Kita tinggalkan dahulu bola langit dan pergolakan hamba Allah di bumi ini yang banyak terjadi peristiwa kontradiktif. Seperti misalnya Komnas HAM yang tanpa pertimbangan kemanusiaan mendesak Gus Dur yang sedang sakit parah untuk menunjuk siapa itu menteri yang berada di belakang peristiwa pembantaian dukun sihir. Bukankah desakan itu akan memperparah penyakit beliau yang sudah parah. Menurut hemat saya tidak usah dianggap serius ucapan Gus Dur, termasuk pandangan politik beliau, karena otak (mekanisme untuk berfikir) beliau belum pulih dari serangan penyakit, sehingga efektifitas berfikirnya menurun. Dari peristiwa ini saja terjadi dua hal yang kontradiktif. Yaitu pertama, Komnas HAM yang tanpa pertimbangan kemanusiaan, dan kedua, menganggap serius ucapan Gus Dur yang efektifitas berfikirnya menurun.
Maka kita palingkan perhatian ke arah musibah besar yang sementara berproses. Baru-baru ini pada layar kaca media elektronika kita bersama (bagi yang sempat dan berminat) menyaksikan gambar berwarna dari bola bumi yang berotasi. Pada gambar itu tampak selubung warna merah pada samudera Pasifik yang menunjukkan suhu di tempat itu meningkat. Itulah yang mengancam penduduk bumi sekarang ini, yaitu pemanasan global atau globalisasi panas bumi. Panas global itu menyebabkan es pada kutub utara dan selatan mencair, sehingga permukaan air laut naik. Lebih-lebih lagi panas global itu menjadi pula penyebab ganasnya El Nino yang membawa musibah iklim yang sangat kering dan akan mengganasnya La Nina pembawa iklim yang sangat basah.
Panas global itu adalah akibat ulah manusia. Firman Allah:
-- ZHHR ALFSAD FY ALBR WALBHR BMA KSBT AYDY ALNAS (S. AlRWM, 20:41), dibaca: zharal fasa-du fil barri walbahri bima- kasabat aidin na-s, artnya: Lahirlah kerusakan-kerusakan di darat dan di laut akibat tangan-tangan manusia.
Mengapa panas global diakibatkan oleh ulah manusia? Dengarlah isyarat Allah SWT dalam Al Quran:
-- ALDZiY J'AL LKM MN ALSYJR ALAKHDHR NARA FADZA ANTM MNH TWQDWN (S. YaSin, 36:80), dibaca: alladzi- ja'ala lakum minasy syajaril akhdhari na-ran faidza- antum minhu tu-qidu-n, artinya: Yaitu (Yang) menjadikan api bagi kamu sekalian dari pohon hijau dan kamu dengan itu membakar.
Dalam dunia ilmu pengetahuan dikenal khlorofil, dari bahasa Yunani khloros (hijau) + phyllon (daun) di-Indonesiakan menjadi hijau daun. Dalam inti sel tumbuh-tumbuhan terdapat butir-butir berwarna, salah satu di antaranya yang terpenting ialah butir berwarna hijau.
Dengan menempatkan sumber informasi yang berasal dari Ayat Qawliyah dan Ayat Kawniyah dalam satu kerangka, maka istilah zat hijau daun itu perlu dikoreksi menjadi zat hijau pohon, ALSYJR (pohon) ALAKHDHR hijau. Butir-butir berwarna hijau ini bukan hanya terdapat di daun melainkan terdapat pada seluruh bagian pohon yang masih hijau warnanya, di akar, batang, cabang, dahan, ranting, daun, pucuk, ulam, bunga, putik dan buah. Dengan pertolongan sinar matahari zat hijau pohon ini menyusun bahan baku air dan karbon-dioksida di udara menjadi bahan bakar (juga makanan) dan oksigen. Jadi zat hijau pohon itu mengadakan proses penyusunan dari air dan karbon-dioksida menjadi bahan bakar dan makanan dengan pertolongan sinar matahari, sehingga proses itu disebut dengan proses foto-sintesis, (photon = cahaya dan synthese = penyusunan).
