15 Januari 2012

1009 Amerika-Anglo Peternak Teroris

Kata terorisme berasal dari bahasa Prancis le terreur, semula dipergunakan untuk menyebut tindakan pemerintah hasil Revolusi Prancis yang mempergunakan kekerasan secara brutal. Sekitar 16,000 hingga 40,000 kepala, yang dituduh anti pemerintah, dipenggal di bawah Madame De Guillotine. Berikutnya, kata terorisme dipakai untuk menyebut gerakan kekerasan anti pemerintah di Rusia. Dengan demikian, kata terorisme sejak awal dipergunakan untuk menyebut tindakan kekerasan baik oleh pemerintah maupun oleh yang anti pemerintah.
 
Terkait isu terorisme, deradikalisasi dalam dua tahun terakhir menjadi istilah yang cukup menonjol. Secara bahasa deradikalisasi berasal dari kata radikal yang mendapat imbuhan de-isasi. Radikal berasal dari kata radix yang dalam bahasa Latin artinya akar. Jika ada ungkapan "gerakan radikal" maka artinya gerakan yang mengakar atau mendasar, yang bisa berarti positif atau negatif. Dalam pengertian ini, sebuah sikap "radikal" bisa tumbuh dalam entitas apapun; tidak mengenal agama, batas teritorial, negara, ras, suku dan sekat lainya.
 
Deradikalisasi dibangun atas asumsi, bahwa ada ideologi radikal yang mengeksploitasi faktor kompleks yang ada (kemiskinan, keterbela-kangan, marginalisasi, pemerintahan otoriter, dominasi negara super power, globalisasi, dsb). Ideologi ini melahirkan spirit perlawanan dan perubahan dengan tindakan-tindakan teror ketika jalan damai (kompromi) dianggap tidak memberikan efek apapun. Karena itu, ideologi radikal ditempatkan sebagai akar sesungguhnya dari fenomena terorisme. Dalam kerangka pandangan seperti inilah deradikalisasi dimanifestasikan.
 
Maka dari itu, deradikalisasi yang integratif merupakan derivat strategi kontraterorisme, adalah kebijakan politik memotong seluruh variabel yang dipandang sebagai stimulan lahirnya tindakan "terorisme", baik pra maupun pasca "pemasyarakatan" dalam konteks pembinaan terhadap narapidana  mantan kombatan. Program ini lebih menekankan "soft approach", kepada kelompok ataupun individu-individu yang masuk dalam jejaring yang dicap "radikal". Dalam bahasa Ansyad Mbai yang Ketua BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) deradikalisasi sebagai perang untuk memenangkan hati nurani. Upaya ini membutuhkan banyak strategi dan bersifat jangka panjang.
 
***
 
Namun ada yang terlepas dari jangkauan pemikiran BNPT dan para pengusung deradikalisasi. Todenhöfer, mengingatkan fakta sejarah yang sering terlupa di dua abad terakhir. Atas nama kolonialisasi, Prancis pernah membunuh lebih dari dua juta penduduk sipil di Aljazair, dalam kurun waktu 130 tahun. Atas nama kolonialisasi, Italia pernah menggunakan phosphor dan gas mustard untuk menghabisi penduduk sipil di Libya. Atas nama kolonialisasi, Spanyol juga pernah menggunakan senjata kimia di Marokko.
 
Tidak berbeda di era setelah perang dunia kedua. Dalam invansi Perang Teluk jilid dua, semenjak tahun 2003, UNICEF menyebutkan, 1,5 juta penduduk sipil Irak terbunuh. Sepertiganya anak-anak. Tidak sedikit dari korban terkontaminasi amunisi uranium. Problema besar dunia, di dua abad belakangan ini, bukan kebrutalan Islam, tapi kebrutalan beberapa negara-negara barat.
 
Secara objektif, terorisme justru lahir dari politik anti-terorisme yang salah besar dari penjajah barat utamanya Amerika-Anglo. "Seorang pemuda muslim," tulis Todenhöfer, "yang secara rutin memantau berita di televisi, hari demi hari, tahun demi tahun, akan situasi di Irak, Afghanistan, Pakistan, Palestina dan di tempat lain, di mana perempuan, anak-anak dan penduduk sipil, dihabisi oleh barat dengan brutal, justru diprovokasi untuk menjadi seorang teroris." (Jürgen Todenhöfer, "Feinbild Islam – Zehn Thesen gegen Hass", terjemahan Yudi Nurul Ihsan). Apa yang dikemukakan Todenhöfer menyangkut solidaritas ummat Islam (dalam bahasa Bugis Makassar, pesse, pacce). Dan itu sejalan dengan Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dari Nu'man ibn Basyir seperti berikut:
-- ALMWaMNYN FY TRAHMHM WTWADHM WT'AAThFHM KMTsL ALJSD ADzA ASyTKY 'ADhWA TDA'AY LH SAaR JSDH BALSHR WALHMY, dibaca: Almu'miniina fii taraahumihim watawaadihim wata'aathifihim kamatsalil jasadi idzasy takaa 'udhwan tadaa'aa lahu saairu jasadihi bissahri walhumma, artinya:
-- Para mu'min dalam kasih mengasihi, cinta mencintai, tolong menolong, ibarat tubuh, jika ada salah satu anggota yang terkena luka, seluruh tubuh ikut menderita tidak dapat tidur dan ditimpa demam.
 
Alhasil, Amerika-Anglo adalah peternak teroris, yang terlepas dari jangkauan pemikiran BNPT dan para pengusung deradikalisasi. Karena diternakkan, maka radikalisme jadi dinamis, patah tumbuh, hilang berganti.
 
WaLlahu a'lamu bisshawab.
 
*** Makassar, 15 Januari 2012