Orang atheist mengatakan bahwa tidak ada tuhan. Tuhan hanya ciptaan manusia saja. Apa benar begitu? Manusia mencipta tuhan di dalam benaknya? Itu ada benarnya, tetapi tidak seluruhnya benar. Hasil ciptaan manusia dalam benaknya, itulah dia yang disebut ila-h(un) dalam wujud mempertuhankan berhala, mempertuhankan manusia, mempertuhankan materi berupa harta benda kekayaan, mempertuhankan ideologi, mempertuhankan nasionalisme, mempertuhankan HAM dll. Itulah yang dinafikan (disangkal, deny) dalam LA ALH (dibaca: la- ila-ha), tidak ada itu ila-h(un) hasil ciptaan manusia dalam benaknya, yang Ada adalah Pencipta alam semesta. Sewaktu manusia belum ada di permukaan bumi ini, ila-h(un) itu juga belum ada, karena itu adalah hasil ciptaan manusia dalam benaknya. Jadi ma'na laa ila-ha illaLla-h, adalah tidak ada ilah hasil ciptaan manusia dalam benaknya, Yang Ada adalah Allah. Itulah dia ma'na tiada ilah selain Allah.
Para antropoloog (yang juga diikuti oleh Nurcholis Madjid) katanya setelah mengadakan penelitian atas bangsa-bangsa Semit mendapatkan bahwa orang-orang Semit ada yang menyembah air, sumur (= mata air), ada yang menyembah bulan, maka mereka berkesimpulan bahwa ila-h(un) itu adalah dewa air, dewa sumur, dewi bulan. Selanjutnya para antropoloog itu membuat hoax (kebohongan "ilmiyah") dengan trick (akal-akalan) permainan semantik. Mereka membubuhkan imbuhan definitif "al" di depan ilah, sehingga menjadi al-ilah, itulah dewa air, dewa sumur, dewi bulan. Membubuhkan al pada ilah adalah suatu yang sangat kontradiktif. Ilah yang telah dinafikan itu, sangat bertentangan dengan pembubuhan "al". Itulah yang disebut hoax rekayasa antropolog. Kemudian al-ilah disulap menjadi Allah, itulah yang disebut permainan akal-akalan semantik.
Waktu Abel Tasman ke bagian timur kepulan Nusantara ini banyak kelasi kapalnya meninggal karena penyakit scheurbuik (nanti pada abad ke-20 ketahuan bahwa penyakit itu disebabkan oleh kekurangan vitamin C). Maka Abel Tasman singgah di Ambon mengambil kelasi. Tiba pada suatu waktu Abel Tasman yang sedang berdiri bersama dua orang kelasi Ambon, tampaklah dari jauh sebuah pulau/daratan. Kelasi Ambon yang berdiri di tengah segera menunjuk sambil berseru: "Itu ada pulo." Abel Tasman bertanya: "Wat is de naam van het pulo," dan serempak dengan itu kelasi Ambon yang satu bertanya pula kepada temannya: "Mana itu pulo." Karena jengkel kepada temannya mengapa pulau yang sudah jelas kelihatan itu tidak dilihatnya, ia balik bertanya: "Ose tra lia'," (engkau tidak lihat)? Segera Abel Tasman dengan rasa puas karena mendapat jawaban, masuk ke dalam kamarnya, menulis dalam log-boeknya: Pada jam sekian, tanggal sekian, tahun sekian, kami menjumpai daratan baru bernama Australia. Maka hoax permainan semantiknya antropolog "al-ilah menjadi Allah", tidaklah berbeda dengan hoax dalam dongengan tentang lahirnya nama Australia, dengan permainan semantik dari Osetralia.
***
Nama Allah adalah Nama Diri (Proper Name) yang Allah sendiri memberikan NamaNya sejak Nabi Ibrahim AS, seperti termaktub dalam Al-Quran:
-- FLMA BLGh M'AH ALS'AY QAL YBNY ANY ARY FY ALMNAM ANY ADzBhK FANDzR MADzA TRY QAL YAaBT AF'AL MA TWaMR STJDNY AN SYAa ALLH MN ALShBRYN (S. ALShFT 37:102),
dibaca:
-- falamma- balagha ma'ahus sa'ya- qa-la Ya- bunayya inni- ara- fil mana-mi anni- adzbahuka fanzhur ma-dza- tara- Qa-la Ya- abatif'al ma- tu'maru satajiduni- insya- ALla-hu minash sha-biri-na (tanda - dipanjangkan membacanya),
artinya:
-- Tatkala putra itu sudah balig dan telah sanggup membantu bekerja, berkatalah (Ibrahim): Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam tidurku bahwa aku menyembelihmu, maka bagaimanakah pendapatmu mengenai hal ini. Berkata (Isma'il): Hai ayah, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, engkau akan mendapati aku, insya Allah, termasuk golongan orang yang tabah.
Allah adalah Nama Diri, yang tidak dijabarkan dari kata apapun juga dan tidak mempunyai arti yang terkait dengan sifat dan perbuatan apapun juga:
-- WLM YKN LH KFWA AhD (S. ALAKhLASh, 112:4),
dibaca:
-- Walam yakul lahu- kufuwan ahad,
artinya:
-- dan tak satu juapun yang sekufu (setara) denganNya.