Dilihat dari segi peralihan energi, zat hijau pohon mentransfer energi radiasi menjadi energi potensial kimiawi dalam bahan bakar dan makanan. Jika bahan bakar dibakar, artinya bahan bakar itu bersenyawa dengan oksigen terjadilah reaksi eksotherm, mengeluarkan panas, lalu menghasilkan kembali air dan karbon-dioksida. Yang dari segi peralihan energi terjadi transfer energi dari energi potensial kimiawi menjadi energi panas yang disebut api. Demikianlah penjelasan: Yang menjadikan api bagi kamu sekalian dari pohon hijau dan kamu dengan itu membakar (36:80).
Dari keterangan di atas itu kita lihat bahwa pembakaran bahan bakar menghasilkan karbon-dioksida, dan dengan proses foto-sintesis yang dilakukan oleh zat hijau pohon, air + karbon-dioksida diubah menjadi bahan bakar + oksigen.
Karbon-dioksida dalam ilmu pengetahuan lingkungan disebut gas rumah kaca. Mengapa disebutkan demikian, karena karena gas ini menjadi penyebab terjadinya efek rumah kaca. Di tempat beriklim dingin buah-buahan dan sayur-sayuran ditanam dalam rumah kaca, yang berfungsi sebagai perangkap panas. Penjelasannya seperti berikut:
Energi radiasi sinar gamma dari bagian dalam matahari menembus keluar, sehingga energinya berkurang setelah sampai di luar. Energi radiasi yang berdegradasi itu dikenal sebagai foton yang memancar ke sekeliling matahari termasuk bumi. Di bumi foton itu menembus kaca dari rumah kaca. Dalam rumah kaca foton itu memukul molekul-molekul udara, sehingga getaran molekul udara itu dipacu, frekuensi getarannya meningkat, suhu udara meningkat. Maka terjadilah transfer energi dari energi radiasi menjadi energi panas. Kaca adalah pengantar panas yang jelek, jadi panas sukar menembus keluar dari rumah kaca. Padahal sementara itu foton terus-menerus menembus masuk, sehingga panas dalam rumah kaca terus meningkat. Panas terperangkaplah dalam rumah kaca. Itulah efek rumah kaca.
Pembakaran dalam pabrik-pabrik menghasilkan karbon-dioksida terus-menerus, sehingga itu menumpuk di udara. Ruang antara lapisan karbon-dioksida dengan tanah di darat (filbarri) dan dengan muka laut (filbahri), tak ubahnya dengan ruang dalam rumah kaca. Artinya lapisan karbon-dioksida di udara membangun rumah kaca yang besar baik di darat maupun di laut. Karbon-dioksida sifatnya sama dengan kaca, mudah ditembus sinar matahari, sukar ditembus panas. Maka terperangkaplah panas di bawah lapisan karbon-dioksida. Terjadilah pemanasan global. Alhasil pemanasan global adalah akibat ulah manusia. Yaitu terlalu banyak melepaskan karbon-dioksida dari budak-budak tenaga (energy slaves) yang disebut mesin-mesin. Gas asap mesin-mesin stasioner di pabrik-pabrik dan mesin-mesin propulsi menyebabkan emisi karbon-dioksida makin menjadi-jadi.
