Dalam bulan Ramadhan ini kolom WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU diisi dengan uraian khas, yaitu aplikasi Pendekatan Satu Kutub (PSK) terhadap materi bahasan: kosmology (Seri 257), sejarah (Seri 258) dan Nuzulu IQuran (Seri 259 ini). Materi Nuzulu IQuran sengaja dipilih oleh karena kita sekarang dalam suasana memperingati Nuzulu IQuran. Berhubung ada yang menanyakan melalui telpon tentang bagaimana PSK itu, maka akan dijelaskan sedikit tentang pendekatan tersebut. PSK adalah lebih melengkapkan pendekatan ilmiyah dengan menambahkan masuk unsur Tawhid dan Ayat Qawliyah sebagal sumber informasi di samping Ayat Kawniyah (kosmos). Juga melengkapi penafsiran Ayat Qawliyah yang selama ini hasil penafsiran itu tidak dilakukan uji-coba. Jadi PSK berlandaskan Tawhid; Ayat Qawliyah dan Ayat Kawniyah menjadi sumber informasi; bertolak dari sikap ragu terhadap pemikiran manusia; observasi; penafsiran; uji-coba penafsiran yang dirujukkan pada sumber informasi Ayat Qawliyah dan Ayat Kawniyah.
Marilah kita bahas hasil penafsiran yang pada umumnya dianut di Indonesia bahwa Nuzulu IQuran itu terjadi pada 17 Ramadhan, yaltu pada waktu RasuluLlah mula pertama menerima wahyu (S. Al Alaq 1-6) yang dibawa oleh Malaikat Jibril AS.
Menurut hasil observasi Ayat Qawliyah, mufassir memperoleh sumber informasi tentang Nuzulu IQuran dari ketiga ayat yang berikut: Syahru Ramadhana lLadziy Unzila fiyhi IQuran (S. Al Baqarah, 185, bulan Ramadhan yaitu diturunkan di dalamnya Al Quran (2:185).
Innaa Anzalna-hu fly Laylati lQadri (S. Al Qadr, 1). Sesungguhnya Kami turunkan dia pada Malam Qadar (97:1).
In Kuntum A-mantum biLla-hi wa Maa Anzalnaa 'alay 'Abdinaa Yawma lFurqaani Yawma ITaqay lJam'an (S. Al Anfaal, 41). Jika kamu beriman kepada Allah dan (beriman kepada) apa yang kuturunkan kepada hambaku (Muhammad) pada Hari Al Furqan, hari bertemunya dua pasukan (8:41).
Mufassir menafsirkan bahwa yang diturunkan Allah itu adalah Al Quran, dan Hari Al Furqan, hari bertemunya dua pasukan adalah Perang Badar. Dan menurut sumber informasi dari Ayat Kawniyah (catatan sejarah), Perang Badar terjadi pada 17 Ramadhan. Jadi pada malam 17 Ramadhan RasuluLlah SAW mula pertama menerima wahyu yang dibawakan oleh Malaikat Jibril AS, itulah penafsiran Ibn Ishaq yang banyak pengikutnya di Indonesia. Kemudian ditambahkan lagi bahwa Al Quran diturunkan pada Laylatu IQadr sekali-gus di langit bumi, kemudian dari sana mulai diturunkan pada 17 Ramadhan dan selanjutnya secara berdikit dikit diturunkan ke dunia.
Dalam penafsiran ini ada 4 tahap pemikiran/perbuatan manusia. Tahap pertama berupa pemikiran, bahwa maa/apa diartikan sebagai Al Quran. Tahap kedua adalah juga pemikiran, yaitu Yawma ITaqay lJam'an bertemunya dua pasukan adalah Perang Badar. Tahap ketiga adalah perbuatan, yaitu pencatatan/ingatan sejarah, bahwa Perang Badar itu terjadi pada 17 Ramadhan. Tahap keempat adalah pemikiran, yaitu diturunkan sekaligus dalam Laylatu lQadr, kemudian dari sana ditununkan ke dunia dimulai pada 17 Ramadhan. Tahap keempat ini diperlukan oleh karena adanya Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhani: Taharraw Laylata IQadri f I'Asyri lAwaakhir min Ramadhaani. Carilah olehmu Malam Qadar pada sepuluh malam terakhir dalam bulan Ramadhan. Tahap keempat ini merupakan kunci jalan keluar untuk memecahkan permasalahan pertentangan antara 17 Ramadhan dengan sepuluh malam tenakhir dalam bulan Ramadhan.
Penafsiran (pemikiran manusia) tahap keempat itu yang perlu diuji-coba, dengan memperhadapkannya pada Ayat Qawliyah. Tidak mungkin uji-coba ini diperhadapkan pada Ayat Kawniyah, oleh karena wahyu yang diturunkan yang disinggahkan dahulu di langit dunia baru turun ke dunia adalah sesuatu yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera.
Ada dua ayat yang dapat dipakai untuk rujukan penafsiran tahap keempat ini.
