18 Oktober 2009

893. Kinerja Terbang

-- AW LM YRWA ILY ALThYR FWQHM ShFT W YQBDhN, (S. AL MLK, 67:19), dibaca:
-- awa lam yaraw ilath thayri fawqahum sha-ffa-tin wa yaqbidhna, artinya:
-- Tidakkah mereka melihat kepada burung di atas mereka berbaris-baris dan menguncupkan.

Ada dua hal yang menggelitik kita untuk mengkaji ayat (67:19) tersebut.
Pertama, Allah menyuruh kita memperhatikan burung yang bersaf-saf, artinya yang sedang terbang melaju, karena burung yang sedang bertengger di atas pohon tidak bisa bersaf-saf.
Kedua, ada keanehan, bahkan tampaknya bertentangan, yaitu bagaimana bisa disinergikan burung yang sedang terbang melaju sambil bertengger di atas pohon. Kata yaqbidhna berbentuk mutsanna. Seperti diketahui dalam bahasa Arab ada tiga tingkat kata-kata: mufrad (singular), mutsanna (dual) dan jama' (plural, tiga ke atas). Jadi yaqbidhna, burung itu menguncupkan dua sayap, dan itu artinya sedang bertengger.

Butir pertama telah dibahas dalam Seri 892 ybl; kini gilirannya membahas butir kedua.

Butir kedua menyangkut kinerja terbang. Hingga kini walaupun teknologi pesawat terbang sudah demikian canggihnya, namun masih kalah dibandingkan dengan burung. Dilihat dari sudut aerodinamika, kemenangan burung itu terletak dalam hal kinerja terbang. Burung dapat mengubah posisi sayapnya sementara terbang, yakni dapat membuka dan menguncup secara sempurna. Inilah yang diperintahkan Allah SWT dalam S.AlMuluk,19 supaya kita memperhatikan burung yang sementara terbang menguncupkan kedua sayapnya. Sayap burung membuka apabila memerlukan gaya angkat dan gaya dorong, menguncup jika sedang terbang dalam kecepatan tinggi dan menukik. Sekali lagi kita lihat aplikasi aerodinamika pada burung yang terbang tidak lepas dari nilai Tawhid, yaitu Allah SWT memerintahkan kita untuk memperhatikan sayap burung yang menguncup sementara terbang. Tak ubahnya dengan burung, pesawat terbangpun membutuhkan sayap untuk naik (take off) dan terbang dengan kecepatan dibawah kecepatan bunyi (subsonic). Akan tetapi jika kecepatan di atas kecepatan suara telah dicapai (supersonic), sayap yang lebar hilang peranannya, bahkan menyusahkan. Pesawat itu dapat terbang secara efisien, sehingga dapat lebih laju, jika sayapnya dilipat ke dalam. Pesawat terbang yang terbang seperti burung itu baru dibuat dalam tahun 1951, disebut model X5, yang menjadi cikal bakal pesawat terbang yang terbang ibarat burung, yaitu sementara terbang sayapnya dapat dilipat ke dalam. Model X5 tsb diperkembang menjadi Tactical Fighter Experimental (TFX) yang dikenal dengan F-111; Angkatan Udara Amerika Serikat memberi nama F-111A dan Angkatan Laut memberikan nama F-111B. (The F-111 pioneered several technologies for production military aircraft including variable-sweep wings => http://en.wikipedia.org/wiki/General_Dynamics_F-111. On January 6, 1965, the wings were swept from the minimum 16 degrees to the full at 72.5-degrees position. During early flight testing, the F-111A achieved a speed of Mach 1.3. A second F-111A took off on its maiden flight on February 25, 1965 => http://home.att.net/~jbaugher1/f111_1.html).

Jadi kalau burung dapat membuka dan menguncupkan kedua sayapnya secara sempurna, pesawat terbang seperti pada contoh F-111A baru dapat "the wings were swept from the minimum 16 degrees to the full at 72.5-degrees", belum dapat melipat secara sempurna, baru dari 16 derajat hingga 72.5 derajat. Itulah sebabnya dikatakan di atas, bahwa hingga kini walaupun teknologi pesawat terbang sudah demikian canggihnya, namun masih kalah dibandingkan dengan burung.

Isyarat Al Quran tentang kinerja terbang tersebut dapat pula dikembangkan pada teknik berenang dan menyelam melaju pada ikan lumba-lumba yang sangat efisien dalam hal berenang dan menyelam melaju, karena Allah SWT mendisain bentuk ikan lumba-lumba yang stream-line, sehingga tidak menimbulkan pusaran air. Lagi pula kulit lumba-lumba terdiri atas dua lapis. Yang sebelah luar tipis dan elastis, yang sebelah dalam tebal terdiri atas pipa-pipa halus yang berisi substansi seperti karet busa. Kombinasi kedua lapisan kulit ini berfungsi sebagai shock-breaker sehingga gerakannya yang melaju menjadi mulus dalam air yang bergelora. Bionika yang mempelajari kulit lumba-lumba ini menghasilkan teknologi kulit buatan untuk membungkus torpedo bawah air. WaLlahu a'lamu bishawab.

*** Makassar, 18 Oktober 2009