Bagaimana caranya supaya pemanasan global tidak meningkat? Pertama, kurangi pemakaian budak-budak energi. Kedua, pelihara hutan, minimalkan HPH! Karena zat hijau pohon mengubah karbon-dioksida menjadi oksigen. Eloknya kurangi main kayu dalam arti industri kayu dikurangi, cukup industri kertas saja. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 25 Oktober 1998
25 Oktober 1998
[+/-] |
345. Awas Globalisasi Panas Bumi |
18 Oktober 1998
[+/-] |
344. Makar, Menegakkan Benang Basah, dan Himbauan |
Makar berasal dari bahasa Al Quran, dibentuk oleh akar kata yang terdiri atas tiga huruf Mim, Kef, Ra, MaKaRa yang berarti merencanakan, kata bendanya Makr(un), rencana. Diriwayatkan dalam Al Quran Allah mengutus Nabi Shalih AS kepada bangsa Tsamud, yang ahli dalam bangunan. Bangsa Tsamud merencanakan menyerang Nabi Shalih AS beserta keluarganya di malam hari.
Firman Allah:
-- WMKRWA WMKR ALH WALH KHYR ALMAKRYN (S. AL 'AMRAN, 3:54), dibaca: wamakaru- wamakara Lla-hu waLla-hu khairul ma-kiri-n, artinya: Mereka berbuat makar (rencana) dan Allah berbuat makar (rencana) dan Allah adalah sebaik-baik berbuat makar (rencana).
-- WMKRWA MKRA WMKRNA MKRA WHM LA YSY'ARWN (S. ALNML, 27:50), dibaca: wamakaru- makran wamakarna- makran wahum la- yasy'uru-n, artinya: Mereka bermakar dengan suatu makar dan Kami bermakar dengan suatu makar, sedang mereka tiada sadar.
Akibat makar bangsa Tsamud itu terhadap Nabi Shalih AS beserta umatnya, Allah merobohkan bangunan-bangunan bangsa Tsamud.
-- FANZHRWA KYF KAN 'AAQBT MKRHM ANA DMRNHM WQWMHM AJM'AYN (S. ALNML, 27:51), dibaca: fanzhuru- kaifa ka-na 'a-qibatu makrihim anna- dammarna-hum waqawmahum ajma'i-n, artinya: Maka perhatikanlah bagaimana akibat makar mereka itu, sesungguhnya Kami binasakan mereka dan kaumnya (Tsamud) sekalian.
Dalam bahasa Indonesia makar mempunyai arti khusus, yaitu berencana untuk menggulingkan sebuah pemerintahan yang sah (bukan syah!) secara inkonstitusional.
***
Pada waktu menjelang balig, dalam zaman pendudukan Jepang, saya menyaksikan di kampung seorang yang menganggap dirinya jagoan bernama Kade' bukan main beraninya menggertak lawannya memberikan ultimatum dengan badik terhunus di pasar. Tappali' sang lawan tidak gentar atas gertakan itu dan akibatnya? Sang jagoan tiba-tiba seperti ayam jantan yang bulu kuduknya merinding ke atas, kedua sayapnya dikepitkan masuk, bulu-bulunya menempel rapat sehingga tubuhnya menjadi kecil, sebuah pernyataan sikap yang sangat ketakutan. Skenario ini berulang dalam bulan Oktober 1998. Barisan Nasional (Barnas) yang menganggap dirinya berani, garang dalam pernyataan-pernyataannya tiba-tiba mulai bersikap membantah apa yang telah dilontarkannya, selayak menjilat ludah yang telah disemprotkannya keluar.
Rahmat Witular, sekjen Barnas merasa dituding oleh Presiden Habibie dalam pidatonya pada 5 Oktober 1998. Yang bungkuk dimakan sarung. Yang merasa tertuduh, sesungguhnya berindikasi tertuduh. Rahmat Witular mengatakan bahwa Barnas tidak bermaksud berbuat makar, karena, katanya, Barnas tetap mengacu pada UUD-1945. Barnas mencoba menegakkan benang basah, rupanya gentar merasa dituding, lalu mengingkari apa yang telah dinyatakannya di Bandung.