Innahu Laqawlu Rasuwlin Kariymin (S. Al Haqqah, 40). Sesungguhnyadia (Al Quran) ucapan pesuruh (Jibril) yang mulia (69:40). Nazala biHi lRuwhu lAmiynu 'alay Qablika (S.Asy Syu'araa', 193). Telah diturunkan oleh Ruh Amin (Jibril) ke dalam qalbu engkau (Muhammad) (26:193).
Dalam kedua ayat itu tidak disebutkan bahwa Jibril singgah dahulu waktu pertama kali mendatangi RasuluLlah SAW. Bahkan kalau disimak betul, kedua ayat itu menunjukkan bahwa Jibril langsung mendatangi RasuluLlah SAW. Perlu ditekankan pula bahwa ada wahyu yang langsung diterima RasuluLlah SAW dan Allah SWT tanpa perantaraan Jibril. Ahya-nan Ya'tiyniy Mitsla Shalshalati IJarasi, ... waAhyaanan Yatamatstsalu Li diwahyukan kepadaku laksana gemerincing lonceng ... dan terkadang datang Malak (Jibril) dalam wujud orang laki-laki (H.R. Bukhari).
Untuk apa Allah SWT menyimpan wahyu itu dahulu buat sementara di langit dunia kemudian dengan remote control Ia menurunkan wahyu ke dalam qalbu RasuluLlah SAW. SubhanaLlah, Mahasuci Allah, Maha Sempunna Allah dari penbuatan yang tidak efisien itu. Hasil uji-coba ini menunjukkan bahwa pemikiran wahyu itu disinggahkan dahulu di langit dunia baru diturunkan ke dunia, adalah pemikiran yang tenmasuk dalam kategori imajinasi yang berbahaya bagi 'aqidah, karena menyangkut Allah Yang Maha Suci dan Maha Sempurna.
Alhasil dalam upaya observasi ayat Kawniyah berupa catatan sejarah, yang tidak ada orang tahu siapa pencatat sejarah ini, mengenai Perang Badar itu 17 Ramadhan, terdapat kesalahan pen sejarah oleh manusia.
Lalu, tanggal berapakah Nuzulu IQuran itu? Jawabnya adalah itu menrpakan rahasia Allah SWT. Pokoknya terjadi dalam salah satu malam diantara 10 malam terakhir dalam bulan Ramadhan, seperti Shahih Bukahni itu. Rahasia Allah ini ada hikmahnya. Kita lebih intensif beribadah pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan, karena salah satu malam di antara 10 malam itu adalah Laylatu IQadri, yang kalau kita beribadat padla waktu itu nilainya lebih dari 1000 bulan, Khairun min Alfi Syahrin, lebih tinggi nilainya dari 1000 bulan. Bayangkan, satu malam dinilal lebih dari 83,3 tahun. lnilah hikmahnya, yaitu meningkatkan kwalitas nilai ibadah kita, seakan-akan umur kita diperpanjang menjadi lebih dari 83,3 tahun setiap bulan Ramadhan, apabila kesempatan itu dapat kita pengunakan. WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 26 Januari 1997
26 Januari 1997
[+/-] |
259. Metode Pendekatan Satu Kutub dalam Penafsiran Ayat Qawliyah tentang Nuzulu IQuran |
19 Januari 1997
[+/-] |
258. Metode Pendekatan Satu Kutub dalam Sejarah, Isyarat Al Quran Sebagai Mujizat |
Dalam Seri 257 telah diperlihatkan pendekatan ilmiyah model baru, yaitu pendekatan ilmiyah yang Islami, yang saya namakan METODE PENDEKATAN SATU KUTUB. Metode itu berlandaskan Tawhid; Ayat Qawliyah dan Ayat Kawniyah menjadi sumber informasi; bertolak dan sikap ragu terhadap pemikiran manusia; observasi; penafsiran; ujicoba penafsiran yang dirujukkan pada sumber informasi Ayat Qawliyah dan Ayat Kawniyah. Kalau dalam Seri 257 tersebut Metode Pendekatan Satu Kutub ini diaplikasikan dalam bidang kosmologi, maka dalam seri ini metode tersebut diaplikasikan dalam bidang sejarah.
Dalam usahanya untuk menguasai Mesir yang sia-sia, walaupun dalam keadaan terdesak harus meninggalkan Afrika, Napolen Bonaparte (1769 - l821) sempat membawa Batu Rosetta (Rasyid) ke Perancis. Seperti diketahui Batu Rosetta adalah batu bertulis, yang di dapatkan dalam tahun 1799 dekat kota Rosetta, sebuah kota yang terletak di kuala S.Nil. Di atasnya secara bersebelahan terdapat naskah yang bertuliskan tiga aksara yang berbeda: huruf Yunani, tulisan kuno Mesir dalam bentuk hieroglyph dan dalam bentuk yang sudah disederhanakan (demotic), sehingga memungkinkan dapat diungkapkan kembali cara membacanya oleh Jean Francois Cahampollion (1790 - 1832). Maka dengan dapatnya dibaca hieroglyph itu, terkuaklah sejarah Mesir Kuno dengan lebih jelas.
