera Gerakan Nusantara Bangkit Bersatu (GNBB), organisasi yang dia deklarasikan bersama mantan wapres Try Soetrisno, mantan ketua DPR Akbar Tandjung, dan suami mantan presiden Megawati, Taufik Kiemas. Selama berdemo, Gus Dur tidak banyak berkomentar. Gus Dur hanya menjelaskan maksud demonstrasi. Katanya, demonstrasi ini bukan anti-siapa-siapa. Bukan untuk gerakan oposisi, MoU Helsinki telah membuka peluang Aceh lebih cepat merdeka. Sudah itu Gus Dur naik ke mobil Toyoto Land Cruisher hitam dengan nomor polisi B 1926 AW untuk istirahat.

***

Ibarat dua sisi mata-uang, ukiq dan ballang (istilah judi tradisional Makassar "campalleq"), jika Gus Dur dkk adalah sisi mata uang ukiq, maka sisi ballang adalah The Coalition of the Voice of International Achehnese for Democracy (Koalisi Suara Masyarakat Aceh Internasional untuk Demokrasi) telah lebih dahulu mengadakan Press Release pada 16 Agustus 2005 (satu hari setelah penanda-tangan MoU) sambil mengibarkan bendera Koalisi Suara Masyarakat Aceh Internasional untuk Demokrasi yang dijahit di Stockholm pada tanggal 14 Agustus 2005. Inilah inti Press Release tersebut:

We, the voice of International Achehnese for Democracy, who are concerned about justice and ever lasting peace in Acheh, here declare that we absolutely do not agree with the process in making decisions between GAM and the Indonesian government that has been signed on August 15 2005 in Helsinki. We make this important decision after deep analysing of how the meeting process and the decision have been reached between GAM (who claimed them selves as the only representative of the people of Acheh) and RI on the other side. (Kami, suara dari Koalisi Masyarakat Aceh Internasional untuk Demokrasi yang prihatin mengenai keadilan dan kedamaian yang berkesinambungan di Aceh, dengan ini menyatakan bahwa kami tidak dapat menerima proses pengambilan keputusan yang melahirkan kesepakatan antara GAM-RI yang ditanda tangani pada 15 August 2005. Kami mengambil pendirian ini setelah mengamati proses perundingan dan pengambilan keputusan dalam negosiasi antara pihak GAM--yang mengklaim dirinya sebagai representative rakyat Acheh--dengan RI pada pihak yang lain.

For and behalf of coalition
Untuk dan atas nama koalisi
DR. Husaini Hasan, Sweden
Eddy Suheri, USA,
Dr. Lukman Thaib, Malaysia,
Ir. Harun Chaiyal Julana, Quwait,
Ir. Teuku Asnawi Ali, USA,

***

Demonstrasi pada pihak ukiq dipimpin oleh Gus Dur dan Koalisi pada pihak ballang dikepalai oleh DR. Husaini Hasan, maka inilah yang melatar-belakangi lahirnya judul Seri 694 ini: "Gus Dur dkk vs DR. Husaini Hasan cs."

Pada sisi ukiq Gus Dur dkk menaruh rasa curiga bahwa MoU Helsinki telah membuka peluang Aceh lebih cepat merdeka, sedangkan pada sisi ballang Husaini Hasan cs tidak dapat menerima proses pengambilan keputusan yang melahirkan MoU tersebut. Gus Dur dkk dan Husaini Hasan cs difasilitasi alat fikir dan hati nurani oleh Allah SWT. Gus Dur dkk cs lebih mendahulukan rasa curiga dan Husaini Hasan cs lebih mendahulukan kerisauan teknis proses ketimbang semua orang Aceh menyambut kesepakatan Helsinki dengan sangat antusias. Sekarang saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air di Aceh yang telah lama menderita sedang mendambakan perdamaian, keamanan, kejujuran, keadilan, kemakmuran, dan kesejahteraan. Kok begitu sampai hati Gus Dur dkk dan Husaini Hasan cs lebih mendahulukan rasa curiga yang tak beralasan dan teknis prosedur tersebut, Masya-Allah!

Hidup di dunia hanya untuk sementara, ingatlah akan Firman Allah:
-- WLQD DzRaANA LJHNM KTsYRA MN ALJN WALANS LHM QLWB LA YFQHWN BHA WLHM A'AYN LA YBShRWN BHA WLHM aADzAN LA YSM'AWN BHA AWLaK KALAN'AM BL HM ADhL AWLaK HM ALGhFLWN [S. ALA'ARAF, 7:179], dibaca: walaqad dzara'na- lijahannma katsi-ram minal jinni wal insi lahum qulu-bun la- yafqahu-na biha- walahum a'yunun la- yubshiru-na biha- walahum a-dza-nun la- yasma'u-na biha ula-ika kal an'a-m bal hum adhallu ula-ika humul gha-filu-n [s. al a'ra-f], artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyakan dari golongan jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak berapresiasi dengannya, mereka mempunyai mata, tetapi tidak melihat dengannya, dan mereka mempunyai telinga, tetapi tidak mendengar dengannya. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang yang lalai. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 18 September 2005