Syahdan, semua pemirsa media elektronika dan pembaca media grafika tahu, Barnas menyatakan diri mendukung Gerakan Reformasi se-Jawa (Gerja) yang diprakarsai Gerakan Reformasi Bandung. Pada 1 Oktober 1998, hari Kamis, Gerja ini memaklumkan seruan unjuk-rasa secara besar-besaran seluruh Jawa untuk menggerakkan kekuatan rakyat guna mengganti Habibie dengan presidium ataupun komite rakyat. Unjuk-rasa secara besar-besaran itu direncanakan akan dilancarkan selama 40 hari mulai 5 Oktober 1998 di seluruh pulau Jawa. Persekongkolan Bandung itu dihadiri oleh tokoh-tokoh Barnas, seperti Kemal Idris sang ketua Barnas, Subroto, Ali Sadikin dan Dimyati Hartono (yang tidak berani menyambut tantangan Yusril Ihza Mahendra untuk berdebat secara terbuka mengenai sahnya Habibie sebagai Presiden Republik Indonesia).
Sejak di bangku SMP orang sudah tahu tidak ada itu yang dinamakan presidium atupun komite rakyat dalam UUD-1945. Itu cuma ada dalam perbendaharaan kamus revolusi Marx-Engels. Sehingga membentuk presidium ataupun komite rakyat adalah inkonstitusional. Padahal semua orang tahu mengganti pemerintahan dengan cara inkonstitusional, itu namanya makar. Rahmat Witular yang mengatakan belakangan bahwa Barnas tidak bermaksud berbuat makar, karena, katanya, Barnas tetap mengacu pada UUD-1945, padahal presidium ataupun komite rakyat tidak ada dalam UUD-1945, berarti berupaya mencoba menegakkan benang basah. Barnas telah menjilat air liurnya.
Ada baiknya direkam pula dalam kolom ini deklarasi Komite Aksi Kemaslahatan Ummat Sulawesi Selatan di masjid Al Markaz Al Islami dalam rapat akbar dan istighatsah, hari Selasa, 13 Oktober 1998, yang terdiri atas lima sikap. Pertama, tidak mentolerer setiap gerakan massa yang mengatas-namakan rakyat untuk meronrong pemerintahan BJ Habibie. Kedua, mendukung sepenuhnya rencana pemerintah untuk melaksanakan agenda reformasi nasional. Ketiga, menghimbau kepada ummat Islam agar senantiasa waspada terhadap gerakan komunis gaya baru. Keempat, menyerukan kepada ummat Islam Sulawesi Selatan untuk tidak terpancing dengan langkah-langkah Barisan Nasional. Kelima, mengingatkan pemerintah khususnya ABRI agar tidak terpancing meninggalkan atau memusuhi ummat Islam.
Sebelum deklarasi itu diumumkan, KH Ali Yafie mengingatkan ummat Islam untuk segera merapatkan barisan dan jangan mau diadu domba oleh orang-orang yang ingin memanfaatkan situasi sesaat. Juga tokoh demonstran reformasi Egy Soejana mengingatkan dalam orasinya agar badut-badut politik utamanya Barisan Nasional mau menahan diri tidak memperkeruh suasana. Kalau tidak, ummat Islam akan melawan mereka, karena ketenangan sangat dibutuhkan untuk melaksanakan agenda reformasi nasional.