Dalam kurun waktu antara 3000 - 2000 sebelum Miladiyah. merupakan zaman perunggu permulaan, mulailah zaman sejarah yang tertulis. Mesir diperintah oleh Dinasti Fir'aun I selama kurang lebih 3 abad (3000 - 2700) sebelum Miladiyah. Dalam kurun waktu antara (2000 - 1500) sebelum Miladiyah, zaman perunggu pertengahan, terdapat dua kerajaan yang berpengaruh: Mesir dan Mesopotamia. Terjadi emigrasi besar-besaran ke seluruh daerah subur bulan sabit (fertile crescent). Kemudian orang Hyksos (Raja Gembala) dari Kan'an menaklukkan Mesir dan menumbangkan Dinasti Fir' aun. Dinasti Hyksos ini menguasai Mesir selama kurang lebih 150 tahun, yaitu dari 1700 - 1550 sebelum Miladiyah.
Dalam hiergolyph Mesir disebut adanya orang Habiru d Mesir. Bangsa Habiru ini tidak lain dari orang Hebrew, atau Ibrani, atau bangsa al'Ibriyah alJadiydah. Dalam emigrasi besar-besaran itu yang disebutkan di atas itulah termasuk pula emigran bangsa Habiru ini. Pada zaman itulah, sekitar 1750 Sebelum Miladiyah Nabi Ibrahim AS di Palestina. Nabi Ibrahim AS membawa puaknya mengembara di Asia Kecil, ke Mesir, ke Sinai, ke Arabia. Dinasti Hyks?s itulah yang menerima kedatangan Nabi Ibrahim AS yang datang ke Mesir. Karena Dinasti Hyksos itu adalah bangsa al'Ibriyah alQadiymah, jadi sebangsa dengan Nabi Ibrahim AS, maka Nabi Ibrahim AS diperlakukan sangat bersahabat sebagai tamu oleh Dinasti Hyksos, bahkan mengawinkan Nabi Ibrahim AS dengan puteri istana, Sitti Hajar. Tiga generasi kemudian Hyksos memberi izin menetap kepada orang-orang Ibrani (Habiru) di delta s. Nil (Goschen), dipelopori oleh Nabi Yusuf AS.
Dalam kurun waktu (1500 - 1200) sebeum Miladiyah, zaman perunggu terakhir, Dinasti Fir'aun kembali berkuasa setelah mengalahkan Dinasti Hyksos dalamtahun 1550 sebelum Miladiyah. Politik Dinasti Fir'aun ini berubah 180 derajat terhadap orang-orang Habiru. Bangsa Habiru mulai ditekan, kemudian diperbudak. Hal ini mudah difahami, oleh karena bangsa Habiru serumpun dengan bangsa Hyksos, musuh bebuyutan dinasti Firaun. Maka pada sekitar tahun 1224 sebelum Miladiyah, orang orang Habiru hijrah (exodus) dari Mesir dipimpin oleh Nabi Musa AS. Tahun itu juga merupakan akhir dominasi Mesir, dengan ditenggelamkannya Firaun Menne Ptah oleh Allah SWT di Laut Merah.
Demikianlah basil kajian Ayat Kawniyah (sejarah termasuk dalam Ayat Kawniyah), bahwa ada ketidak-sinambungan Dinasti Fir'aun yang memerintah Mesir, yaitu pernah diputuskan mata rantai dinasti tersebut oleh Dinasti Hyksos, atau Dinasti Raja Gembala. Maka sesuai dengan Metode Pendekatan Satu Kutub, hasil kajian Ayat Kawniyah i?i perlu dirujukkan pada Ayat Qawliyah.
Berfinman Allah dalam Al Quran:
Wa Qa-la IMaliku inniy Aray Sab'a Baqaratin Sima-nin Ya'kuluhunna Sab'un 'Ija-nun, (S.Yuwsuf, 43). Dan berkata raja, sesungguhnya aku lihat (dalam mimpiku) tujuh ekor sapi gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi kurus (12:43).
Wa Qa-la IMaliku 'Tuwniy bihi, (S.Yuwsuf, 50). Dan raja berkata, bawalah ia (Yusuf) kepadaku (12:50).
Falabitsta Siniyna fiy Ahli Madyana Tsumma Ji'ta 'alay Qadarin YaMuwsay WaShtana'tuka liNafsiy. Idzhab Anta waAkhuwka biAyatiy waLa- Taniya- fiy Dzikry. Idzhaba- ilayFir'auna Innahu Thaghay (S. Thaha, 40-43). Maka engkau tinggal bertahun-tahun bersama penduduk Madyan, kemudian engkau datang menurut yang ditetapkan, hai Musa. Aku tela memilih engkau untukKu. Pergilah engkau bersama saudara engkau dengan ayat-ayatKu dan janganlah engkau berdua lalai dalam mengmngatKu. Pergilah engkau berdua kepada Fir'aun, sungguh dia amat durhaka (20:40-43).