Menurut ayat (37:102), Allah telah memberitahukan Nama DiriNya kepada Nabi Ibrahim AS seperti diucapkan oleh Isma'il: "satajiduni- insya- ALla-hu minash sha-biri-n". Kepada Nabi Muhammad SAW Allah memberi tahu 99 Al-Asmaa' Al-Husnay (Nama-Nama Terbaik) yang dikaitkan kepada sifat dan perbuatan Allah. Firman Allah:
-- WLLH ALASMAa ALhSNY FAD'AWH BHA WDzRWA ALDzYN YLhDWN FY ASMAaH SYJZWN MA KANWA Y'AMLWN (S. ALA'ARAF, 7:180),
dibaca:
-- waliLla-hil asma-ul husna- fad'u-hu biha- wadzarul ladzi-na yulhidu-na fi- asma-ihi- sayujzauna ma- kanu- ya'malu-n,
artinya:
-- Bagi Allah Nama-Nama Terbaik, sebab itu berdo'alah kepadaNya dengan Nama-Nama itu dan biarkanlah orang-orang memutar-mutar Nama Allah, nanti mereka akan dibalasi apa yang mereka perbuat.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam ayat (7:180) tersebut. Pertama, jika berdoa kepadaNya pakailah Nama-Nama terbaik itu, seperti antara lain yang dalam Basmalah, Ar-Rahman (Maha Pengasih), Ar-Rahim (Maha Penyayang). Kedua, peringatan bagi antropolog dalam kalangan ummat Islam untuk tidak membeo kepada antropolog orang-orang kafir itu memutar-mutar Nama Allah (misalnya dari al-ilah). Sampai lumpuh otak antropolog orang-orang kafir itu tidak akan bisa mengakal-akali bikin hoax dari mana asal 99 kata itu. Itulah sebabnya sampai sekarang dan sampai kiamat para antropolog itu tidak sanggup mengutak-katik dengan otaknya yang sejemput itu dari mana asal kata ke-99 Nama-Nama Terbaik dari Allah.
Alhasil, Nama Allah telah diturunkan Allah sebelum penyembah berhala menciptakan dalam benak manusia yang melahirkan kebudayaan Semit nama-nama Ilah seperti tiga-serangkai/ trimurti Arab-jahiliyah: Al-Lat (dewi kesuburan dan peperangan), Al-Uzza (dewi kekuatan), dan Al-Manat (dewi peruntungan) . Pada zaman Nabi Isma'il AS orang Arab di Makkah masih beragama Tawhid, menyembah Allah, seperti diajarkan oleh Nabi Isma'il AS. Dalam perjalanan sejarah agama Tawhid yang diajarkan oleh Nabi Isma'il AS, walaupun nama Allah masih tetap dipelihara (nama ayahanda Nabi Muhammad SAW adalah Abdullah), namun agama Tawhid dikotori oleh kebudayaan jahiliyah hasil olahan benak masyarakat jahiliyah penyembah berhala itu, yang menghasilkan tuhan ciptaan manusia, seperti tiga-serangkai Arab-jahiliyah tersebut.
***
Manusia keturunan Nabi Adam AS dan Sitti Hawa punya cirikhas yang berhubungan ke-99 Al-Asmaa' Al-Husnay. Periksalah telapak tangan anda yang sebelah kanan di situ tertera alur(*) berbentuk angka Arab ١٨ (18) (membaca angka Arab dari kiri ke kanan, berbeda dengan membaca tulisan Arab dari kanan ke kiri). Pada telapak kiri tertera angka ٨١ (81). Cobalah jumlahkan: 18 + 81 = 99 jumlah Nama-Nama Allah Terbaik. Coba susun: 1881, bagilah 19, 1881:19 = 99. Pada bagian dalam sampul (inner cover) Al-Quran awal dan akhir ada tertera ke-99 Nama-Nama Terbaik dari Allah. WaLlahu a'lamu bisshawab.
Makassar, 29 Oktober 2006
--------------------------
(*) Alur pada telapak tangan sebelum diturunkan wahyu ttg Al-Asmaa' Al-Husnay yang jumlahnya 99 itu dan sebelum dikenal simbol bilangan sistem desimal angka Arab, masih merupakan rahasia yang belum dapat dibaca manusia.
29 Oktober 2006
[+/-] |
751. Al-Asmaa' Al-Husnay vs Hoax Rekayasa Antropolog |
22 Oktober 2006
[+/-] |
750. Masalah Berlebaran Bersama dan Sekali lagi Al-Muaqaththa’aat |
Di Makassar 29 puasa Ahad petang 22 Oktober, matahari terbenam 17:55:25 LT dan bulan pada 17:56:50 LT, beda waktu 1 menit 25 detik, tinggi titik pusat Al-Hilal 2'51" ('=menit busur, "=detik busur), ijtima' pada 13:15:08 LT. Al-Hilal tidak bisa diru'yah, sedangkan secara hisab, mutasyabihat, remang-remang, karena data itu menunjukkan Makassar pada wilayah bidang batas Ramadhan dengan Syawwal. Di sebelah barat bidang batas itu baik ru'yah maupun hisab jelas sudah halal mengakhiri puasa pada hari Senin, namun di sebelah timur bidang batas itu masih haram mengakhiri puasa pada hari Senin. Al-halalu bayyinun, walharamu bayyinun wa bainahuma mutasyabihat. Yang halal jelas, yang haram jelas dan di antara keduanya remang-remang. Di dalam Hadits Shahih riwayat Muslim dinyatakan bahwa masing-masing kawasan adalah dengan rukyahnya sendiri-sendiri (Hadits nomor 1087). Oleh sebab itu tidak berlebaran bersama dalam hari yang sama itu keniscayaan, dan itu bukan perpecahan namanya, itu tidak relevan dengan isu persatuan dan kesatuan ummat. Maka secara pribadi saya putuskan menggenapkan puasa 30 hari, Senin masih berpuasa. inal-'Aaidiyn wal-Faaiziyn, TaqabbalaLla-hu Minnaa waMinkum.