Alhasil, kolom ini menghimbau ummat Islam seluruhnya, utamanya remaja, pemuda, mahasiswa, tiliklah dengan baik jika diajak berunjuk-rasa. Jika ajakan unjuk-rasa itu murni menyangkut reformasi, seperti misalnya reformasi hukum dalam hal mendukung sepenuhnya langkah Kajati Sulsel HM Gaguk Soebagiyanto SH untuk tetap membawa HM Nurdin Khalid ke pengadilan, maka terpuji sekali jika ajakan itu dipenuhi. Akan tetapi apabila yang mengajak itu hanya menjadikan isu reformasi sekadar kendaraan untuk mengeruhkan suasana seperti Gerja, Barnas dan sejenisnya, maka tampiklah ajakan itu supaya terhindar dari musibah dimanfaatkan sebagai pendorong gerobak, lalu kemudian menjadi sepah tebu, habis manis sepah dibuang. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 18 Oktober 1998
11 Oktober 1998
[+/-] |
343. Klasifikasi Bintang-Bintang |
Seri ini masih menyangkut bintang-bintang pada bola langit. Ini tetap aktual untuk dibahas. Sejenak kita tinggalkan dahulu pergolakan hamba Allah di atas globa ini. Ada dua jalur ilmu itu berkembang, pertama, akumulasi pengetahuan secara berdikit-dikit dalam kerangka (framework, pola, paradigma) yang sudah ada, kedua, pengetahuan itu berkembang dalam kerangka yang berubah. Ilmu yang berkembang sekarang ini menempuh jalur yang pertama dalam kerangka pandangan materialisme, utamanya filsafat positivisme.
Perlu dipertegas perbedaan materialistis dengan materialisme. Materialistis berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, yaitu berarti mata duitan, lawan dari idealistis yaitu mereka yang tidak begitu hirau akan harta-benda seperti para sufi. Materialisme dipakai dalam filsafat, yaitu pandangan yang tidak mengakui dan tidak percaya eksistensi di luar materi. Materialisme memperanakkan atheisme (tegas menolak eksistensi Tuhan) dan agonstisisme (meragukan adanya Tuhan). Filsafat historische materialisme yang dialektis dari Karl Marx termasuk dalam kategori ini. Lawannya adalah filsafat idealisme yang tidak mengakui apa yang ditangkap oleh pancaindera. Apa yang kita saksikan sebenarnya tidak nyata, melainkan hanyalah sekadar proyeksi alam ideal.
Demikianlah keadaannya ilmu yang berkembang sekarang ini. Hal-hal yang di luar materi, terletak di luar kerangka yang membatasi perkembangan ilmu itu. Maka memasukkan sumber informasi yang berasal dari wahyu dalam pembahasan ilmu dicap tidak ilmiyah, karena wahyu itu terletak di luar kerangka yang membatasi itu. Ini dapat memecah kepribadian seseorang. Dalam diskusi tentang teori evolusi Darwin yang diselenggarakan oleh jurusan Biologi Fakultas Mipa Universitas Hasanuddin beberapa tahun yang lalu (saya termasuk salah seorang pemakalah) saya merasa sangat sedih mendengarkan pernyataan seorang dosen senior biologi yang mengatakan: Sebagai seorang ilmuan saya menerima teori evolusi Darwin, tetapi sebagai seorang beragama saya bersikap menolak teori evolusi Darwin.
Dalam orasi ilmiyah yang saya kemukakan dalam Milad Universitas Muslim Indonesia yang ke-41, 25 Muharram 1416 H, 24 Juni 1995 M saya mengemukakan paradigma (frame work, kerangka) baru, yaitu materi dan wahyu diletakkan dalam satu paradigma. Yaitu mengkaji sumber informasi dari ayat Qawliyah (Al Quran) dan ayat Kawniyah (physical world) dalam satu paradigma.
Astronomi seperti ilmu-ilmu lain berkembang sedikit demi sedikit dalam paradigma filsafat materialisme. Allah sebagai Maha Pencipta dan Maha Pengatur alam semesta terletak di luar paradigma filsafat materialisme. Astronomi dalam paradigma filsafat materialisme seperti keadaannya sekarang ini tidak mengenal TaqgiruLlah (hukum Allah). Dalam kerangka filsafat materialisme benda-benda langit diatur oleh hukum alam yaitu mekanika khususnya gravitasi dan kinematika (ilmu gerak).
