25 Oktober 1998

345. Awas Globalisasi Panas Bumi

Kita tinggalkan dahulu bola langit dan pergolakan hamba Allah di bumi ini yang banyak terjadi peristiwa kontradiktif. Seperti misalnya Komnas HAM yang tanpa pertimbangan kemanusiaan mendesak Gus Dur yang sedang sakit parah untuk menunjuk siapa itu menteri yang berada di belakang peristiwa pembantaian dukun sihir. Bukankah desakan itu akan memperparah penyakit beliau yang sudah parah. Menurut hemat saya tidak usah dianggap serius ucapan Gus Dur, termasuk pandangan politik beliau, karena otak (mekanisme untuk berfikir) beliau belum pulih dari serangan penyakit, sehingga efektifitas berfikirnya menurun. Dari peristiwa ini saja terjadi dua hal yang kontradiktif. Yaitu pertama, Komnas HAM yang tanpa pertimbangan kemanusiaan, dan kedua, menganggap serius ucapan Gus Dur yang efektifitas berfikirnya menurun.

Maka kita palingkan perhatian ke arah musibah besar yang sementara berproses. Baru-baru ini pada layar kaca media elektronika kita bersama (bagi yang sempat dan berminat) menyaksikan gambar berwarna dari bola bumi yang berotasi. Pada gambar itu tampak selubung warna merah pada samudera Pasifik yang menunjukkan suhu di tempat itu meningkat. Itulah yang mengancam penduduk bumi sekarang ini, yaitu pemanasan global atau globalisasi panas bumi. Panas global itu menyebabkan es pada kutub utara dan selatan mencair, sehingga permukaan air laut naik. Lebih-lebih lagi panas global itu menjadi pula penyebab ganasnya El Nino yang membawa musibah iklim yang sangat kering dan akan mengganasnya La Nina pembawa iklim yang sangat basah.

Panas global itu adalah akibat ulah manusia. Firman Allah:
-- ZHHR ALFSAD FY ALBR WALBHR BMA KSBT AYDY ALNAS (S. AlRWM, 20:41), dibaca: zharal fasa-du fil barri walbahri bima- kasabat aidin na-s, artnya: Lahirlah kerusakan-kerusakan di darat dan di laut akibat tangan-tangan manusia.

Mengapa panas global diakibatkan oleh ulah manusia? Dengarlah isyarat Allah SWT dalam Al Quran:
-- ALDZiY J'AL LKM MN ALSYJR ALAKHDHR NARA FADZA ANTM MNH TWQDWN (S. YaSin, 36:80), dibaca: alladzi- ja'ala lakum minasy syajaril akhdhari na-ran faidza- antum minhu tu-qidu-n, artinya: Yaitu (Yang) menjadikan api bagi kamu sekalian dari pohon hijau dan kamu dengan itu membakar.

Dalam dunia ilmu pengetahuan dikenal khlorofil, dari bahasa Yunani khloros (hijau) + phyllon (daun) di-Indonesiakan menjadi hijau daun. Dalam inti sel tumbuh-tumbuhan terdapat butir-butir berwarna, salah satu di antaranya yang terpenting ialah butir berwarna hijau.

Dengan menempatkan sumber informasi yang berasal dari Ayat Qawliyah dan Ayat Kawniyah dalam satu kerangka, maka istilah zat hijau daun itu perlu dikoreksi menjadi zat hijau pohon, ALSYJR (pohon) ALAKHDHR hijau. Butir-butir berwarna hijau ini bukan hanya terdapat di daun melainkan terdapat pada seluruh bagian pohon yang masih hijau warnanya, di akar, batang, cabang, dahan, ranting, daun, pucuk, ulam, bunga, putik dan buah. Dengan pertolongan sinar matahari zat hijau pohon ini menyusun bahan baku air dan karbon-dioksida di udara menjadi bahan bakar (juga makanan) dan oksigen. Jadi zat hijau pohon itu mengadakan proses penyusunan dari air dan karbon-dioksida menjadi bahan bakar dan makanan dengan pertolongan sinar matahari, sehingga proses itu disebut dengan proses foto-sintesis, (photon = cahaya dan synthese = penyusunan).

