1 Januari 2012

1007 Bintang Natal dan Para Majus

Di dunia maya ramai diperdebatkan pro vs kontra tentang kata "selamat" dalam ucapan Selamat Natal. Mengapa? Pengertian selamat dalam agama Kristen dapat disimak dari Perjanjian Baru:
-- [LAI-Rom 10:9] Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.
 
Demikianlah, mengucapkan selamat dan ikut menghadiri ritual keagamaan Natal, yaitu kelahiran Yesus yang diimani ummat Kristan sebagai Tuhan, bagi ummat Islam itu itu menyangkut pokok keimanan, tidak mengindahkan ayat Al-Quran, yang artinya:
-- Bagi kamu agama kamu, dan bagiku agamaku (108:6).
 
Namun perlu pula diperhatikan bahwa berdasarkan ayat (108:6), ummat Islam tidak boleh mengganggu ritual keagamaan Natal. Pemuda Anshar dan mulai tahun ini Front Pembela Islam ikut aktif membantu Polri dalam mengamankan ritual keagamaan Natal.
 
Untuk memecahkan masalah pro vs kontra itu, maka alangkah eloknya ummat Islam dalam bersosialisasi mempergunakan ungkapan bahasa Belanda atau Inggris. Orang Belanda groeten (tegur-sapa) dengan ucapan "zalig kerkfeest/Kerstdag en gelukkig Nieuwe Jaar" (zalig = ni'mat, kerkfeest = pesta gereja, kerstdag = hari natal, gelukkig = gembira). Dalam bahasa Inggris, Merry Christmas (X-mas) and Happy New Year (merry = sukacita, happy = gembira). Jadi dalam bahasa Indonesia eloklah jika diucapkan: "Silakan meni'mati hari Natal dengan sukacita dan tahun baru yang menggembirakan." Sehingga dengan ucapan demikian tidaklah terkait dengan yang diperdebatkan pro vs kontra tentang kata "selamat" terkait dalam [LAI-Rom 10:9].
 
***
 
Natal disambut dengan penuh sukacita. Tapi, ada satu hal yang menjadi misteri, Bintang Natal atau Bintang Bethlehem yang dilihat oleh tiga pria bijaksana dari Timur yang disebut "Para Majus".
 
Ada berbagai teori tentang Bintang Natal. Salah satu teori yang menarik dan dianggap paling kuat, Bintang Natal adalah ijtima' (konjungsi) Jupiter-Saturnus, yaitu Bumi-Jupiter-Saturnus nyaris terletak dalam satu garis lurus, kedua planet itu tampak sangat berdekatan, hampir-hampir menjadi satu kelihatan dari Bumi. Salah satu pendukung teori Bintang Natal yang berupa konjungsi kedua planet itu ialah Johannes Kepler. Ia mengamati konjungsi Jupiter-Saturnus pada tahun 1603 dari Praha dan memperkirakan bahwa konjungsi sebelumnya terjadi tahun 799 M dan 7 SM.
 
Oleh sebab letak kedua planet itu sangat berdekatan dilihat dari bumi, maka mungkin pula para Majus melihatnya sebagai objek yang satu, bukan dua. Konjungsi Jupiter dan Saturnus juga bermakna bagi masyarakat waktu itu. Jupiter dikenal sebagai Planet Raja-raja sementara Saturnus dikenal sebagai Pelindung Bani Israil. Konjungsi Jupiter-Saturnus menandakan bahwa raja yang akan menyelamatkan Bani Israil telah datang. Karena kenampakan dua planet itu bermakna besar bagi masyarakat saat itu, maka sangat mungkin itulah yang mendorong para Majus itu yakin bahwa Raja Bani Israil telah datang.
 
Jika Yesus benar-benar lahir pada 7 SM yaitu tatkala terjadi konjungsi Saturnus-Jupiter dalam wujud  Bintang Natal itu, maka pemahamannya bisa diperluas. David Whitehouse, peneliti dan penulis sains dalam tulisannya di Huffington Post, Sabtu (24/12/2011) menuturkan bahwa Yesus mungkin lahir Selasa, 15 September 7 SM.
http://sains.kompas.com/read/2011/12/24/23320611/Misteri.Bintang.Natal.dan.Konjungsi.Planet
 
***
 
Menurut Al-Quran 'Isa bnu Maryam tidak dilahirkan dalam musim dingin, melainkan sekitar bulan September tatkala pohon kurma sedang ranum buahnya. Firman Allah:
-- FAJAaHA ALMKhADh ALY JZ'A ALNKhLt QALT YLYTNY MT QBL HDzA WKNT NSYA MNSYA . WHZY ALYK BJZ'A ALNKLt TSQTh 'ALYK RThBA JNYA (S. MRYM 19:23,25), dibaca: fa.ajaa.ahal makhaadhu ilaa jiz'in nakhlati qaalat yaa laytanii mittu qabla haadzaa wkuntu nasyam mansiyyan . wahuzzii ilayki bijiz'in nakhlati tusaaqith 'alayki ruthban janiyyan, artinya:
-- (ketika Maryam hendak bersalin) Maka sakit beranak itu memaksanya (pergi bersandar) ke pangkal sebatang pohon kurma. (lalu ia diseru oleh malaikat) Gegarlah ke arahmu batang pohon kurma itu, supaya gugur kepadamu buah kurma yang masak (S.Maryam, 19:23,25).
 
Sungguh amat mustahil jika Yesus dilahirkan pada musim dingin. Di wilayah Yudea, setiap bulan Desember adalah musim salju dan hawanya sangat dingin, sedangkan Injil (Lukas 2:11) menceritakan suasana di saat kelahiran Yesus sebagai berikut: Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Dalam Perjanjian Lama (Ezra 10:9,13) menjelaskan bahwa bila musim dingin tiba, tidak mungkin ada gembala dan ternaknya berada di padang terbuka di malam hari.
 
Menjelang musim dingin, setelah bulan September semua domba-domba itu telah dikandangkan. Dengan demikian dapatlah diambil kesimpulan bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember, di mana pada waktu itu tidak mungkin ada gembala dan ternaknya berada di padang terbuka di malam hari. Dan tidak mungkin beliau lahir setelah bulan September, karena di bulan kelahiran Yesus ini domba-domba masih berada di padang waktu malam.
 
Demikianlah berdasarkan:
(S.Maryam, 19:23,25) => Yesus lahir sekitar bulan September tatkala pohon kurma sedang ranum buahnya;
(Ezra, 10:9) => tidak mungkin Yesus lahir dalam musim dingin;
(Lukas 2:11) => Yesus lahir tatkala para gembala dan ternaknya berada di padang terbuka, tidak mungkin lahir setelah bulan September;
Bintang Natal (ijtima' Jupiter-Saturnus) => Yesus mungkin lahir Selasa, 15 September 7 SM.
 
WaLlahu a'lamu bisshawab.
 
*** Makassar, 1 Januari 2012