Bintang-bintang pada bola langit diklasifikasikan menurut kriteria gerakannya. Hampir semua benda-benda langit walaupun bergerak terbit di timur terbenam di barat, benda-benda langit itu tetap jaraknya antara satu dengan yang lain. Lalu dinamakanlah mereka dengan istilah bintang-bintang tetap. Ada sepuluh buah benda langit yang yang jaraknya tidak tetap terhadap bintang-bintang tetap, yaitu matahari, bulan dan delapan buah bintang. Maka dinamakanlah kedelapan bintang itu dengan planet (dari bahasa Yunani yang berarti musafir). Diantara yang delapan planet itu ada lima buah yang dapat disaksikan langsung dengan mata kasar yaitu: bintang Utarid (Merkuri), bintang Timur atau bintang Kejora (Venus), bintang Marikh (Mars), bintang Mustari (Jupiter) dan bintang Zuhal (Saturnus). Sisanya tidak dapat dilihat kecuali dengan bantuan teropong bintang, yaitu Uranus, Neptunus dan Pluto. Sesungguhnya kedelapan planet itu adalah satelit matahari. Karena bumi kita ini tergolong pula dalam satelit matahari, maka bumi ini disebutlah pula planet, jadi ada sembilan planet. Disamping itu ada pula satelit matahari yang terdiri atas bungkahan-bungkahan yang disebut astroid (bintang-bintang kecil), diduga berasal dari sebuah planet yang telah berantakan, sehingga biasa pula disebut dengan planetoid. Sehingga pada bagian dalam dari bumi ada 2 planet, pada bagian luar ada 6 planet ditambah 1 planetoid. Di samping itu ada pula satelit matahari yang disebut komet, bintang berekor. Diduga bintang-bintang beralih (meteor) yang setiap saat menghantam bumi bersumber dari planetoiod. Sedangkan apabila terjadi hujan meteor, maka tatkala itu bumi masuk ke daerah debu angkasa yang diringgalkan oleh ekor komet.
Seperti dijelaskan dalam seri yang lalu, yang disebut bintang-bintang tetap itu beredar mengelilingi pusat galaxy Milky Way. Selanjutnya galaxies, clusters bergerak saling menjauhi. Kecepatan radialnya dilihat dari bumi kita berbanding lurus dengan jaraknya dari bumi. Jadi semuanya bergerak, sehingga dengan majunya astronomi, penggolongan bintang-bintang menurut kriteria gerak tidak dapat dipertahankan lagi.
***
Dengan ilmu yang baru, seperti hasil ijtihadi saya, yang saya presentasikan dalam orasi ilmiyah yang saya dalam Milad Universitas Muslim Indonesia yang ke-41, 25 Muharram 1416 H, 24 Juni 1995 M, yang telah saya tulis di atas, yaitu materi dan wahyu diletakkan dalam satu paradigma, maka kriteria penggolongan bintang-bintang dapat kita meruju' kepada Al Quran.
Firman Allah:
-- ANA ZYNA ALSMAa ALDNYA BZYNT n ALKWAKB (S. ALSHFT, 6), dibaca: inna- zayannas sama-ad dunya- bizi-natinil kawa-kibi (s. Ashshaffat), artinya: Sesungguhnya Kami hiasi langit yang dekat dunia dengan hiasan kawa-kib (37:6).
ALMSHBAh FY ZJAJT ALZJAJT KANHA KWKB (S. ALNWR, 35), dibaca: almishba-hu fi- zuja-jah azzuja-jatu kaanha- kawkabun (a. Annu-r), artinya: Pelita di tengah kaca dan kaca itu ibarat kawkab.
-- WHW ALDZY J'AL LKM ALNJWM LTAHTDWA BHA FY ZHLMATI ALBR WLBhR (S. ALAN'AAM, 97), dibaca: wa huwal lladzi- ja'ala lakumun nuju-ma litahtadu- biha- fi- zhuluma-til barri wal bahri (s. Al an'a-m), artinya: Dialah yang menjadikan bagimu nujum untuk menjadi pedoman dengannya dalam kegelapan malam baik di darat maupun di laut (6:97).