Dilihat dari segi peralihan energi, zat hijau pohon mentransfer energi radiasi menjadi energi potensial kimiawi dalam bahan bakar dan makanan. Jika bahan bakar dibakar, artinya bahan bakar itu bersenyawa dengan oksigen terjadilah reaksi eksotherm, mengeluarkan panas, lalu menghasilkan kembali air dan karbon-dioksida. Yang dari segi peralihan energi terjadi transfer energi dari energi potensial kimiawi menjadi energi panas yang disebut api. Demikianlah penjelasan: Yang menjadikan api bagi kamu sekalian dari pohon hijau dan kamu dengan itu membakar (36:80).

Dari keterangan di atas itu kita lihat bahwa pembakaran bahan bakar menghasilkan karbon-dioksida, dan dengan proses foto-sintesis yang dilakukan oleh zat hijau pohon, air + karbon-dioksida diubah menjadi bahan bakar + oksigen.

Karbon-dioksida dalam ilmu pengetahuan lingkungan disebut gas rumah kaca. Mengapa disebutkan demikian, karena karena gas ini menjadi penyebab terjadinya efek rumah kaca. Di tempat beriklim dingin buah-buahan dan sayur-sayuran ditanam dalam rumah kaca, yang berfungsi sebagai perangkap panas. Penjelasannya seperti berikut:

Energi radiasi sinar gamma dari bagian dalam matahari menembus keluar, sehingga energinya berkurang setelah sampai di luar. Energi radiasi yang berdegradasi itu dikenal sebagai foton yang memancar ke sekeliling matahari termasuk bumi. Di bumi foton itu menembus kaca dari rumah kaca. Dalam rumah kaca foton itu memukul molekul-molekul udara, sehingga getaran molekul udara itu dipacu, frekuensi getarannya meningkat, suhu udara meningkat. Maka terjadilah transfer energi dari energi radiasi menjadi energi panas. Kaca adalah pengantar panas yang jelek, jadi panas sukar menembus keluar dari rumah kaca. Padahal sementara itu foton terus-menerus menembus masuk, sehingga panas dalam rumah kaca terus meningkat. Panas terperangkaplah dalam rumah kaca. Itulah efek rumah kaca.

Pembakaran dalam pabrik-pabrik menghasilkan karbon-dioksida terus-menerus, sehingga itu menumpuk di udara. Ruang antara lapisan karbon-dioksida dengan tanah di darat (filbarri) dan dengan muka laut (filbahri), tak ubahnya dengan ruang dalam rumah kaca. Artinya lapisan karbon-dioksida di udara membangun rumah kaca yang besar baik di darat maupun di laut. Karbon-dioksida sifatnya sama dengan kaca, mudah ditembus sinar matahari, sukar ditembus panas. Maka terperangkaplah panas di bawah lapisan karbon-dioksida. Terjadilah pemanasan global. Alhasil pemanasan global adalah akibat ulah manusia. Yaitu terlalu banyak melepaskan karbon-dioksida dari budak-budak tenaga (energy slaves) yang disebut mesin-mesin. Gas asap mesin-mesin stasioner di pabrik-pabrik dan mesin-mesin propulsi menyebabkan emisi karbon-dioksida makin menjadi-jadi.

Bagaimana caranya supaya pemanasan global tidak meningkat? Pertama, kurangi pemakaian budak-budak energi. Kedua, pelihara hutan, minimalkan HPH! Karena zat hijau pohon mengubah karbon-dioksida menjadi oksigen. Eloknya kurangi main kayu dalam arti industri kayu dikurangi, cukup industri kertas saja. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 25 Oktober 1998