Berdasarkan Ayat-Ayat Qawliyah yang dikutip di atas itu, Nabi Yusuf AS berhadapan dengan Malik(Raja) dan Nabi Musa AS berhadapan dengan Fir'aun, maka Dinasti Fir'aun pernah diputuskan mata rantainya oleh Dinasti Raja Gembala. Hasil kajian Ayat Kawniyah tentang Dinasti Fir'aun yang pernah terputus oleh Dinasti Raja Gembala itu tennyata DIKUATKAN OLEH Ayat Qawliyah. Alhasil hasil kajian Ayat Kawniyah itu benar adanya.
Ala Kulli Hal pada sisi lain isyarat Al Quran tentang adanya penguasa Mesir dari Dinasti Malik dan Dinasti Fir'aun, merupakan suatu Mu'jizat, karena tidak pernah disebutkan dalam sumber sejarah manapun, termasuk Perjanjian Lama, kecuali dari sumber hieroglyph Mesir, yang barulah dapat dibaca orang atas jasa Jean Francois Cahampollion pada akhir abad ke-18, melalui Batu Rosette yang dibawa oleh Napoleon Bonaparte dari Mesir ke Perancis. WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 19 Januari 1997
12 Januari 1997
[+/-] |
257. Kosmologi |
Kosmologi berasal dari kata-kata cosmos (alam syahadah) dan logos (ilmu). Artinya secara ma'nawi ialah cabang ilmu falak (astronomy) yang menyangkut asal-usul alam syahadah (ayat Kawniyah yang nyata) dikaitkan dengan materi, ruang dan waktu serta kausalitas.
Berdasar atas kenyataan hasil intizhar (observasi), alam syahadah ini sedang dalam keadaan berexpansi, yaitu semua galaxy yang jumlahnya jutaan sedang bergerak saling menjauhi. Maka timbullah hingga dewasa ini dua madzhab yang saling bertentangan dalam memberikan tafsiran atas observasi tersebut, yaitu madzhab Alpher-Gamow yang bertitik tolak dari asas penciptaan sekali jadi, dan madzhab Bondi-Gold-Hoyle yang bertitik tolak dari asas penciptaan terus-menerus.
Menurut teori madzhab Alpher-Gamow alam syahadah tercipta dari zarrah-zarrah (partikel-partikel) sub-atom seperti proton, neutron, elektron dan zarah-zarrah sub-atom yang lain (jadi atom belum terbentuk), dalam keadaan kerapatan dan suhu yang tinggi. Kemudian terjadi peledakan dahsyat (big bang) sehingga secara bergumpal-gumpal zarrah-zarrah sub-atom itu terlempar saling menjauhi. Sementara itu gumpalan-gumpalan tersebut terpecah-pecah pula menjadi jutaan gumpalan kecil-kecil. Kemudian setiap gumpalan kecil itu "mengembun" menjadi plasma. Dari setiap gumpalan kecil plasma itu terbentuklah gugusan bintang-bintang yang disebut galaxy. (Plasma adalah phase keempat dari materi, phase pertama padat, kedua cair dan ketiga gas). Hasil intizhar bahwa alam syahadah ini sedang dalam keadaan berekspansi, disebabkan oleh peledakan dahsyat itu.
Teori Bondi-Gold-Hoyle berasumsikan bahwa alam syahadah ini homogen dalam ruang dan waktu, tetapi tidak statis. Setiap saat muncul materi berasal dari ketiadaan, kemudian materi yang baru muncul itu membentuk galaxy baru, yang menggeser tempat galaxy yang sudah ada. Jadi gerak galaxy yang saling menjauhi menurut teori ini disebabkan oleh terciptanya materi secara sinambung.
Seperti berulang kali dikemukakan dalam kolom ini sifat ilmu pengetahuan sekarang ini bersifat sekuler, tabu untuk membicarakan Allah SWT dalam disiplin ilmu apapun juga, kecuali tentu dalam disiplin ilmu agama. Jadi walaupun kosmologi itu menyangkut penciptaan, tetapi tidak lanjut ke arah perbincangan mengenai Pencipta itu sendiri. Menurut pendekatan ilmiyah yang sekuler seperti dewasa ini tidak mungkin menyatakan yang manakah dari kedua madzhab itu yang benar, oleh karena menurut prosedur ilmiyah, ialah observasi, kemudian penafsiran dan terakhir uji-coba penafsiran secara eksperimen. Alam syahadah hanya dapat diobservasi, ditafsirkan, tetapi tidak dapat diuji-coba, oleh karena manusia dengan bantuan instrumennya tidak dapat menjangkau alam syahadah yang sangat luas ini.