***
Dalam Seri 749 ybl telah diperlihatkan Al-Muqaththa'aat adalah salah satu dari Mu'jizat Nabi Muhammad SAW. Pendekatan numerik Al-Muqaththa'ah/Al-Muqaththa'aat itu menunjukkan bahwa tidak mungkin ada manusia sampai kiamatpun yang mampu menyusun buku dengan kata-kata yang jumlah huruf-hurufnya terkait dengan sistem kelipatan 19 itu. Al-Muqaththa'ah/Al-Muqaththa'aat yang sinkron dengan sistem 19 itu melemahkan semua hasil kajian orientalis yang memutar otaknya memakai hermeneutika menentang dengan menyatakan bahwa Al-Quran itu "man made" dan Orientalis bersama antek-anteknya Orientalis berupa pseudo-Muslim yang menentang keotentikan teks Mushhaf 'Usmaniy. Satu huruf saja yang tidak otentik, maka keterkaitan data numerik Al-Muqaththa'aat itu tidak akan sinkron dengan sistem 19. Apa yang diperlihatkan hasil lacakan/obesrvasi menganai data numerik itu dengan telak melemahkan ('ajaza, Mu'jizat) semua upaya yang sia-sia dari para Orientalis dan antek-anteknya pseudo-Muslim itu. Mu'jizat Nabi Muhammad SAW itu dapat disaksikan di mana saja, kapan saja dan oleh siapa saja.
***
Kemudian dari pada itu saya terima e-mail Japri oleh Usamah yang menanyakan atas dasar apa angka 19 dipilih, apakah karena 19 terdiri atas kombinasi single digit terendah (1) dan single digit tertinggi (9), ataukah diambil dari 12 bulan setahun dan 7 hari seminggu: 12 + 7 = 19. Saya sudah kirim e-mail Japri kepadanya, dan saya pikir tentu tidak kurang pembaca yang seperti Usamah yang belum mengikuti secara sinambung Serial WAHYU DAN AKAL – IMAN DAN ILMU ini, sehingga saya merasa perlu menuliskan jawaban saya itu kepadanya dalam Seri 750 ini.
***
Al-Walid ibn Al-Mughirah pernah berkata: Al-Quran itu tidak lain hanya perkataan manusia. Ucapan Al-Mughirah itu terpateri dalam Al-Quran:
-- AN HDZA ALA QWL ALBSYR (S. ALMDTSR, 74:25),
dibaca:
-- in ha-dza- illa- qaulul basyari (tanda - memanjangkan),
artinya:
-- Ini tidak lain hanya perkataan basyar.
Maka kepada Al-Mughirah yang dahulu, dan semacam Al-Mughirah dewasa ini serta yang akan datang, yang bervisi Al-Quran itu "man made", Allah memberikan "sengatan", dalam FirmanNya:
-- LWAht LLBSYR (S. ALMDTSR, 74:29),
dibaca:
-- lawwa-hatul lilbasyar,
artinya:
-- Sengatan bagi basyar.
Berupa apa itu sengatan? Untuk itu silakan dibaca Surah al-Muddatstsir ayat-ayat (24-30) yang berikut (hanya artinya saja untuk menghemat ruangan):
(24)Lalu dia berkata: Ini tidak lain dari sihir yang dipelajari.
(25)Ini tidak lain hanya perkataan basyar.
(26)Aku akan memasukkannya ke dalam Saqar.
(27)Tahukah kamu apakah Saqar itu.
(28)Tidak meninggalkan dan tidak membiarkan.
(29)Sengatan bagi basyar.
(30)Padanya sembilan belas.
Apa itu basyar? Kalau Al-Quran dijadikan sebagai kamus, yaitu prinsip ayat menjelaskan ayat, maka dari 37 ayat yang mengandung kata basyar, dapatlah didefinisikan kata basyar tsb, yaitu: manusia yang berdarah daging yang makan dan minum, berkembang biak, mempunyai keturunan dan berkeluarga yang masih hidup di atas muka bumi ini. Jadi basyar itu tidak disentuh oleh neraka Saqar, karena hanya manusia yang sudah mati saja yang akan menghuni neraka Saqar. Jadi "Sengatan bagi basyar" dalam ayat (29) tidaklah menunjuk pada ayat sebelumnya, tidak menunjuk kepada Saqar, melainkan menunjuk pada ayat sesudahnya, yaitu ayat:
-- 'ALYHA TS'At 'ASYR (S. ALMDTSR, 74:30),
dibaca:
'alaiha- tis'ata 'asyara,
artinya:
Padanya 19.
Jadi sengatan itu berupa bilangan interlock yang mengontrol Al-Mushhaf bil-Rasm Al-'Utsmaniy (Teks Al-Quran Ejaan 'Utsmani), yaitu sistem keterkaitan matematis angka 19. Ayat (74:30), adalah satu-satunya ayat dalam Al-Quran yang menyebutkan bilangan tanpa substansi. Sehingga jumlah 19 bisa mengenai apa saja dalam Al-Quran, pokoknya yang bergender perempuan, sebab HA adalah dhamir ghaybah (kata ganti ketiga gender perempuan). Jadi bisa investigasi dilakukan pada Surah, atau pada ayat samada berupa kalimat, berupa kata, atau berupa huruf, termasuklah Al-Muqaththa'ah/Al-Muqaththa'at.
Alhasil, pemilihan angka 19 itu adalah atas petunjuk Allah SWT dalam S. Al-Muddatstsir ayat 30, sebagai mekanisme untuk memelihara keotentikan Al-Quran, seperti FirmanNya:
-- AN NhN NZLNA ALDzKR WANLH LhFZhWN (S. ALhJR, 15:9),
dibaca:
-- inna- nahnu nazzlnadz dzikra wa inna- lahu- laha-fizhu-n,
artinya:
-- Sesungguhnya Kami turunkan Adz-Dzikr (nama lain dari Al-Quran) dan sesungguhnya Kami memeliharanya.
WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 22 Oktober 2006
15 Oktober 2006
[+/-] |
749. Al-Muqaththa’aat Salah Satu Mu’jizat |
Dalam rangka peringatan NuzululQuran Seri 749 ini membicarakan seperti judul di atas Al-Muqaththa’aat Salah Satu Mu’jizat. Al-Muqaththa'aat adalah potongan dan/atau rangkaian potongan-potongan (akarnya dari Qaf, Tha, 'Ain, qatha'a, memotong) huruf-huruf yang terdapat dalam pembukaan surah-surah sesudah kalimah Basmalah. Mu'jizat (akarnya dari 'Ain, Jim, Zai, 'ajaza, melemahkan) adalah sesuatu yang dimiliki oleh seorang Nabi untuk melemahkan kehandalan pikiran dan upaya orang kafir dalam menentang seorang Nabi.
Al-Muqaththa'aat itu sesungguhnya kode matematis. Setelah mengadakan istinbath (penggalian) mengenai Al-Muqathth'aat ini diperoleh qaidah numerik seperti berikut:
Pertama, Kaitan numerik jumlah Surah yang dibuka dengan Al-Muqaththa'ah dan Al-Muqaththa'aat ditambah dengan jumlah Al-Muqaththa'ah dan Al-Muqaththa'aat ditambah dengan jumlah huruf-huruf yang membentuk Al-Muqaththa'ah dan Al-Muqaththa'aat, maka jumlah keseluruhan itu kelipatan 19.
Kedua, Al-Muqaththa'ah dan Al-Muqaththa'aat yang membuka sebuah Surah setelah Basmalah memberikan isyarat bahwa jumlah huruf dalam Surah bersangkutan adalah kelipatan 19.
Ketiga, huruf dan huruf-huruf persekutuan yang membentuk Al-Muqaththa'ah dan/atau Al-Muqaththa'aat yang terdapat dalam semua Surah yang sama-sama memiliki huruf dan/atau huruf-huruf persekutuan tersebut, jumlahnya adalah kelipatan 19.
Keempat, jumlah huruf atau huruf-huruf yang dinyatakan oleh Al-Muqaththa'ah dan Al-Muqaththa'aat dalam beberapa Surah yang sama-sama memiliki Al-Muqaththa'ah dan Al-Muqaththa'aat tersebut, adalah kelipatan 19.
Menurut penuturan guru saya Allahu Yarham DR S.Majidi, penjelasan yang paling effektif, yaitu memberikan contoh. Maka contoh-conth itu diilustrasikan di bawah:
Contoh Qaidah pertama:
Ada 29 surah yang dibuka dengan Al-Muqaththa'ah dan Al-Muqaththa'aat sesudah Basmalah, yaitu Surah-Surah ke- 2, 3, 7, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 19, 20, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 36, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 50, 68. Al-Muqaththa'ah dan Al-Muqaththa'aat itu 14 buah, yaitu:
1. | Alif-Lam-Mim | (2, 3, 29, 30, 31, 32) |
2. | Alif-Lam-Ra | (10, 11, 12, 14, 15) |
3. | Alif-Lam-Mim-Ra | (13) |
4. | Alif-Lam-Mim-Shad | (7) |
5. | ha,Mim | (40, 41, 43, 44, 45, 46) |
6. | 'Ain,Sin,Qaf ha,Mim | (42) |
7. | Tha,Sin | (27) |
8. | Tha-Sin-Mim | (26, 28) |
9. | Kef-Ha-Ya-'Ain-Shad | (19) |
10. | Ya-Sin | (36) |
11. | Tha-Ha | (20) |
12. | Shad | (38) |
13. | Qaf | (50) |
14. | Nun | (68) |
Huruf yang membentuk Al-Muqaththa'ah dan Al-Muqaththa'aat 14 buah: (1)Alif, (2)Lam, (3)Mim, (4)Ra, (5)Kef, (6)ha, (7)Ya, (8)'Ain, (9)Shad, (10)Tha, (11)Sin, (12)Qaf, (13)Nun, (14) Ha.
Marilah kita jumlahkan angka 29 (jumlah Surah yang dibuka dengan Al-Muqaththa'ah dan Al-Muqaththa'aat), ditambahkan dengan 14 (jumlah Al-Muqaththa'ah dan Al-Muqaththa'aat), ditambahkan lagi dengan 14 (huruf dan huruf-huruf yang membentuk Al-Muqththa'ah dan Al-Muqaththa'aat, maka akan diperoleh: 29 + 14 + 14 = 57 = 3 x 19.
