21 November 2010

949 Tidak Semua Syi'ah dan Ahmadiyah itu Sesat

Ini ada saya timba dari => http://ruzbihanhamazani.wordpress.com/2008/04/19/betulkah-doktrin-ahmadiyah-bisa-dianggap-blasphemy/. Tulisan Ruzbihan Hamazani dalam situs itu menyatakan minoritas kelompok Syi'ah harus dilarang berhubung pandangan Syi'ah tentang "kepemimpinan" (imamah) berbeda dengan pandangan mayoritas golongan AhlusSunnah di Indonesia.
 
Pandangan Ruzbihan Hamazani itu terlalu naif, karena substansi imamah itu hanya termasuk yang khilafiyah. Kita perlu tabayyun (klarifikasi) tentang Syi'ah. Firman Allah:
-- YAYHA ALDZYN AMNWA AN JA^KM FASQ BNBA FTBYNWA AN TSHYBWA QWMA BJHALT  FTSHBHWA 'ALY MA F'ALTM NADMYN (S. ALHJRAT,  49:6),  dibaca: ya-ayyuhal ladzi-na a-manu- in ja-kum fa-siqum binabain fatabayyanu- an tushi-bu qawman bijaha-latin fatushbihu- 'ala- ma- fa'altum na-dimi-n), artinya:
-- Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang-orang fasiq dengan annaba' (informasi bernuansa provokasi), maka lakukanlah tabayyun (klarifikasi), jangan sampai kamu tanpa pengetahuan menimpakan musibah kepada suatu kaum, lalu kamu menyesal atas perbuatanmu.
 
Fasiq dari akar kata [Fa-Ra-Sin = kulit buah yang mengelupas], maknanya secara Syar'i yaitu berpotensi keluar dari agama.
 
Marilah kita mengadakan tabayyun terhadap Syi'ah. Sebenarnya di dalam tubuh Syi'ah terdapat beragam jenis aliran. Sehingga kita pun tidak bisa mengatakan bahwa semua Syi'ah itu pasti sesat. Semua harus dirinci satu per satu, agar kita pun tidak terjebak dengan pendiskreditan sebuah kelompok.
 
Sebagian kalangan Syi'ah memang ada yang sampai mengingkari kekhalifahan Abu Bakar, 'Umar bnu Al-Khattab dan 'Utsman bin Affan R.Anhum. Bahkan ada juga yang lebih parah dari itu, karena telah menyangkut aqidah, yaitu mereka sampai hati mengatakan bahwa malaikat Jibril AS telah salah menurunkan wahyu, seharusnya kepada Ali bin Abi Thalib, bukan kepada Muhammad SAW. Sebagian dari pemeluk Syi'ah yaitu sekte Sabaisme berkeyakinan seperti itu. Ini boleh jadi berasal dari cerita Pendawa Lima dari Hindustan yang disuntikkan ke dalam Syi'ah oleh Abdullah bin Saba', bahwa utusan dari dewa Wisynu yang membawa senjata pamungkas salah memberikan senjata itu yakni kepada Dipati Karna, yang sesungguhnya itu mesti diberikannya kepada Harjuna.
 
Sebagian dari kelompok Syi'ah yang menyimpang dari segi aqidah adalah mereka yang mengaku-ngaku memiliki mushaf Al-Qur'an versi mereka sendiri. Dan isinya tidak sama dengan mushaf 'Utsmaniy.
 
Kalau kita telusuri ke belakang, aktor intelektual di belakang penyimpangan aqidah tsb adalah Abdullah bin Saba', yang dalam sejarah otentik terbukti menjadi provokator di wilayah-wilayah Islam. Tokoh ini telah menyebarkan fitnah, berita bohong, kebencian kepada para shahabat serta menanamkan paham-paham yang merusak aqidah. Dia tidak lain adalah yahudi Yaman yang berpura-pura masuk Islam.
 