ALNJM ALTSAQB (S. AL THARQ, 3), dibaca: annajmuts tsa-qib (s. Aththa-riq), artinya: najmun itu cemerlang (86:3).
Menurut Al Quran ada tiga jenis bintang yaitu kawkabun, najmun dan buruwjun. Pembagian itu berdasar atas kriteria jarak, keadaan fisik dan penggugusan. Kawkabun jaraknya dekat (langit yang dekat dunia, 37:6) dan tidak mempunyai cahaya sendiri (kaca itu ibarat kawkabun, 24:35), hanya memantulkan cahaya dari sinar matahari. Najmun letaknya jauh (pedoman dengannya dalam kegelapan malam, 6:97) dan memancarkan sinar sendiri bercahaya cemerlang (najmun itu cemerlang, 86:3). Dalam Al Quran kata buruwjun (bentuk jama') selalu dipakai, tidak ada dalam bentuk mufrad (singular).
Adapun klasifikasi benda-benda langit itu secara lengkap seperti berikut:
1. Kawa-kibun: jaraknya dari matahari(*) diameter(*)
Utarid (Merkuri), 36-juta 2900
Kejora (b.Timur, Venus), 67-juta 7600
Bumi, 93-juta 7913
Marikh (Mars), 142-juta 4100
Mustari (Jupiter), 483-juta 86600
Zuhal (Saturnus), 886-juta 72700
Uranus, 1780-juta 29500
Neptunus, 2790-juta 27800
Pluto, 3670-juta 3600
komet,
planetoid (astroid),
meteor
-------------------------
(*)dalam miles, angka rata-rata dibulatkan
2. Nujuwmun:
bintang tunggal,
bintang kembar,
bintang raksasa,
3. Burujun:
lubang-lubang hitam (black holes),
bintang-bintang redup (kerdil),
galaxy,
cluster
4. Dukhan
dll yang manusia belum dapat dan belum sempat mengenalnya. WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 11 Oktober 1998
4 Oktober 1998
[+/-] |
342. Bintang yang Meledak di Langit |
Firman Allah dalam Al Quran:
WALSMAa WALTHARQ. W MA ADRK MA ALTHARQ. ALNJM ALTSAQB (S. AL THARQ, 1-3) dibaca: wassama-i waththa-riq. Wama- adra-ka maththa-riq. Annajmuts tsa-qib, artinya: Perhatikanlah langit, perhatikanlah yang datang di malam hari. Tahukah engkau yang datang di malam hari itu? Itulah bintang yang cemerlang (86:1-3).
Sudah bernomor-nomor berturut-turut kita bicara tentang ayat Kawniyah terkhusus pergolakan manusia dibumi ini, terkhusus di bumi Indonesia. Yang terakhir tentang reformasi dan maraknya unjuk rasa mengeluarkan aspirasi. Rasa-rasanya ada yang terlupakan dalam berunjuk-rasa. Rasa-rasanya mengeluarkan aspirasi dalam berunjuk-rasa Allah telah terlupakan. Semoga saja setelah Allah terlupakan sejenak dalam berunjuk-rasa, setelah kesejukan telah kembali bersemayam dalam qalbu masing-masing, lalu beristighfar, minta ampun kepada Allah karena telah melupakanNya sejenak, sehingga terjauh dari sikap Marxist yang atheis.