Contoh Qaidah kedua:
Surah al-A'raaf (7)
Alif | Lam | Mim | Shad | Alif + Lam + Mim + Shad |
2572 | 1523 | 1165 | 98 | 5358 = 19 x 282 |
*******
Surah Yuwnus (10)
Alif | Lam | Ra | Alif + Lam + Ra |
1319 | 913 | 257 | 2489 = 19 x 131 |
*******
Surah al-Ra'd (13)
Alif | Lam | Mim | Ra | Alif + Lam + Mim + Ra |
625 | 479 | 260 | 137 | 1501 = 19 x 79 |
******
Surah Tha-Ha (20)
Tha | Ha | Tha + Ha |
28 | 314 | 342 = 19 x 18 |
*******
Surah Maryam (19)
Kef | Ha | Ya | 'Ain | Shad | Kef + Ha + Ya + 'Ain + Shad |
137 | 168 | 345 | 122 | 26 | 798 = 19 x 42 |
*******
Surah Ya-sin (36)
Ya | Sin | Ya + Sin |
48 | 237 | 285 = 19 x 15 |
*******
Surah asy-Syuwray (42)
ha | Mim | 'Ain | Sin | Qaf | Qaf ha + Mim + 'Ain +Sin +Qaf |
53 | 308 | 53 | 99 | 57 | 570 = 19 x 30 |
*******
Surah Qaf (50)
Qaf |
57 = 19 x 3 |
*******
Surah alQalam (68)
Nun |
133 = 19 x 6 |
*******
Contoh Qaidah ketiga:
Jumlah huruf Alif persekutuan yang terdapat dalam Surah-Surah 2, 3, 7, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 29, 30, 31, 32 berturut-turut seperti berikut:
4592 + 2578 + 2572 + 1353 + 1402 + 1335 + 625 + 594 + 503 + 784 + 545 + 348 + 268 = 17499 = 19 x 921
*******
Jumlah huruf Lam persekutuan yang terdapat dalam Surah-Surah 2, 3, 7, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 29, 30, 31, 32 berturut-turut seperti berikut:
3204 + 1885 + 1523 + 912 + 788 + 812 + 479 + 452 + 323 + 554 + 396 + 298 + 154 = 11780 = 19 x 620
*******
Jumlah huruf Mim persekutuan yang terdapat dalam Surah-Surah 2, 3, 7, 13, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46 berturut-turut seperti berikut:
2195 + 1251 + 1165 + 260 + 489 + 461 + 347 + 318 + 177 + 158 + 389 + 276 + 308 + 317 + 145 + 200 + 227 = 8683 = 19 x 457
*******
Jumlah huruf Ra persekutuan yang terdapat dalam Surah-Surah 10, 11, 12, 13, 14, 15 berturut-turut seperti berikut:
257 + 324 + 258 + 137 + 160 + 99 = 1235 = 19 x 65
*******
Jumlah huruf Shad persekutuan yang terdapat dalam Surah-Surah 7, 19, 38, berturut-turut seperti berikut:
98 + 26 + 28 = 152 = 19 x 8
*******
Contoh Qaidah keempat:
No | Surah | Alif | Lam | Ra | Alif + Lam + Ra |
11. | Huwd | 1370 | 794 | 325 | 2489 |
12. | Yuwsuf | 1306 | 812 | 257 | 2375 |
14. | Ibraahiym | 585 | 452 | 160 | 1197 |
15. | al-hijr | 493 | 323 | 96 | 912 |
Jumlah | 3754 | 2381 | 838 | 6973 = 19 x 367 |
Tabel Alif,Lam,Mim
No | Surah | Alif | Lam | Mim | Alif + Lam + Mim |
2. | al-Baqarah | 4592 | 3204 | 2195 | 9991 |
3. | Ali 'Imraan | 2578 | 1885 | 1251 | 5714 |
7. | al-A'raaf | 2572 | 1523 | 1165 | 5260 |
13. | al-Ra'd | 625 | 479 | 260 | 1364 |
29. | al-'Ankabuwt | 784 | 554 | 347 | 1685 |
30. | al-Ruwm | 545 | 396 | 318 | 1259 |
31. | Luqmaan | 348 | 298 | 177 | 823 |
32. | al-Sajadah | 268 | 154 | 158 | 580 |
Jumlah | 12312 | 8493 | 5871 | 26676 = 1404 x 19 |
Alhasil, pendekatan numerik Al-Muqaththa'ah/Al-Muqaththa'aat di atas itu menunjukkan bahwa tidak mungkin ada manusia sampai kiamatpun yang mampu menyusun buku dengan kalimat-kalimat yang redaksionalnya terkait dengan sistem kelipatan 19 itu. Al-Muqaththa'ah/Al-Muqaththa'aat yang sinkron dengan sistem 19 itu melemahkan semua hasil kajian orientalis yang memutar otaknya memakai hermeneutika menentang dengan menyatakan bahwa Al-Quran itu "man made" dan Orientalis bersama antek-anteknya Orientalis berupa pseudo-Muslim yang menentang keotentikan teks Mushhaf 'Usmany. Satu huruf saja yang tidak otentik, maka keterkaitan data numerik di atas itu tidak akan sinkron dengan sistem 19. Apa yang diperlihatkan hasil lacakan/obesrvasi mengenai data numerik itu dengan telak melemahkan semua upaya yang sia-sia dari para Orientalis dan antek-anteknya pseudo-Muslim itu. Melemahkan, 'ajaza, Mu'jizat Nabi Muhammad SAW yang dapat disaksikan di mana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 15 Oktober 2006
-----------------------------
(*) Tabel Alif,Lam,Ra dikoreksi di seri 750
8 Oktober 2006
[+/-] |
748. Tanda-Tanda Ketuaan dan Tekonologi yang Bisa Zalim |
Selesai shalat Jum'at kemarin dulu seperti biasa dlam bulan Ramadhan tidak langsung pulang, melainkan duduk-duduk dahulu berbincang-bincang. Titik berat perbincangan hari itu menyangkut seperti pada judul di atas "Tanda-Tanda Ketuaan". Beberapa ciri atau tanda dikemukakan, selain rambut, pendengaran dan penglihatan. Pada umumnya yang berbincang itu mengemukakan bahwa kalau sujud dalam shalat sudah tidak sanggup lagi lutut dahulu baru telapak tangan bertumpu pada lantai. Ya hampir semua mengatakan telapak tangan dahulu baru lutut. Itu salah satu tanda ketuaan. Haji Abrurrahman, itu dosen senior Universitas Islam Negeri (dahulu: IAIN) mengatakan sudah lama tidak bisa memenuhi undangan buka puasa, pasalnya begitu makanan masuk, perut terangsang untuk mengeluarkan isinya, jadi repot nanti ditempat buka puasa. "Wah, sama dengan saya, hanya saja itu terjadi jika makanan yang masuk itu, bukan yang khusus biasa di makan di rumah yang bisa berdamai dengan perut, itulah sebabnya saya tidak sempat hadir pada hari Syukuran Harian Fajar 1 Oktober 2006 yang lalu," saya menyahut. Saya tambahkan pula: "Kalau mau ke walimah (resepsi) perkawinan, saya makan dahulu di rumah makanan yang bisa berdamai dengan perut itu. Kalau undangan untuk berbuka puasa mana bisa makan dahulu baru datang untuk buka bersama. Bermacamlah tanda-tanda ketuaan dikemukakan yang pada umumnya dialami oleh majelis kecil yang berbincang itu. Kalau duduk di lantai mesti mencari tempat bersandar.