Dalam lapangan fiqh, mazhab fiqh Imam Zaid bin Ali Zainal Abidin (w. 122 H) yang menjadi tokoh Syi'ah Zaidiyah, termasuk salah satu rujukan fiqh yang bisa diterima, yaitu termasuk mazhab ke lima setelah keempat mazhab lainnya dalam kalangan AhlusSunnah. Fiqih Zaidiyah ini secara umum nyaris tidak berbeda dengan fiqh AhlusSunnah. Mereka mengharamkan mut'ah (kawin kontrak) sebagaimana AhlusSunnah mengharamkannya.
 
Syi'ah Imamiyah yang memegang tampuk kekuasaan di Republik Islam Iran sekarang, dimotori oleh Abu Abdullah Ja'far Ash-Shadiq (80-148 H), dalam banyak hal juga punya persamaan dengan fiqh AhlusSunnah. Secara umum, pendapat mereka banyak sekali persamaan dengan fiqh mazhab As-Syafi'iyah, kecuali pada 17 perkara. Misalnya tentang bolehnya nikah mut'ah. Karena itu, dalam masalah pandangan kita kepada kelompok Syi'ah, kita perlu merinci dengan detail, tidak asal menilai, agar terhindar dari tuduhan yang bukan pada tempatnya.
 
Alhasil terhadap beberapa pemhaman Syi'ah yang sesat kita wajib berda'wah meluruskannya, namun terhadap pemahaman yang hanya berbeda dengan Ahlussunnah dalam hal "imamah"(*), tidak patut kita menyatakan itu sesat.
 
***
 
Ahmadiyah itu hanya terdiri dari dua aliran: Qadiyan dan Lahore (Anjuman). Aliran Qadiyan (Qadiyanisme) telah merusak aqidah Islam dengan berpendapat bahwa Mirza Ghulam Ahmad (MGH) mendapat wahyu nubuwah kenabian (wahyu verbal). Dan lagi pula penganut Qadiyanisme percaya Isa Almasih sudah wafat, dan bahwa MGH itu merupakan sebagai Almasih yang dijanjikan, kedatangan kedua dari Isa (The Promised Messiah, the second coming of Jesus of Nazareth), artinya MGH itu menurut Qadiyanisme adalah "reinkarnasi" (jelmaan) dari Almasih. Jadi Qadiyanisme yang menganut faham "reinkarnasi" tsb tergolong kedalam Hindu Dharma dan Bhuddisme. Inilah salah satu juga alasan kuat bahwa secara theologis Qadiyanisme itu BUKAN Islam. Jadi Masalah Qadiyanisme bukan masalah kebebasan beragama, tetapi masalah penodaan (blasphemy) terhadap agama Islam.
 
Sedangkan aliran Lahore tidaklah sesat, karena tidak mangakui MGH baik sebagai nabi maupun sebagai reinkarnasi dari Isa, melainkan hanya sebagai mujaddid saja seperti para mujaddid yang antara lain Imam Ghazali dan Imam Syafi'i.
 
Alhasil tidak semua Ahmadiyah itu sesat dan bukan mazhab dalam Islam. Ahmadiyah Qadiyan (Qadiamisme) adalah mazhab dalam aliran kepercayaan dan Ahmadiyah Lahore yang Islam tidak mempunyai aliran fiqh tertentu, jadi juga bukan mazhab dalam Islam, melainkan sama dengan NU, Muhammadiyah dll yang hanya berupa mazhab dalam lapangan da'wah Islam.  WaLlahu a'lamu bisshawab.
------------------------
(*)
Republik Islam Iran telah menjabarkan "urusan mereka dimusyuwaratkan sesama mereka" (42:38) ke dalam fiqh ketata-negaraan, yang dikombinasikan dengan prinsip "imamah". Itu dapat dilihat dalam  UUD-nya. Proses pembentukan kabinet dilakukan presiden (yang dipilih langsung oleh rakyat) bersama-sama dengan majelis (yang juga dipilih langsung). Setelah itu hasilnya disampaikan kepada Imam untuk persetujuan.
 
*** Makassar, 21 November 2010