Maka pendekatan ilmiyah sekuler ala dewasa ini tidak mungkin dapat menghakimi kedua madzhab itu, mana yang benar mana yang salah. Dalam orasi ilmiyah yang saya sajikan dalam Milad ke-41 Universitas Muslim Indonesia Makassar tahun 1995, saya telah menawarkan pendekatan ilmiyah model baru, yaitu pendekatan ilmiyah yang Islami, yang saya namakan METODE PENDEKATAN SATU KUTUB. Metode ini berlandaskan Tawhid; ayat Qawliyah dan ayat Kawniyah menjadi sumber informasi; bertolak dari sikap ragu terhadap pemikiran manusia; observasi; penafsiran; uji-coba penafsiran yang dirujukkan pada sumber informasi ayat Qawliyah dan ayat Kawniyah.
Maka untuk mengetahui yang mana di antara kedua madzhab itu yang benar, haruslah teori yang bertentangan dari kedua madzhab itu diuji-coba dengan merujukkannya pada ayat Qawliyah, oleh karena seperti yang telah disebutkan di atas tidak mungkin manusia dengan instrumennya menjangkau alam syahadah yang sangat luas ini.
Allah berfirman: Inna Rabbkamu Llahu Lladziy Khalaqa sSamawati walArdha fiy Sittati Ayya-min, tsumma Staway 'alay l'Arsyi Yudabbiru lAmra (S. Yuwnus, 3). Sesungguhnya Maha Pemeliharamu Allah yang telah menciptakan (benda-benda) langit dan bumi dalam enam masa, kemudian ia menyengaja atas 'Arasy mengatur urusan (10:3).
IStaway 'alay l'Arsyi terdapat dalam 7 ayat, yaitu: (7:53), (10:3), (13:2), (20:5), (25:59), (32:4) dan (57:4). Dalam ke-7 ayat tersebut dijelaskan setelah Allah SWT mencipta benda-benda langit dan bumi, Allah SWT menyengaja atas 'Arasy, Ia merajai atas daerah kekuasaanNya. Termasuk dalam daerah kekuasaanNya adalah 'Arasy itu sendiri, waHuwa Rabbu l'Arsyi l'Azhiymun (S. At Tawbah, 129), dan Dia Maha Pemelihara 'Arasy Yang Maha Agung (9:129).
Salah satu urusan Allah SWT di atas 'Arasy adalah mengurus langit yang dipenuhinya dengan dukhan. Tsumma Staway ila- sSma-i waHiya Dukha-nun (S. Fushshilat, 11). Kemudian Ia menyengaja kepada langit dan dia dukhan (41-11).
Dalam ayat ini langit dinyatakan dalam bentuk mufrad (tunggal, singular) asSama-u, ini bermakna bukan benda-benda langit asSamawati yang jama', melainkan bermakna ruang antar bintang-bintang (nujuwmun). Ruang inilah yang dipenuhi oleh Allah SWT dengan dukhan dengan proses yang dinyatakan oleh ayat: Innama- Amruhu Idza- Ara-da Syayan an Yaquwla lahu Kun faYkuwna (S. Yasin, 82). Sesungguhnya urusanNya apabila Ia menghendaki sesuatu Ia berkata baginya: jadilah, maka ia jadi (36:82).
Ada perbedaan antara penciptaan benda-benda langit dengan pengurusan dukhan. Dalam penciptaan benda-benda langit dipakai kata Khalaqa, yaitu dalam bentuk alFi'il alMa-dhiy (past tense), sedangkan dalam pengurusan dari atas 'Arasy, termasuk mengurus dukhan, dipakai kata Yakuwna, yaitu al Fi'il alMudha-ri' (present and future tenses). Jadi Allah telah mencipta benda-benda langit dari tidak ada menjadi ada pada titik waktu permulaan, sekali jadi, sedangkan setelah mencipta benda-benda langit, Allah SWT mengurus dukhan menjadikan dukhan secara terus-menerus (becoming), artinya setiap saat Allah SWT menjadikan dukhan dari tidak ada menjadi ada.
Dengan merujukkan teori kedua madzhab itu kepada ayat Qawliyah, alhasil kedua madzhab itu masing-masing mengandung separuh dari kebenaran. Menurut Al Quran benda-benda langit diciptakan Allah SWT pada titik waktu permulaan (beginning), sedangkan dukhan diurus Allah SWT dari tidak ada menjadi ada secara terus-menerus, setelah Dia menciptakan benda-benda langit dan bumi. WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 12 Januari 1997
5 Januari 1997
[+/-] |
256. Penaklukan Dalam Nuansa Kedamaian |
Salah satu diktum Perjanjian Hudaibiyah, yaitu perjanjian di antara dua Megara Kota: Madinah dengan Makkah yang ditanda-tangani oleh Nabi Muhammad SAW di satu pihak dan Suhail di lain pihak, bahwa qablilah-qabilah Arab diberi kesempatan untuk bergabung ke dalam salah satu di antara kedua negara kota tersebut. Juga pada salah satu diktum disepakati gencetan senjata di antara kedua pihak selama sepuluh tahun. Sesuai dengan kesepakatan itu qabilah Banu Bakr bergabung ke dalam aliansi kaum kafir Quraisy, sementara Banu Khuza'ah ke dalam aliansi kaum Muslimin Madinah.