Saya tersenjum, ingat tanggal 30 September yang lalu, saya menyisih sedikit untuk bersandar pada podium di lantai bawah (aula) Masjid Al-Markaz dalam rangka diskusi seperti pada judul di atas Teknologi yang Bisa Zalim. Akan diperbincangkan di bawah nanti. Kembali kepada ciri ketuaan antara lain yaitu shalat Tarwih tidak bisa lagi berjama'ah di masjid, karena betul-betul shalat Tarwih, yang artinya santai. Seperti diketahui dalam rangkaian pelaksanaan ibadah Haji dimulai pada Yawm al-Tarwiyah yaitu pada 8 DzulHijjah. Disebut demikian karena pada hari itu RasuluLlah SAW dalam perjalanan beliau ke Arafah melepaskan dahaga, bersantai (Tarwiyah) di Mina.
-- Azh Zhahra wa l'Ashra Yawma tTarwiyati biMinay, shalat Zhuhur dan 'Asar pada hari Tarwiyah di Mina (Rawahu Bukhariy).
Shalatullayl artinya shalat tengah malam --shalat Tarwih itu sesungguhnya shalatullayl yang dikerjakan secara berjama'ah dalam bulan Ramadhan-- yang saya laksanakan sejak berusia kepala tujuh sungguh-sungguh shalat Tarwih dalam arti santai, seperti yang dikerjakan para sahabat sebelum diorganiser oleh Khalifah 'Umar ibn Khatttab RA. Sesudah salam sehabis 2 raka'at para sahabat itu bersantai, makan-makan kurma. Itulah sekelumit tentang tanda-tanda ketuaan.
***
Hari Sabtu 30 September 2006 bersama dengan Fuad Rumi saya menjadi nara sumber dalam diskusi dengan tema: Musibah dalam Prospektif Agama dan Tekonologi, bertempat pada lantai bawah masjid Al-Markaz seperti telah disebtkan di atas. Dalam diskusi itu saya antara lain mngemukakan bahwa teknologi itu bermanfaat untuk manusia karena mempermudah dan mempercepat proses kehidupan zahir, aktivitas jasmani dan juga membantu beberapa hal dalam 'ibadah mahdhah utamanya mikrofon dan laudspiker. Saya kemukakan dalam kesempatan menjadi nara sumber itu apa itu yang dimaksud dengan teknologi. Secara gampangnya, teknologi adalah suatu proses yang memberikan nilai tambah suatu barang / komoditi. Mengubah gabah menjadi beras yang sudah punya nilai tambah, itulah teknologi. Di dalam kita berkomunikasi sehari-hari, pemakaian istilah teknologi menjadi rancu. Barang / komoditi yang telah mempunyai nilai tambah sebagai hasil teknologi, disebut dengan teknologi juga. Teknologi diartikan sekali gus sebagai proses dan output / hasil. Namun kalau disimak, tidak seluruhnya salah. Mesin penggiling beras misalnya adalah hasil teknologi, diproses dari bungkahan ataupun lembaran logam. Pada gilirannya, mesin penggiling beras sebagai hasil teknologi dipakai pula untuk memproses gabah menjadi beras. Jadi teknologi mesin penggiling beras ini adalah sekali gus hasil dan proses. Demikian pula truk misalnya adalah hasil teknologi. Namun truk ini dapat memberikan jasa, dengan jalan memproses pemindahan komoditi dari pedalaman ke pasar. Komoditi yang sudah di pasar mempunyai nilai tambah ketimbang komoditi yang masih ada di pedalaman. Jadi juga dalam hal ini teknologi truk adalah sekali gus pula sebagai hasil dan proses. Makin canggih teknologi, akan menghasilkan barang yang juga makin tinggi nilai tambahnya. Bungkahan dan keping logam misalnya, yang diproses dengan teknologi canggih menjadi kapal terbang yang tinggi pula nilai tambahnya.
Menurut Fuad Rumi yang betul ialah mesin penggiling padi. Saya katakan pola pikir orang Melayu dan etnik Bugis-Makassar- Mandar-Torja itu output oriented. Menanak nasi, bukan menanak beras, appalu kanre bukan appaluu berasaq, mannasu nanre tania mannasu werreq (Bgs), mappiapi ande (Mdr), mannasu bo'bo' (Trj). Kalau rumah sakit itu pola pikir Belanda, sebab kata itu diadopsi dari zieken huis (ziek = sakit, huis = rumah). Jadi kalau pakai pola pikir Melayu dan etnik Bugis-Makassar- Mandar-Torja yang otuput oriented seharusnya rumah sehat. Secara psikologis istilah rumah sehat itu punya pengaruh sejuk, pikiran baik si sakit maupun keluarga si sakit diarahkan pada optimisme, sehat. Dalam manajemen ada juga yang pakai paradigam output oriented ini, yakni Management by Objectives, gampang untuk evaluasi.
