25 Maret 2007

771. Sistem Kontrol Angka 19 adakah Haditsnya?

Kalau dalam Seri 768 yang lalu kita mengajak pembaca sejenak meninggalkan dahulu bumi yang hiruk-pikuk ini, mendahului menyepi, untuk bertamasya ke bola langit, maka dalam Seri 771, kita masih mengajak hal yang sama, sejenak meninggalkan dahulu bumi yang hiruk-pikuk ini. Sebuah pertanyaan yang agak lama dipending menjawabnya, yaitu melalui jalur pribadi (Japri) saya terima e-mail yang menanyakan: "Fungsi angka 19 dalam S. Al-Muddatstsir, ayat 30 sebagai sistem kontrol yang merupakan mekanisme untuk mengontrol keotentikan Al-Quran Mushhaf ‘Utsmani, mengapakah Nabi SAW, yang merupakan keniscayaan tahu sistem kontrol itu, beliau tidak menjelaskannya dalam Hadits?

Adapun ayat itu tergolong dalam ayat yang pendek:
-- ALYHA TS'AT 'ASyR (S. ALMDTsR, 74:30), dibaca:
-- 'alaiha- tis'ata 'asyara, artnya:
-- padanya 19

Pertanyaan ini gampang-gampang susah. Gampangnya ialah, harus diingat bahwa salah satu perbedaan antara Hadits dengan Al-Quran, yaitu seluruh ayat yang diucapkan RasuluLlah termaktub dalam Musshaf 'Utsmani, artinya tidak ada ayat yang kurang, dan tidak ada selain ayat yang termaktub dalam Musshaf 'Utsmani, artinya tidak ada yang berlebih. (Bahasa "Bugis/Makassarnya", the whole ayat, and nothing but the ayat). Sedangkan mengenai Hadits ada yang berlebih yaitu hadits palsu, dan tidak semua Hadits sempat dicatat. Maka tentang Sistem Kontrol angka 19 sebagai mekanisme untuk mengontrol keotentikan Al-Quran Mushhaf ‘Utsmani, termasuklah yang tidak sempat dicatat. Itu gampangnya. Yang susah dijawab ialah, apabila memang RasuluLlah SAW tidak menjelaskannya kepada para sahabat, mengapa beliau membiarkan hal tersebut, yaitu biarlah nanti ummat Islam di belakang hari mengungkapkan fungsi angka 19 itu.

Saya minta kesabaran pembaca dalam hal ini, sebab saya akan bercerita dahulu tentang "telur Columbus". Dalam sejarah yang dipelajari di sekolah yang dikutip oleh guru-guru dari buku-buka sejarah, disebutkah bahwa penemu benua Amerika adalah Christopher Columbus dalam tahun 1492. Padahal itu tidak benar. Sejumlah fakta berupa Dokumen Historis, Eksplorasi Geografis, Prasasti dalam Bahasa Arab menunjukkan bahwa Muslimin dari Spanyol dan Afrika Barat tiba di Amerika sekurang-kurangnya lima abad sebelum Columbus. Pada pertengahan abad ke-10, pada waktu pemerintahan Khalifah Umayyah, yaitu Abdurrahman III (929 - 961) M, Muslimin yang berasal dari Afrika berlayar ke Barat dari pelabuhan Delbra (Palos) di Spanyol menembus "samudra yang gelap dan berkabut". Setelah menghilang beberapa lama, mereka kembali dengan sejumlah harta dari negeri yang "tak dikenal dan aneh". Ada kaum Muslimin yang tinggal bermukim di negeri baru itu, dan mereka inilah kaum emigram Muslimin gelombang pertama yang sempat disaksikan oleh Columbus. Pada hari Senin 21 Oktober 1492 Columbus menuliskan bahwa sementara ia berlayar dekat Gibara pada bagian tenggara pantai Cuba, Columbus menyaksikan masjid di atas puncak bukit yang indah [THACHER,JOHN BOYD: Christopher Columbus, New York 1950].

Pada pertengahan abad ke-16 berlangsung pemaksaan besar-besaran secara kejam atas orang-orang Yahudi dan Muslimin untuk menganut agama Katholik, yang terkenal dalam sejarah sebagai Spanish Inquisition. Penganiayaan itu mencapai puncaknya semasa Paus Sixtus V (1585-1590). Sekurang-kurangnya ada dua dokumen yang menyangkut inkusisi ini. Yang pertama, Raja Spanyol Carlos V mengeluarkan dekrit pada tahun 1539 melarang penduduk bermigrasi ke Amerika Latin bagi keturunan Muslimin yang dihukum bakar dan dieksekusi di kayu sula. Yang kedua dekrit itu diratifikasi pada 1543, dan disertai perintah pengusiran Muslimin keluar dari jajahan Spanyol di seberang laut Atlantik. Ini adalah bukti historis adanya emigran Muslimin gelombang kedua sebelum tahun 1543, yaitu kelompok Muslimin yang meluputkan diri dari inkusisi tersebut dengan hijrah menyeberang Laut Atlantik.

Pada waktu Columbus menemukan benua Amerika itu, di mana-mana ramailah orang-orang Spanyol menjadikan buah bibir percakapan tentang kehebatan Columbus. Dalam suatu perjamuan, di mana Columbus hadir tetapi tidak dikenal orang, tatkala kehebatan Columbus sedang asyik-asyiknya menjadi buah bibir perbincangan, tiba-tiba berdiri seseorang berkata: "Apa hebatnya Columbus, semua orang kalau berlayar ke barat tentu mendapatkan benua baru itu." Perbualan terhenti, hening sejenak. Maka berdirilah Columbus, yang masih belum dikenal itu, berkata: "Tuan-tuan kita bicara lain saja." Sambil mengulurkan tangannya mengambil sebuah telur rebus di atas meja, kemudian mengangkatnya tinggi-tinggi ke atas, menyambung bicaranya: "Siapa di antara tuan-tuan yang dapat menegakkan telur ini di atas meja, ayuh mari kita masing-masing menguji keterampilan". Pendek kata, tidak ada orang yang berhasil menegakkan telur rebus itu. Lalu Columbus mengambil kembali telus rebus itu, menghunus pisau dari pinggangnya, ditetaknya sedikit ujung telur rebus, kemudian ditegakkannya di atas meja. Maka tegaklah telur rebus itu. Secara serempak semua dalam majelis perjamuan itu menimpali: "Kalau begitu semua orang bisa saja melakukannya." Maka Columbus memperkenalkan dirinya: "Sayalah ini Columbus, saya menemukan benua baru itu seperti menegakkan telus rebus ini. Sebelumnya, tidak ada orang mengambil inisiatif untuk berlayar ke barat, demikian pula sebelumnya tidak ada yang terpikir oleh tuan-tuan untuk menetak ujung telur ini. Inilah cerita tentang telur Columbus.

Insya-Allah dalam Seri 772 yang berikut akan diceritakan antara lain siapa yang mendapatkan "telur Columbus" dalam mengungkap ayat (74:30) ALYHA TS'AT 'ASyR, padanya 19, sebagai sistim kontrol, yaitu mekanisme untuk mengontrol keotentikan Al-Quran Mushhaf ‘Utsmani. Dan juga akan dibahas kesulitan teknis yang dialami orang-orang terdahulu dalam mangaplikasikan mekanisme sistem kontrol itu. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 25 Maret 2007