Ternyata dua tahun kemudian Banu Bakr dengan dukungan pihak Makkah menuyerang Banu Khuza'ah. Dalam penyerangan itu banyak penduduk Banu Khuza'ah yang terbunuh. Utusanpun dikirim ke Madinah melaporkan pihak Makkah telah melanggar Perjanjian Hudaibiyah. RasuluLlah SAW segera mengumpulkan pasukan, lalu bergerak menuju Makkah, dan dalam perjalanan beberapa qabilah lain datang bergabung dengan RasuluLlah SAW. Tatkala pasukan itu tiba di FARAN jumlahnya telah mencapai SEPULUH RIBU orang. RasuluLlah SAW yang memimpin pasukan SEPULUH RIBU orang dari FARAN ini diprofesikan jauh sebelumnya oleh Nabi Musa dan Nabi Sulaiman 'alayhimassalam. Kita kutip dari The Holy Bible, King James (authorize) Version:
"And this is the blessing, where-with Moses the man of God blessed the Children of Israel before his death. And he said the Lord came from Sinai, and rose up from Seir unto them; the shined forth from mount PARAN and he came with TEN RHOUSAND of saints; from his right hand sent a fiery law for them" (Deuteronomy 23:1-2). Dan inilah berkat atas Bani Israil yang diberikan oleh Musa orang kepercayaan Tuhan sebelum wafatnya. Dan ia berkata: Tuhan datang dari Thursina dan terbit dari Seir atas mereka; ia terus bersinar gemerlapan dari bukit FARAN dan ia datang dengan SEPULUH RIBU pasukan syuhada; dari tangan kanannya datang syari'at yang cemerlang untuk mereka.(*)
My beloved is white and ruddy, the chiefest among TEN THOUSAND (The Song of Salomon 5:10). Kekasihku putih dan merah memimpin SEPULUH RIBU (orang).
Tatkala berita pasukan Muslimin dari Madinah itu sampai kepada penduduk Makkah, Abu Sufyan (Kepala Negara Makkah yang pernah mengepalai Konfederasi Arab yang mengepung Madinah dalam Perang Parit) dengan beberapa orang pengawal pribadinya meninggalkan Makkah menuju ke arah bukit FARAN. Mereka berjalan sepanjang hari tanpa berhenti, dan pada malam harinya mereka menyaksikan pandangan yang mengecutkan nyali Abu Sufyan. Ia menyaksikan hamparan sinar obor sepanjang mata memandang. Abu Sufyan menyadari tidak ada gunanya untuk berperang melawan pasukan Muslimin. Keesokan harinya Abu Sufyan menyaksikan dari tempat ketinggian pasukan Muslimin gelombang demi gelombang berbaris menuju Makkah. Nabi Muhammad SAW yang tujuh tahun lalu dikejar-kejarnya ke Gua Tsaur, yang hijrah ke Madinah, kini telah kembali dengan pasukan yang demikian banyaknya untuk mengambil alih Makkah.
***
Negara Kota Makkah menyerah tak bersyarat. RasuluLlah SAW mmberikan panji kepada Abu Ruwaihah, sambil bersabda: "Inilah Panji Bilal". (Sewaktu hijrah dahulu, setelah kaum Muhajirin tiba di Madinah, setiap Muhajir mengikat tali persaudaraan dengan seorang Anshar; dalam proses persaudaraan itulah Abu Ruwaihah mengikat tali persaudaraan dengan Bilal). Selanjutnya RasuluLlah SAW menyuruh Bilal berjalan di depan panji itu dan mengumumkan dengan suara nyaring, bahwa siapa saja dari penduduk Makkah yang minta perlindungan di bawah panji ini akan dilindungi dengan aman. Bilal yang dahulu adalah seorang budak yang berkulit hitam yang dihina dan disiksa, sekarang datang membawa panji keamanan. Inilah cara yang paling elok Bilal membalaskan "dendam"-nya kepada penduduk Makkah. Air tuba dibalas dengan air susu. Bilal yang dahulu dihina dan disiksa, kini datang membalas perlakuan penduduk Madinah itu dengan "panji" keamanan.
RasuluLlah SAW juga menyuruh Bilal untuk mengumumkan bahwa siapa saja yang diam di dalam rumahnya kemudian menutup pintu akan aman. Siapa saja yang masuk Ka'bah akan aman. Siapa saja yang berlindung di rumah Abu Sufyan akan aman. Yang terakhir ini menunjukkan bahwa RasuluLlah SAW tetap mengindahkan Abu Sufyan sebagai pemimpin Makkah.