Baik Fuad rumi maupun saya dalam diskusi itu mengemukakan dua ayat yang sangat relevan dengan tema: Musibah dalam Prospektif Agama dan Tekonologi, yaitu:
-- ZhHR ALFSAD FY ALBR WA ALBhRI BMA KSBT AYD ALNAS LYDzYQHM B'ADh ALDzY 'AMLWA L'ALHM YRJ'AWN (S. ALRWM, 30:41),
dibaca:
-- zhaharal fas-du fil barri wak bahri bima- kasabat aidin na-s liyudzi-qahum ba'dhal ladzi- 'amilu- la'alahun yarji'u-n (tanda - memanjangkan) ,
artinya:
-- zahirlha bencana di darat (dan udara di atasnya) dan di laut (dan udara di atasnya), karena perbuatan tangan-tangan manusia, demikainlah dirasakan kepada mereka sebagian dari (balasan) yang mereka perbuat, supaya mereka kembali (sadar).
-- WATQWA FTNt LA TUShYBN ALDzYN ZhLMWA MNKM KHASht WA'ALMWA AN ALLH SyDYD AL'AQAB (S. ALANFAL, 8:25),
dibaca:
-- wattaqu- fitnatal la- tushi-bannal ladzi-na zhalamu- mingkum kha-shshatan wa'lamu- annaLla-ha sydi-dul 'ika-b,
artinya:
-- waspadalah kamu akan fitnah (prahara) yang tiada (hanya) menimpa orang-orang yang zalim saja di antara dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaannya.
Dalam membahas ayat (8:25) di mana ada kata zalim di dalamnya merambatlah pembicaraan mengenai musibah lumpur di Sidoarjo. Siapa yang zalim di Sidoarjo itu. Saya kemukakanlah bahwa yang zalim itu adalah sistem industri, yaitu orang-orang bersama teknologinya. Hal ini bisa diterima oleh majelis mujadalah. Namun waktu saya kemukakan bahwa teknologi itu an sich bisa zalim, saya dibantah oleh seorang peserta Sitti Hawa, bahwa teknologi itu polos (ini juga pendapat Prof. Ahmad Sewang), yang zalim adalah manusia yang menggerakkan teknologi itu. Saya jawab bahwa sungguh-sungguh ada kalanya teknolgi itu bias zalim walaupun orang yang menggerakkannya tidak zalim. Yang datang kemari berdiskusi naik kedfaraan bermotor roda dua atau roda empat. Apa saudara-saudari itu mau disebut zalim. Tidak mau bukan?, karena memang tidak zalim. Yang zalim itu gas buang yang keluar dari knalpot kendaraan yang mencemari, menzalimi udara Makassar dengan zat beracun. Diskusi selesai pukul 17:00, sehingga saya mempunyai kesempatan pulang berbuka puasa di rumah, tidak di al-Markaz. WalLalahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 8 Oktober 2006
1 Oktober 2006
[+/-] |
747. Himbauan Anti Judi SMS |
Pertama-tama tentang kata himbauan. Dalam KAMUS UMUM BAHASA INDONESIA, Susunan W.J.S. Poerwadarminta, Diolah kembali oleh:
PUSAT PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, PT (Persero) Penerbitan dan Percetakan
BALAI PUSTAKA, BP No.1866, Jakarta, cetakan keenam belas (terakhir)1999, termaktub pada halaman 357: himbau, menghimbau: memanggil; -> imbau
Ini saya timba dari cyber space, dunia internet, himbauan seperti berikut:
Tolong bantu sebarkan Himbauan Anti Judi SMS ini. Tanpa bantuan anda, himbauan ini akan meredup dan sia-sia belaka. Mari dimulai dari diri kita dan keluarga kita. Tiap stasiun televisi di Indonesia mempunyai acara kontes-kontesan. Tengok saja misalnya AFI, Indonesian Idol, Penghuni Terakhir, KDI, Putri Cantrik, dsb. Sejatinya, tujuan dari acara ini bukan mencari bibit terbaik. Acara ini hanya sebagai kedok. Bisnis sebenarnya adalah SMS premium. Bisnis ini sangat menggiurkan, lagi pula aman dari jeratan hukum -- setidaknya sampai saat ini.
Mari kita hitung. Satu kali kirim SMS biayanya -- anggaplah-- Rp 2000. Uang dua ribu rupiah ini sekitar 60% untuk penyelenggara SMS Center (Satelindo, Telkomsel, dsb). Sisanya yang 40% untuk "bandar" (penyelenggara) SMS. Siapa saja bisa jadi bandar, asal punya modal untuk sewa server yang terhubung ke Internet nonstop 24 jam per hari dan membuat program aplikasinya. Jika dari satu SMS ini "bandar" mendapat 40% (artinya sekitar Rp 800), maka jika yang mengirimkan sebanyak 5% saja dari total penduduk Indonesia (Coba anda hitung, dari 100 orang kawan anda, berapa yang punya handphone? Saya yakin lebih dari 40%), maka bandar ini bisa meraup uang sebanyak Rp 8.800.000.000 (baca: Delapan milyar Delapan ratus juta rupiah).
Kuis-kuis yang beredar saat ini di media televisi, sebut saja Kuis Iseng di TPI, Kuis Goyang di RCTI, kuis Bohlam dll (ditayangkan tengah malam) dipandu oleh artis-artis bahenol. Permainannya beragam, mulai dari menyusun huruf menjadi kata, atau bahkan permainan yang lain. Baru tadi malam saya lihat, hadiah yang ditawarkan mencapai Rp 7.500.000. Jika hadiah yang diiming-imingkan adalah rumah senilai 1 milyar, itu artinya bandar hanya perlu menyisihkan 12.5% dari keuntungan yang diraupnya sebagai "biaya promosi"! Dan ingat, satu orang biasanya tidak mengirimkan SMS hanya sekali. Masyarakat diminta mengirimkan SMS sebanyak-banyaknya agar jagoannya tidak tersisih, dan "siapa tahu" mendapat hadiah. Kata "siapa tahu" adalah untung-untungan, yang mempertaruhkan pulsa handphone. Pulsa ini dibeli pakai uang. Artinya : Kuis SMS adalah 100% judi.
