9 September 2007

795. Persiapan Menjelang Puasa Ramadhan

Sebermula diinformasikan, bilakah masuk 1 Ramadhan 1428 H. Inilah Persiapan Menjelang Puasa Ramadhan dalam konteks waktu permulaan puasa.

Di Makassar keadaan bulan sabit (hilal) seperti berkut:
ijtima'/Conjuction : 11 Sept 2007 jam 20:45:22 waktu setempat (WS)

Pada malam Rabu (Selasa malam)
Matahari terbenam : 18:01:55 WS, hilal masih di bawah ufuk, -2° 50' 52", jadi hilal belum wujud, tidak bisa diru'yah. Maka malam Rabu itu masih akhir bulan Sya'ban. Artinya bulan Sya'ban dicukupkan 30 hari. Fakmiluw 'iddata sya'baana tsalaatsiyn (R.Bukhariy), artinya: sempurnakanlah bilangan Sya'ban tiga puluh.

Pada hari Rabu 12 September 2007
Matahari Terbenam : 18:01:42 WS
Bulan terbenam : 18:34:27 WS
Selisih B-M : 0:32:45
Tinggi bulan : 7° 13' 30", jadi menurut hisab hilal sudah wujud, dan insya-Allah bisa diru'yah kalau langit bersiah dari awan.

Jadi begitu matahari terbenam pada malam Kamis (Rabu malam), masuklah 1 Ramadhan 1428
mulai shalat tarwih, malam Kamis
mulai makan sahur, Kamis subuh
mulai ibadah puasa, hari Kamis 13 September 2007
Bulan purnama 26 September 2007

***

Persiapan menjelang puasa Ramadhan dilakukan dengan berziarah kubur sambil membawa bunga?. Say itu with flower ? Bukan, bukan itu. Ziarah kubur itu tidak mengenal waktu tertentu, setiap saat, bisa kita ziarah kubur. Itu bukan ibadah mahdhah (ritual). Ziarah kubur menjelang bulan Ramadhan dengan demikian tidak masuk kategori Syari'ah. Say itu with flower hanya dilakukan terhadap orang yang masih hidup, sebagai basa-basi pergaulan, tidak termasuk ibadah jenis mu'amalah, jadi apatah pula, lebih-lebih lagi, tidak masuk kategori Syari'ah.

Perintah puasa fardhu Ramadhan diwahyukan pada bulan Sya'ban tahun 2 Hijriyah:
-- YAYHA ALDzYN KTB ‘ALYKM ALShYAM KMA KTB ‘ALY ALDzYN MN QBLKM L’ALKM TTQWN (S. ALBQRt, 2:183), dibaca:
-- ya-ayyuhal ladzi-na a-manu- kutiba ‘alaikumush shiya-mu kama- kutiba ‘alal ladzi-na ming qablikum la’allakum tattaqu-n, artinya:
-- Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu supaya kamu bertaqwa.

Ayat (2:183) menunjukkan bahwa modal utama untuk ibadah puasa adalah iman. Oleh sebab itu menjelang bulan Ramadhan kita perlu mengevaluasi iman kita masing-masing, dan untuk evaluasi itu perlu tolok ukur. Allah SWT sudah mengatur bahwa dalam bulan Rajab terjadi peristiwa Isra-Mi'raj. Firman Allah:
-- WMA J’ALNA ALRaYA ALTY ARYNK ALA FTNt LLNAS (S. ASRY, 17:60), dibaca:
-- wa ma- ja’alnar ru’ya- allati- araina-ka illa- fitnatal linna-si, artinya:
-- dan tidaklah Kami jadikan penglihatan yang Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai fitnah bagi manusia.

Penglihatan yang diperlihatkan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah Ayat Kubra tatkala beliau Mi'raj. Sedangkan fitnah dalam ayat ini bermakna ujian ataupun cobaan atas keimanan seseorang. Jadi menurut ayat ini Mi'raj merupakan tolok ukur bagi seseorang untuk mengevaluasi keimanannya. Makin cerewet fuadnya (rasionya) terhadap Mi'raj makin kurang kadar keimanannya. Inilah yang terjadi tatkala Nabi Muhammad SAW menginformasikan bahwa beliau Isra-Mi'raj kepada penduduk Makkah. Ummat Islam ada yang tetap teguh imannya, ada pula yang menjadi ragu, bahkan ada yang kembali kafir, sedangkan kaum kafir Quraisy bertambah-tambah kafir dan pembangkangannya. Terjadilah kristalisasi ummat Islam, walaupun secara kuantitas menurun, namun secara kualitas meningkat. Ummat Islam yang telah berkristal menjadi sumberdaya manusia yang berkualitas itu menjadi kaum Muhajirin satu tahun delapan bulan kemudian, lalu mereka bersama-sama kaum Anshar, penduduk Muslim Madinah, mendirikan Negara-Kota Islam Madinah.

RasuluLlah SAW Mi'raj menembus ruang alam syahadah yang nisbi ini. Menembus masuk alam ghaib, alam malakut, alam fawqa malakut, bahkan malaikat Jibril AS sendiri tidak mampu menembus alam fawqa malakut. Jibril AS menyusut mengecil, tidak tahan melampaui alam fawqa malakut: "Teruslah sendiri hai Muhammad, saya tidak mampu lagi", ujar Jibril AS. RasuluLlah SAW menembus masuk ruang ghaib yang mutlak, tidak nisbi, alam yang bebas dari ruang dan waktu. Pertanyaan DI MANA tidak punya arti sama sekali, juga pertanyaan KAPAN tidak punya arti juga, yang lalu, sekarang dan yang akan datang "menyatu". Hanya Allah yang Maha Tahu dan RasuluLlah SAW yang mengetahui keadaan ghaib yang demikian itu. Jadi tidak usah pusing-pusing memikirkan bagaimana bisa RasuluLlah "bertemu" dengan Nabi-Nabi terdahulu, melihat surga serta isinya dan neraka serta isinya, yang bagi kita di alam syahadah ini surga dan neraka itu sebagai tempat yang akan berisi kelak di waktu yang akan datang. Janganlah akal kita disuruh berpikir melampauai batas kapasitasnya. Karena kapasitas akal hanya sebatas informasi yang dapat dideteksi oleh pancaindera. Berpikir melampaui batas kapasitas akal minimal tidak efisen maksimal akan merusak iman. Demikianlah peristiwa Mi'raj merupakan tolok ukur dalam mengevaluasi iman kita masing-masing. Kadar keimanan berbanding terbalik dengan "kecerewetan" rasio kita. Demikianlah mulai bulan Rajab menjelang Ramadhan dalam rentang waktu itulah kita intensif mengevaluasi iman kita.

Apa tujuan puasa ? Seperti dinyatakan dalam ayat (2:183), la'allakum tattaqu-n. Puasa adalah upaya meningkatkan diri kita dari beriman menjadi bertaqwa. Orang beriman belum tentu bertaqwa, sebaliknya orang bertaqwa dengan sendirinya beriman. Insya-Allah akan dilanjutkan dalam Seri 796 hari Ahad yang akan datang. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 9 September 2007