RasuluLlah SAW begitu masuk kota Makkah langsung ke Ka'bah, rumah ibadah yang pertama dibangun oleh kakek kita Nabi Adam AS, di mana Hajar alAswad (batu hitam) satu-satunya bahan bangunan yang masih tertinggal. Kemudian Ka'bah dibangun kembali oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Isma'il 'alayhimassalam, atas petunjuk malaikat Jibril AS mengenai letak rumah ibadah yang dibangun kakek kita Nabi Adam AS, yaitu suatu gudukan tanah yang letaknya lebih tinggi dari tanah sekelilingnya. Juga Jibril AS menunjukkan kepada mereka berdua Hajar alAswad yang letaknya tidak jauh dari gundukan tanah itu. Rumah ibadah Bayt al'Athiq (Rumah Antik) kemudian telah dikotori oleh kebudayaan Arab Jahiliyah dengan 360 keping patung berhala sekeliling Ka'bah. Adapun Hajar alAswad adalah batu yang sangat istimewa, karena tidak pernah disembah oleh masyarakat penyembah berhala itu, bahkanpun tidak pernah menjadikannya sebagai wasilah (medium, penghubung) kepada Allah. Hajar alAswad merupakan tolok ukur keimanan Muslim yang berhaji, yakni pada waktu mencium Hajar alAswad wajib meyakinkan diri bahwa itu hanya batu biasa saja. Haji Eros Jarot (sutradara filim Cut Nyak Dien) menurut pengakuannya tidak berani mencium Hajar alAswad, hanya mencium tangannya kemudian menempelkannya pada Hajar alAswad, karena menurut pengakuannya ia kuatir, tidak bisa menjamin dirinya untuk tidak berpikiran lain-lain.
Ka'bah segera dibersihkan oleh RasuluLlah SAW dari pencemaran berhala-berhala itu. Setiap sekeping berhala tumbang, RasuluLlah SAW mengucapkan ayat:
"Wa Qul Ja-a lHaqqu wa Zahaqa lBa-thilu inna lBa-thila ka-na Zahuwqan (S. Al Isra-', 81). Katakanlah telah datang kebenaran dan telah lenyap yang batil, sesungguhnya kebatilan itu niscaya lenyap (17:81).
Setelah itu Nabi Muhammad SAW mengumpulkan penduduk Makkah, kemudian beliau mengingatkan perlakuan mereka, yaitu penghinaan, terror, penyiksaan, pembunuhan, pengasingan, pemboikotan ekonomi, pengisolasian sosial, dan pengusiran ummat Islam. Beliau bertanya: "Sekarang perlakuan apa yang seharusnya ditimpakan atas kamu sekalian?" Hampir semuanya penduduk Makkah, terutama para petingginya, hanya menundukkan kepala. Maka RasuluLlah SAW bersabda pula: "Mudah-mudahan Allah SWT mengampuni kamu sekalian. Hari ini tidak ada tuntutan tanggung-jawab atas kesalahan kalian. Pulanglah semuanya ke rumah kalian masing-masing dengan damai." Dan khusus kepada Abu Sufyan RasuluLlah SAW bersabda: "Engkau kutunjuk menjadi gubernur Makkah."
Kekejaman selama tiga belas tahun yang dimaafkan RasuluLlah SAW dalam waktu beberapa menit itu, sangatlah menyentuh hati semua penduduk Makkah. Abu Sufyan dan semua penduduk Makkah dengan ikhlas berduyun-duyun masuk Islam. Kemenangan atas Makkah tanpa pertumpahan darah, penaklukan territorial dan penaklukan hati nurani hanya berlangsung satu hari. Setelah amnesti umum itu, Nabi Muhammad SAW bersama pasukan SEPULUH RIBU itu semuanya kembali ke Madinah, tak seorang juapun yang tinggal berfungsi sebagai tentara pendudukan. Kemenangan atas Makkah itu terpateri dalam Al Quran:
"Idza- Ja-a Nashru Lla-hi wa lFathu . Wa Ra.ayta nNa-sa Yadkhuluwna fiy Diyni Lla-hi Afwa-jan . FaSabbih biHamdi Rabbika wa sTaghfirhu Innahu- Ka-na Tawwa-ban (S. AnNashr, 1-3). Apabila datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk ke dalam agama Allah berduyun-duyun . Maka tasbihlah dan tahmidlah kepada Maha Pengaturmu dan minta ampunlah engkau kepadaNya, sesungguhnya Ia Maha Penerima tawbat (110:1-3). Ini adalah satu-satunya Surah yang secara penuh turun di Makkah (Surah Makkiyah) pada periode setelah hijrah (periode Madinah). WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 5 Januari 1997
==============================
(*)
Dalam bahasa Arab dan Semit bentuk past tense dipakai untuk nubuatan, karena dalam ilmu nahwu, fi'il madhiy (past tense) di samping untuk masa lalu juga bermakna suatu peristiwa yang pasti akan terjadi. Peristiwa kiamat dikissahkan dalam Al-Quran, tasrif (konyugasi) dalam bentuk fi'il madhiy.