Kondisi ini sudah sangat menyedihkan. Bahkan sangat gawat. Lebih parah daripada zaman Porkas atau SDSB. Jika dulu, orang untuk bisa berjudi harus mendatangi agen, jika dulu zaman jahiliyah orang berjudi dengan anak panah, sekarang orang bisa berjudi, hanya dengan beberapa ketukan jari di pesawat handphone! Sekarang ini, umat Islam sedang menjalankan ibadah shaum di bulan Ramadhan. Jika melihat kondisi acara-acara di televisi yang marak saat bulan Ramadhan ini, tak ayal kita sebagai penonton akan dijejali bermacam-macam iklan dengan diimingi hadiah-hadiah yang syuur. Modusnya ya dengan SMS itu. Kita mengirim SMS karena kita tertarik dengan hadiah yang ditawarkan. Prosesnya pun melalui undian. Ini sih, sama persis dengan main Jackpot di Las Vegas. Kita masukkan uang di mesin, kita putar dan mesin itu akan menguji "keberuntungan" kita. Lha iya kalo beruntung? Beruntungnya itu setelah mengirim berapa ratus SMS?
Di Malaysia judi SMS sudah lama dilarang. Saatnya judi SMS juga dilarang di Indonesia. Mohon pemerintah segera bertindak, agar masyarakat tidak semakin resah dan dibodohi. MUI memang sudah mengeluarkan FATWAnya tetapi itu belum cukup untuk menghentikan judi SMS ini. Bencana yang melanda indonesia belakangan ini, bisa jadi adalah merupakan Azab dari ALLAH karena kita semua tidak memperdulikan Perjudian yang mulai marak ini.
***
Alhamdu liLlah telah saya ikut menyebarkan himbauan tersebut. Firman Allah:
-- YS^LWNK 'AN ALKHMR WALMYSR QL FYHMA ATSM KBYR WMNAF'A LLNAS WATSMHMA AKBR MN NF'AHMA (S. ALBQRT, 2:219), dibaca:
-- Yas.alu-naka 'anil khamri walmaysiri qul fi-hima-itsmung kabi-ruw wamana-fi'u linna-si waitsmuhuma- akbaru min naf'ihima-, artinya:
-- mereka menanya engkau tentang al-khamr (miras, narkoba) dan al-maysir (judi, untung-untungan) , katakan pada keduanya dosa besar dan bermanfaat bagi manusia, namun dosa keduanya lebih besar daripada manfaat keduanya.
-- ANMA YRYD ALSYYTHN AN YWQ'A BYNKM AL'ADAWT WALBGHDHA^ FY ALKHMR WALMYSR WYSHDKM 'AN DZKR ALLH W'AN ALSHLWT FHL ANTM MNTHWN (S. ALMA^DT, 5:91), dibaca:
-- Innama-yuri- dusy syaytha-nu ay yu-qi'a baynakumul 'ada-wata walbaghdha-a fil khamri walmaysiri wayashuddakum 'an dzikriLla-hi wa'anish shala-ta fahal antum muntahu-na, artinya:
-- Sesungguhnya setan itu tidak menghendaki, melainkan menghunjamkan permusuhan dan kebencian di antara kamu melalui al- khamr dan al-maysir, serta memalingkan kamu dari mengingat Allah dan shalat. Apakah kamu mau berhenti?
Al-maysir atau al-qimar adalah permainan undian di zaman Arab jahiliyah yang dimainkan oleh 10 orang pemain, sehingga ada 10 kupon berupa anak panah: al fadzdzu yang bernilai 1, at tauam yang bernilai 2, ar raqib yang bernilai 3, al halis yang bernilai 4, an nafis yang bernilai 5, al musbil yang bernilai 6, al mu'alla yang bernilai 7, al manih yang bernilai kosong, as safih yang bernilai kosong dan al waghdu yang bernilai kosong. Ke-10 kupon itu dimasukkan ke dalam sebuah kantung kulit, kemudian diserahkan kepada orang yang dipercaya sebagai bandar yang bukan pemain untuk mengocoknya. Sebelum bandar mengocok dan memberikan kupon itu kepada tiap-tiap pemain, disembelilah seekor unta jantan. Kemudian unta jantan yang telah disembelih itu dibagi menjadi (1 + 7) x 7/2 = 28 bagian. Pemain yang mendapatkan nasibnya kupon al-fadzdzu memperoleh 1 bagian, demikian seterusnya hingga yang mendapatkan nasibnya kupon al mu'alla memperoleh 7 bagian. Sedangkan ketiga pemain terakhir yang mendapatkan nasibnya kupon yang bernilai kosong, harus membayar harga unta jantan yang disembelih. Yang mendapatkan nasibnya kupon al manih membayar 1/6 harga, yang mendapatkan nasibnya kupon as safih membayar 1/3 harga dan yang mendapatkan nasibnya kupon al waghdu mebayar 1/2 harga unta jantan tersebut. Yang mendapat kemenangan setelah mengambil bagiannya masing-masing, harus mereka berikan kepada fakir miskin, tidak boleh dimakan sendiri.
Jadi al-maysir itu punya fungsi sosial, itu lebih ringan dari judi yang murni nasib-nasiban, seperti Judi SMS itu. Sedangkan al-maysir yang punya fungsi sosial itu dilarang, betapa pula Judi SMS itu. Lagi pula secara psikologis, judi itu menyebabkan orang mabuk waktu dan ketagihan, jadi mempunyai karakteristik yang sama dengan al-khamr. Itulah latar belakangnya mengapa al-khamr dan al-maysir selalu digandengkan menyebutnya dalam Al Quran. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 1 Oktober 2006