Itulah sebabnya dalam Seri 342 ini kita palingkan muka menengadah ke atas langit, melihat bintang-bintang pada bola langit di malam hari. Pada pengujung bulan September 1998 ybl, para astronom telah menyaksikan kejadian langka pada bola langit, yaitu bintang yang cemerlang karena meledak, ALNJM ALTSAQB, dibaca: annajmuts tsa-kib. Bintang yang meledak itu terdapat dalam galaxy Milky Way, jauhnya sekitar 20.000 (baca dua puluh ribu) tahun cahaya. (Laju cahaya 300.000 kilometer dalam satu detik, sehingga satu tahun cahaya berjarak 365 x 24 x 60 x 60 x 300.000 kilometer). Jadi sesungguhnya yang disaksikan oleh para astronom itu pada pengujung bulan September 1998 tersebut adalah sebuah kejadian yang telah terjadi 20.000 tahun yang lalu. Karena universum luas sekali, maka dalam ilmu falak ukuran jarak dinyatakan dalam tahun cahaya seperti yang baru ditulis dalam kalimat di atas itu.
Milky Way adalah gugus bintang tetap yang kualitasnya seperti matahari yang jumlahnya jutaan buah. Milky Way sesungguhnya adalah konglomerasi dari:
- bintang-bintang tetap yang tunggal,
- bintang-bintang tetap yang kembar,
- lubang hitam (black holes), diduga pada inti lubang itu bersemayam bintang yang sangat mampat massanya, sehingga gravitasinya berkekuatan sangat dahsyat, lalu melahap semua yang lalu dekatnya, termasuk cahaya bintang yang melintas ditariknya masuk, lalu terjadilah lubang yang gelap,
- bintang-bintang kerdil yaitu bintang-bintang yang telah redup,
- bintang-bintang yang terlalu lambat jalannya sehingga banyak menyedot zat interstellair (dukhan) lalu menjadi bintang raksasa yang menyedot planet-planetnya, kalau mempunyai planet,
- bintang-bintang yang tidak stabil sehingga sewaktu-waktu dapat meledak,
- dukhan,
- dll yang manusia belum dapat dan belum sempat mengenalnya.
Kembali kepada Milky Way. Dilihat dari bagian yang pipih Milky Way ibarat lensa cembung, tebalnya sekitar 15.000 tahun cahaya. Dilihat dari bagian yang yang cembung Milky Way berupa lengan spiral, diameternya sekitar 90.000 tahun cahaya. Matahari adalah anggota konglomerasi bintang-bintang tetap. Matahari beserta satelit-satelitnya yang disebut planet (dari bahasa Yunani artinya musafir) terletak pada lengan spiral yang jaraknya sekitar 20.000 tahun cahaya dari ujung lengan spiral.
Semua konglomerasi bintang-bintang itu beredar mengelilingi pusat Milky Way yang geraknya dikontrol oleh dukhan. Walaupun sangat tipis dukhan itu massanya jauh lebih besar dari jumlah massa bintang-bintang yang berkonglomerasi itu, oleh karena dukhan itu mengisi ruang antar bintang, itulah sebabnya dapat mengontrol gerak bintang-bintang yang berkonglomerasi itu, sehingga terjadi keseimbangan yang dinamis (dynamische evenwicht).
Galaxy Milky Way yang berukuran seperti di atas itu bukanlah satu-satunya galaxy. Ia menjadi salah satu anggota galaxy dari kumpulan (cluster) yang disebut Local Group Cluster yang beranggotakan 13 buah galaxies. Salah sebuah galaxy anggota Local Group Cluster bernama galaxy Andromeda, tetangga terdekat dari galaxy Milky Way yang jaraknya sekitar 800.000 tahun cahaya. Bentuk dan ukuran kedua tetangga itu hampir sama.
Local Group bukanlah satu-satunya cluster. Itu hanya sebuah cluster yang kecil saja. Ada cluster yang merupakan kumpulan dari ribuan galaxis. Cluster itu jutaan pula jumlahnya. Maka alangkah luasnya alam semesta ini. Alangkah kecilnya manusia, hentikanlah kesombongan intelektual, janganlah menyangka semua yang telah dicapai adalah karena hasil usaha manusia semata-mata, semua usahamu wahai manusia tidak ada secuilpun harganya tanpa Rahmat Allah. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar! WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 4 Oktober 1998