Tidak seorangpun bangsa Israel termasuk Yesus, yang ada hubungannya dengan Paran. Hajar, dengan anaknya Ismail AS, berkeluyuran di padang gurun Birsheba, yang kemudian menetap di padang gurun Paran (Kitab Kejadian 21:21). Ismail AS mengawini perempuan Mesir dan dari kelahiran anak sulungnya, Haidar (Kedar), memberikan keturunan kepada bangsa Arab, yang juga merupakan garis lurus silsilah: Haidar - Jamal - Sahail - Binta - Salaman - Hamyasa - 'Adad - 'Addi - Adnan - Ma'ad - Nizar - Mudhar - Ilyas - Mudrikah - Khuzaimah - Kinanah - Nadhar - Malik - Fihir - Ghalib - Luaiy - Ka'ab - Murrah - Kilab - Qushay - 'Abdul Manaf - Hasyim - 'Abd.Muththalib - 'Abdullah - NABI MUHAMMAD SAW. Sejak itu sampai sekarang menjadi penghuni padang gurun Faran. Bunyi nubuwat dalam Habakuk sangat perlu diperhatikan. Kemuliaannya meliputi langit dan bumipun penuh dengan pujiannya. Kata "pujian" ini sangat penting karena nama Muhammad secara harfiah berarti "orang terpuji". Para penghuni padang gurun Faran juga juga telah dijanjikan Wahyu: "Biarkan padang gurun menyaringkan suara dengan kota-kotanya dan sengan desa-desa yang didiami Kedar; biarkanlah bersorak-sorak penduduk Bukit Batu. (Yesaya 42: 11). Ada pula dua nubuat lain yang perlu diperhatikan yang merujuk ke Kedar.
-- Pertama dalam Yesaya: "Bangkitlah, bersinarlah karena terangmu datang, dan kemuliaan Tuhan atasmu ... Sejumlah besar unta akan menutupi daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa; mereka semua akan darang dari Syeba ... Demua kambing domba Kedar akan berhimpun kepadamu, domba-domba jantan Nebayit akan bersedia untuk ibadahmu: semuanya akan dipersembahkan di atas mezbahku, dan aku akan menyemarakkan rumah keagunganku." (Yesaya, 60:1-7).
-- Kedua lagi-lagi dalam Yesaya: "Ucapan ilahi terhadap Arabia. Di belukar Arabia engkau akan bermalam, wahai kafilah-kafila orang Dedan ! Penduduk tanah Tema membawakan air kepadanya yang sedang kehausan, mereka menyambut dia yang melarikan diri dengan roti. Karena mereka melarikan diri dari pedang ... dan dari busur yang dilentur, dan dari peperangan yang hebat. Karena beginilah Tuhan berfirman kepadaku: "Dalam setahun lagi, menurut masa kerja prajurit upahan, maka semua kemuliaan Kedar akan habis. Dan dari pemanah-pemanah yang gagah perkasa dari bani Kedar, akan tersisa sejumlah kecil saja" (Yesaya, 21:13-17).
Bacalah nubuat-nubuat dalam Yesaya menurut nubuat dalam Ulangan yang berbicara tentang Sinar Tuhan dari Faran. Jika Ismail AS menghuni padang gurun Faran, tempat ia melahirkan Kedar, yakni nenek moyang bangsa Arab, dan jika anak-anak Kedar harus memberikan sambutan pada altar ilahi untuk mengagungkan rumah keagunganku di mana kegelapan meliputi bumi selama berabad-abad, dan kemudian negeri itu akan menerima terang dari Tuhan, dan jika semua keagungan Kedar runtuh dan jumlah pemanah, orang-orang kuat dari anak-anak Kedar, lenyap dalam setahun setelah orang itu melarikan diri dari pedang-pedang dan dari busur-busur yang dibentang - Yang Kudus dari pegunungan Faran (Habakuk, 3:3) tak lain adalah Muhammad SAW. Muhammad SAW keturunan suci dari Ismail AS melaui Haidar, yang berdiam di padang gueun Faran. Muhammad SAW adalah satu-satunya Nabi melalui siapa bangsa Arab menerima wahyu di masa kerika kegelapan menyelimuti bumi. Melalui dia Tuhan bersinar dari Faran dan Makkah adalah satu-satunya tempat di mana "rumah keagunganku, rumah Tuhan (BaituLlah) dimuliakan dan domba-domba Kedar memberi sambutan di atas altarnya. Muhammad SAW dizalimi oleh kaumnya dan terpaksa meninggalkan Makkah. Dia kegausan dan melarikan diri dari pedang yang dihunus dan busur yang dibentangkan, dan tak lebih dari setahun setelah kepergiannya, anak cucu kerutunan Kedar berjumpa dengannya di Badar, tempat pertempuran pertama antara penduduk Makkah dengan Muhammad SAW bresama kaum Muhajirin dan Anshar dari Madinah, Bani Kedar dan sejumlah pemanah gugur dan semua kemuliaan Kedar tumbang.