11 Oktober 2009

892. Mengkaji S.Al-Muluk ayat 19

Ta'ziah untuk semua penduduk di front terdepan pesisir Sumatera Barat, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Painan dan Ranah Minang yang lain, serta Kabupaten Kerinci dan daerah Jambi selebihnya, yang mengalami musibah gempa bumi (gampo), semoga Allah memberikan rahmat kesabaran atas segala ujianNya bagi yang masih hidup, dan mati syahid bagi mereka yang ditimpa musibah dalam keadaan tidak bermaksiyat, serta yang mendapat cedera, ingatlah Hadits ini: Tidak ada seorang muslim pun yang ditimpa gangguan semacam tusukan duri atau yang lebih berat daripada itu melainkan dengan ujian itu Allah SWT menghapuskan perbuatan buruknya serta digugurkan dosa-dosanya sebagai mana pohon kayu menggugurkan daun-daunnya… [HR Bukhari dan Muslim].

***

-- AW LM YRWA ILY ALThYR FWQHM ShFT W YQBDhN, (S. AL MLK,
67:19), dibaca:
-- awa lam yaraw ilath thayri fawqahum sha-ffa-tin wa yaqbidhna, artinya:
-- Tidakkah mereka melihat kepada burung di atas mereka berbaris-baris dan menguncupkan.

Ada dua hal yang menggelitik kita untuk mengkaji ayat (67:19) tersebut.
Pertama, Allah menyuruh kita memperhatikan burung yang bersaf-saf, artinya yang sedang terbang melaju, karena burung yang sedang bertengger di atas pohon tidak bisa bersaf-saf.
Kedua, ada keanehan, bahkan tampaknya bertentangan, yaitu bagaimana bisa disinergikan burung yang sedang terbang melaju sambil bertengger di atas pohon. Kata yaqbidhna berbentuk mutsanna. Seperti diketahui dalam bahasa Arab ada tiga tingkat kata-kata: mufrad (singular), mutsanna (dual) dan jama' (plural, tiga ke atas). Jadi yaqbidhna, burung itu menguncupkan dua sayap, dan itu artinya sedang bertengger.

Marilah kita kaji kedua hal tersebut.
Pertama, Allah menyuruh kita memperhatikan burung yang bersaf-saf, jadi tentu ada yang spesifik dalam hal ini. Kalau kita tinggal di bagian permukaan bumi yang mempunyai 4 musim, maka pada musim gugur akan terlihat rombongan angsa terbang ke arah selatan bersaf-saf dalam formasi "V" untuk menghindari musim dingin. Ada beberapa fakta ilmiah tentang hal rombongan angsa tersebut terbang dengan formasi "V". Setiap burung yang terbang akan bersusah-payah untuk menembus dinding udara di depannya. Dalam formasi "V", maka setiap burung memberikan "daya dukung" bagi burung yang terbang dibelakangnya. Ini terjadi karena burung yang terbang di belakang tidak perlu bersusah-payah untuk menembus dinding udara di depannya. Dengan terbang dalam formasi "V", seluruh kawanan angsa dapat menempuh jarak terbang 71% lebih jauh dari pada kalau setiap burung terbang sendirian. Kalau seekor angsa terbang keluar dari formasi rombongan, ia akan merasa berat dan sulit untuk terbang sendirian. Dengan cepat ia akan kembali ke dalam formasi untuk mengambil keuntungan dari daya dukung yang diberikan burung didepannya. Ini pelajaran bagi manusia, bahwa orang-orang yang bergerak dalam arah dan tujuan yang sama serta saling membagi dalam komunitas, maka komunitas itu dapat mencapai tujuan dengan lebih cepat dan lebih mudah. Kalau kita memiliki cukup logika umum seperti seekor angsa, kita akan tinggal dalam formasi dengan mereka yang berjalan di depan. Kita akan mau menerima bantuan dan memberikan bantuan kepada yang lainnya. Lebih sulit untuk melakukan sesuatu seorang diri daripada melakukannya bersama-sama. Jadi bukan sama-sama bekerja sendiri-sendiri, melainkan bekerja sama dengan saling mendorong dan mendukung satu dengan yang lain.

Ketika angsa pemimpin yang terbang paling depan menjadi lelah, ia terbang memutar ke belakang formasi, dan angsa lain di belakangnya akan terbang menggantikan posisinya. Seorang imam yang merasa tidak sanggup lagi memimpin shalat, dia minggir untuk digantikan oleh ma'mum di belakangnya. Dalam konstruksi mesjid, pada bahagian mihrab harus ada pintu. Maksudnya pintu itu antara lain khusus disediakan bagi imam untuk keluar masjid pergi beristirahat, dan kalau masih sanggup shalat akan menjadi makmum, anggota jama'ah. Saya teringat sebuah peristiwa bertahun-tahun yang silam. Kejadiannya dalam bulan Rajab. Allahu yarham H.AbdulGhani, imam tetap Masjid Syura waktu itu sedang mengimami shalat Maghrib. Sementara membaca pangumpu' beliau diserang batuk. Beliau lalu menyingkir ke samping, lalu Allahu yarham H.Sulthan BM, maju ke depan melanjutkan mengimami shalat Maghrib, bacaan pangumpu' disambung dan gerak shalat diteruskan.

Angsa pemimpin yang terbang paling depan menjadi lelah ini memberi pelajaran kepada manusia, bahwa seorang pemimpin, samada itu ketua organisasi formal seperti presiden, gubernur, bupati dst ke bawah ataupun ketua organisasi swasta seperti ketua partai dan ketua organisasi sosial, untuk tidak terlalu berambisi menjadi "oppoq", alias menjabat ulang. Lihatlah 2 orang tokoh nasional: Habibie dan JK, yang tidak berambisi untuk oppoq menjadi Presiden RI dan Ketua Golkar. Yang penting, setiap pemimpin selalu menjaga tujuan organisasi agar tidak menyimpang dari tujuan yang telah disepakai bersama dalam komunitas, seperti formasi angsa yang terbang ke selatan, untuk menghindari musim dingin. menuju baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafuwr, tempat bermukim yang sejahtera dan mendapat maghfirah dari Yang Maha Pemelihara.

Untuk bahasan butir kedua, diminta pembaca bersabar hingga pekan mendatang. WaLlah a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 11 Oktober 2009