7 November 2010

947 Surah-Surah Tiga Serangkai

Ta'ziah untuk semua penduduk korban banjir bandang Wasior, korban tsunami di kepulauan Mentawai dan korban erupsi gunung Merapi Semoga Allah memberikan Rahmat dan RahimNya kepada yang meninggal dunia, dan kesabaran / ketabahan bagi korban yang masih tinggal hidup atas segala ujianNya, amin.
 
Dibutuhkan dana yang tidak sedikit untuk menolong para korban yang masih hidup dan merehabilitasi pemukiman mereka. Padahal sementara itu Badan Kehormatan DPR pergi "pasiar" membuang-buang fulus ke Yunani, negara yang paling korup di Eropa. Perhatikan itu, jangan lagi pilih dalam Pemilu yad dari partai yang anggotanya yang tidak tahu diri bahkan  mati-rasa itu. Bayangkan, Marzuki Alie bilang: "Itu konsekwensi tinggal di pulau. Ada nuansa appijara, appaciqda nakana Mangkasaraka, inaissuroko mange ammantang anjoreng keqnang, rasain orang Betawi bilang, siapa suruh datang Jakarta, eh Mentawai.
 
***
 
Ketiga Surah yang berikut, yaitu: S. Al Kaafiruun, S. Al Fiil dan S. Quraisy diturunkan Allah SWT secara sinergis. Berhubung banyaknya ayat yang ditampilkan dam Seri 947 ini, maka cuma dikemukakan artinya saja, karena keterbatasan ruangan.
-- Katakanlah hai orang kafir. Tidak kusembah apa yang kamu sembah.
 
Ini adalah penolakan yang tegas terhadap tawaran pendekatan politik dagang sapi (koe handel) penguasa Makkah yang isinya: 1) Demi persatuan dan kesatuan penduduk Makkah, penguasa bersedia bersama-sama dengan ummat Islam menyembah Allah. 2) Kebersamaan itu harus diselingi silih berganti dengan bersama-sama menyembah berhala yang ada di sekitar Ka'bah. Pendekatan politik ini terpaksa ditempuh oleh penguasa Makkah, karena cara kekerasan, intimidasi, terror, penyiksaan, ternyata tidak berhasil.
 
Sedangkan S. Al Fiil untuk menyegarkan kembali ingatan kaum kafir Quraisy penguasa Makkah itu tentang peristiwa hancurnya tentera bergajah Abrahah yang ingin meruntuhkan Ka'bah.
-- Dan (Allah) mengirimkan kepada mereka itu burung yang berbondong-bondong. Yang melempar mereka dengan kerikil yang penuh azab. Dan menjadilah mereka itu rontok laksana daun dimakan ulat. (ayat 3,4 dan 5).
 
Sejak peristiwa itu qabilah Quraisy disegani oleh suku-suku lain di Jaziratul 'Arabiyyah, sehingga mereka dapat membawa kafilah dagang baik di musim dingin maupun di musim panas, sepanjang tahun, karena disegani sehingga tidak diserang oleh qabilah-qabilah lain. Ini diingatkan Allah dalam S.Quraisy:
-- Kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka sembahlah Pemilik Rumah (Ka'bah) ini. Yaitu Yang memberi makan (sehingga terbebas) dari kelaparan dan memberi rasa tenteram dari (segala macam) kekhawatiran.
 
Maka inilah potret yang digambarkan oleh ketiga Surah itu: Pertama, tawaran politik dagang sapi penguasa Quraisy, kedua, mengapa orang Quraisy disegani, ketiga, qabilah Quraisy beroleh ni'mat karena disegani, dan keempat, gayung bersambut berupa tawaran aqiydah supaya jangan menyembah berhala melainkan menyembah Allah semata yang memberi makan sehingga terbebas dari kelaparan dan memberi rasa tenteram dari segala macam kekhawatiran.
 
***
 
Firman Allah:
-- Sesungguhnya Allah tidaklah malu untuk mengemukakan nyamuk sebagai perumpamaan, bahkan (sekalipun) yang lebih (kecil) dari itu (2:26). Bukan main, sedangkan Allah tidak segan mengemukakan gambaran nyamuk sebagai perumpamaan, mengapa pula ada sekelompok firqah liberal yang acuh tak acuh mengambil ibarat dari potret yang digambarkan oleh ketiga Surah itu, bahkan dikatakannya itu sekadar muatan lokal abad ke-7 belaka.
 
Tawaran politik dagang sapi bukan barang kuno, masih tetap aktual dalam dunia politik local, nasional, regional dan internasional. Menyegarkan ingatan peristiwa bersejarah juga bukan barang kuno, dalam konteks sejarah bangsa Indonesia, komunisme sudah dua kali bikin tragedi sejarah, pemberontakan komunisme Madiun yang diremote control dari Moscow, Uni Svyet dan pemberontakan Gestapu yang dikendalikan dari Peking (dahulu Pakhia, sekarang Beijing), RRC.
 
Qabilah Quraisy beroleh ni'mat dalam konteks ke-Indonesiaan kita memperoleh ni'mat dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah ruah. Sehingga qabilah Quraisy harus menyembah Allah semata yang yang memberi makan terbebas dari kelaparan dan memberi rasa tenteram dari segala macam kekhawatiran, itupun bukan hal yang kuno dalam konteks kontemporer. Bumi ini yang mengikuti matahari mengedari pusat Milky Way, sewaktu-waktu diserang badai hujan sinar kosmik. Maka pada saat itu iklim tidak teratur. Ada kalanya kemarau panjang sekali, atau sebaliknya musim hujan panjang sekali. Bagaimanapun cemerlangnya insinyur pertanian mendapatkan bibit unggul, kalau kemarau panjang, sawah akan kering, padi mati kekeringan. Sebaliknya jika musim hujan panjang sekali, bagaimanapun hebatnya konstruksi bendungan karya insinyur sipil, bendungan akan bobol ataupun air melimpah sawah-sawah tergenang banjir, padipun mati lemas.
 
Maka larangan kepada qabilah Quraisy yaitu tidak boleh menyembah berhala berupa patung, itu juga bukan hal yang kuno dalam konteks kekinian. Jangan menyembah berhala yang berupa produk otak manusia, seperti misalnya menjadikan paradigma "ideologi" neo-lib dalam menegara.
 
Bukanlah pula berhala tradisional yang memberikan ketenteraman dari segala macam kekhwatiran, itu juga tidak kuno, karena dalam kehidupan modern masa kini, yang dikhawatirkan oleh manusia modern, yang selalu mengganggu ketenteramannya yaitu rencana tidak akan berhasil, sasaran tidak dicapai. Yang bebas dari rasa krisauan demikian itu bukanlah rasa percaya atau mengkultuskan teknologi, melainkan keyakinan bahwa rencana yang berhasil membawa berkah, adalah rencana yang sinkron dengan Rencana Makro dari Allah SWT. Itulah yang dapat membawa rasa tenteram. WaLlahu a'lamu bishshawab.
 
*** Makassar, 7 November 2010