16 September 2007

796. Tujuan Puasa Ramadhan

Paket ayat-ayat ttg puasa dimulai dengan:
-- YAYHA ALDzYN KTB ‘ALYKM ALShYAM KMA KTB ‘ALY ALDzYN MN QBLKM L’ALKM TTQWN (S. ALBQRt, 2:183), dibaca:
-- ya-ayyuhal ladzi-na a-manu- kutiba ‘alaikumush shiya-mu kama- kutiba ‘alal ladzi-na ming qablikum la’allakum tattaqu-n, artinya:
-- Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu supaya kamu bertaqwa.

Jadi tujuan puasa, seperti dinyatakan dalam ayat (2:183), yaitu supaya kamu bertaqwa. Puasa adalah upaya meningkatkan diri kita dari beriman menjadi bertaqwa. Itu artinya orang beriman belum tentu bertaqwa, sebaliknya orang bertaqwa dengan sendirinya beriman.

Dalam shalat wajib lima kali sehari semalam, kita berdo'a 17 kali kepada Allah:
-- AHDNA ALShRATh ALMSTQYM (S. ALFATht,1:6). dibaca:
ihdinash shira-thal mustaqi-m (s. alfa-tihah), artinya:
-- Tunjukilah kami jalan yang lurus,
Maka do'a itu dijawab Allah:
-- DzLK ALKTB LA RYB FYH HDY LLMTQYN . ALDzYN YWaMNWN BALGhYB WYQYMWN ALShLWt W MMA RZQNHM YNFQWN (S. ALBQRt, 2:2-3), dibaca:
-- dza-likal kita-bu la- raiba fi-hi hudal lilmuttqi-n . aldzi-na yu’minu-na bil ghibi wa tuqi-mu-nash shala-ta wa mimma
razaqna-hum yunfiqu-n (s. albaqarah), artinya:
-- Itu Al-Kitab tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.

Dari ayat (2:2-3) dapat kita simak bahwa bertaqwa itu adalah kombinasi dari beriman, mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat.

Taqwa = Iman + Shalat + Zakat

Dalam Seri 795 ybl telah dikemukakan bahwa orang beriman belum tentu bertaqwa, sebaliknya orang bertaqwa dengan sendirinya beriman. Dan itu jelas, jika disimak rumus tersebut di atas. Maka dapatlah dihayati dengan baik ayat (2:183), seperti dijelaskan di atas: Puasa adalah upaya meningkatkan diri kita dari beriman menjadi bertaqwa. Ummat Islam sejak kecil telah diajarkan Rukun Iman yang enam. Jadi tidak perlu dijelaskan lagi di sini. Namun yang perlu penjelasan ialah tujuan puasa: taqwa. Kata ini dibentuk oleh akar kata dari tiga huruf: Waw, Qaf, Ya [W-Q-Y], artinya menjaga diri supaya terpelihara. Taqwa kepada Allah, yaitu terpelihara dari pengaruh iblis melalaikan perintah Allah dan melanggar larangan Allah. Umumnya ummat Islam walaupun sudah tahu betul itu Rukun Iman, tetapi tidak jarang pula yang melalaikan perintah Allah, karena perintah itu terasa "berat" dan melanggar larangan Allah, karena larangan itu terasa "enak". Contohnya yang paling mudah dipantau ialah kewajiban shalat dan puasa. Betapa banyak ummat Islam yang tidak shalat dan tidak berpuasa, karena bagi mereka itu perintah Allah tersebut terasa "berat". Mereka ini tak kunjung meningkat menjadi taqwa. Masih ingat orang-orang yang cerewet terahadap Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Pornografi dan Porno aksi? Dengan seribu satu macam alsan mereka berupaya menegakkan benang basah, padahal pada hakekatnya itu tidak lain dari desakan naluri selera rendah berhubung "enak" ditonton bagi penonton dan "enak" mendapatkan keuntungan fulus bagi manajer dan tim pelaku porno aksi dalam tayangan TV. Demikian pula yang pernah marak di daerah ini yaitu panggung pertunjukan "candoleng-doleng". Motifnya bagi penonton karena "enak" ditonton dan bagi tim manajer dan pelaku "candoleng-doleng", karena "enak" mendapat fulus, serta bagi penyelenggara acara itu supaya banyak yang datang mengunjungi kenduri itu membawa fulus.

Orang bertaqwa itu ibarat menempuh semak onak duri dirinya terhindar dari luka ditusuk duri, bahkan pakaiannyapun tak ada yang cabik. Itu di hutan, kalau di kota, ibarat menempuh lalu lintas yang ramai dan semraut, terhindar dari tabrakan.

Di manakah rahasianya mengapa puasa itu dapat meningkatkan diri orang beriman menjadi bertaqwa? Ibadah puasa sifatnya berbeda dengan ke empat Rukun Islam yang lain. Kalimah Syahadatain diucapkan dimulut, dibenarkan oleh pikiran dan dimantapkan di qalbu (saya merasa risih mempergunakan ejaan kalbu, karena kalbu itu artinya anjing), sifatnya terbuka, karena diucapkan, orang lain dapat mendengarnya. Shalat juga sifatnya terbuka, karena teridiri atas gerakan dan ucapan, dapat dilihat dan didengar. Mengeluarkan zakat, naik haji juga terdiri atas gerakan dan ucapan sehingga juga sifatnya terbuka. Jadi Rukun Islam pertama, kedua, ketiga dan kelima dapat saja dikerjakan atas dasar riya, penampilan, tidak atas dasar iman. Seorang jurkam misalnya, ia dapat saja shalat untuk menarik massa, bukan atas dasar iman. Seorang naik haji dapat saja bukan atas dasar iman, melainkan untuk status sosial.

Lain halnya dengan Rukun Islam yang keempat ini, yaitu puasa. Ibadah puasa ini sifatnya tertutup, tidak dapat ditunjukkan kepada orang lain. Yang dapat ditunjukkan kepada orang adalah berbuka puasa dan berpura-pura loyo atau meludah-ludah secara demonstratif. Maka puasa itu hanya dapat dilaksanakan oleh orang-orang yang beriman, karena yang tahu bahwa ia berpuasa hanya dirinya sendiri dan Allah SWT. Karena puasa itu tidak dapat dilaksanakan atas dasar penampilan, maka puasa itu betul-betul sangat bermanfaat untuk melatih diri meningkatkan keampuhan tenaga pengendali dalam diri kita, dengan demikian kita mampu menjaga diri supaya terpelihara. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 16 September 2007