Menyambut bulan suci Ramadhan mari meningkatkan iman dan taqwa kita. Begitulah kurang lebih kalimat yang sempat saya baca dalam tulisan pada pinggir bawah layar monitor TV yang disiarkan oleh RCTI dalam acara Hikmah Fajar pada bari Jum'at, 26 Desember 1997. Kalimat yang dikutip itu secara tersurat untuk menyambut bulan suci Ramadhan, akan tetapi secara tersirat adalah iklan terselubung dari sebuah perusahaan makanan, karena pada akhir kalimat itu dibubuhkan nama perusahaan tersebut. Dunia periklanan memanfaatkan kesempatan apa saja untuk mempromosikan produk apa saja. Tujuan perusahaan itu yang utama bukanlah pada substansi menyambut bulan suci Ramadhan, melainkan tujuan utamanya adalah menarik simpati masyarakat sehingga menjadi konsumen produk yang kita biasa menjumpai dalanm dunia periklanan yang tidak etis. Seperti misalnya mempromosikan rokok yang mengandung racun dengan membentuk liga sepak bola atas nama merk rokok yang mensponsorinya. Bukankah itu tidak etis, nikotin itu membahayakan kesehatan, padahal olah raga itu untuk kesehatan.
Kita melihat ketidak-sungguhan perusahaan makanan tersebut jika kita tilik substansi seruannya itu. Apakah betul ajakannyn itu: Agar meningkatkan iman dan taqwa kita dalam menyambut bulan suci Ramadhan?
-- Firman Allah: Ya-ayyuha- Lladziyna A-manunw Kutiba 'Alaykumu shShiya-mu Kama- Kutiba 'ala Lladziyna min Qablikum La'allakum Tattaquwna (S. Al Baqarah, 2:183). Hai orang-orang beriman, diperlukan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diperlukan atas orang-orang sebelum kamu, supaya kamu bertaqwa.
Cobalah tilik ayat itu dengan teliti. Puasa itu hanya diserukan kepada orang-orang beriman. Puasa itu tidak diserukan kepada semua manusia. Orang-orang beriman disuruh mempraktekkan puasa supaya meningkat menjadi orang yang bertaqwa. Beriman lebih rendah tingkatannya dari bertaqwa. Supaya dapat meningkat dari beriman menjadi bertaqwa, maka praktekkanlah puasa.
Jadi sungguh tidak benar seruan perusahaan makanan itu. Kita diajak menyambut bulan suci Ramadhan dengan meningkatkan iman dan taqwa. Dengan perkataan lain, supaya dapat melaksanakan puasa dengan baik dalam bulan Ramadhan, haruslah dengan persiapan meningkatkan iman dan taqwa terlebih dahulu, yang berarti bahwa iman dan taqwa ini sebagai modal dasar, sedangkan puasa adalah tujuan. Yang benar yang sesuai dengan ayat di atas, ialah untuk dapat mencapal taqwa, orang beriman harus melaksanakan puasa dengan baik terlebih dahulu, yang berarti iman adalah modal dasar, puasa adalah upaya untuk mencapal tujuan dan taqwa adalah tujuan. Bahwa derajat taqwa itu lebib tinggi da derajat beirman, dapat pula ditunjukkan oleli Firman Allah:
-- Alif, Lam, Mim. Dza-lika lKita-bu La- Rayba Fiyhi Hudan lilMuttqiyna (S. A! Baqarah, 2:1-2). Alif, Lam, Mim. Al Kitab itu tidak ada keraguan di dalamnya petunjuk bagi orang-orang bertaqwa.
Siapakah orang-orang bertaqwa itu? Bacalah ayat itu selanjutnya:
-- Alladziyna Yu'minuna bilGhaybi waYuqiymuwna shShalawta waMimma- Razaqna-hum Yunfiquwna (S. Al Baqarah, 2:3). Yaitu orang-orang yang beriman kepada Yang Ghaib, mendirikan shalat dan dari sebagian yang Kami rezkikan kepada mereka diinfaqkannya.
Berdasarkan S.AlBaqarah, 2:1-3, kita dapat menumunkan rumus: Taqwa = Iman + Shalat + Infaq.
Infaq sukarela disebut sadaqah, infaq wajib disebut zakat. Dari rumus itu sangat jelas, bahwa iman adalah salah satu komponen taqwa, jadi taqwa kedudukannya lebih tinggi dan iman.
Jadi sesungguhnya apa yang kita harus persiapkan untuk menghadapi praktek puasa dalam bulan Ramadhan? Karena puasa hanya ditujukan kepada orang-orang beriman, maka focus perhatian kita adalah mengevaluasi keimanan kita. Allah SWT sebagai Maha Pengatur telah mengatur bahwa dua bulan sebelum bulan Ramadhan, yaitu bulan Rajab, terjadi peristiwa Isna-Mi'raj Nahi Muhammad SAW. Sehubungan dengan perisitiwa ini Allah berfirman:
-- WaMa- Ja'alna- rRu'ya- Llatiy Arayna-ka lila- Fitnatan linNa-si (S. Bany Isra-iyl, 17:60), dan tidaklah Kami jadikan penglihatan yang Kami perlihatkan kepadamu (hai Muhammad) melainkan sebagai fitnah bagi manusia.
Penglihatan yang diperlihatkan kepada Nabi Muhammad SAW ialah alam ghaib tatkala be1iau Mi'raj, sedangkan fitnah dalam ayat ini bermakna ujian ataupun cobaan atas keimanan seseorang. Menurut ayat ini peristiwa Isra-Mi'raj merupakan tolok ukur bagi seseorang untuk mengevaluasi keimnanannya. Yang harus kita kerjakan untuk menyambut bulan puasa Ramadhan ialah mengevaluasi keimanan kita dengan tolok ukur: Besarnya dorongan hasrat kepuasan intelektual terhadap lsra-Mi'raj berbanding terbalik dengan tingkat keimanan.
Mengapa puasa hanya ditujukan kepada orang-orang beriman? Puasa sifatnya pasif, tertutup. Berbeda dengan keempat rukun iman yang lain. Kalimah Syahadatain diucapkan oleh mulut, dibenarkan oleh pikiran dan diyakinkan oleb qalbu (sengaja dituliskan dengan "q", oleh karena kalau dituliskan dengan k berarti anjing). Karena diucapkan oleh mulut berupa bunyi maka sifatnya aktif, terbuka, yaitu dapat ditunjukkan kepada orang lain. Dapat saja diucapkan dimulut, tetapi tidak diyakinkan di qalbu, artinya Kalimah Syahadatain dapat ditunjukkan proaktif kepada orang lain walaupun sebenarnya tidak beriman. Demikian pula shalat yang berupa gerak dan bacaan, zakat yang berupa gerakan, naik haji yang berupa gerak dan bacaan, keempat-empatnya hersifat terbuka, dapat ditunjukkan proaktif kepada orang lain, jadi dapat saja dikerjakan tanpa berlandaskan iman.
Puasa yang sifatnya tertutup itu tidak dapat ditunjukkan proaktif kepada orang lain. Yang dapat ditunjukkan secara proaktif hanya berpura-pura loyo, meludah-ludah secara demonstratif, dan berbuka puasa. Orang dapat saja menerima undangan berbuka puasa, tetapi ia sendiri tidak berpuasa. Yang tahu seseorang berpuasa hanya dirinya sendiri dan Allah SWT, artinya orang berpuasa itu mestilah ia beriman. Itulah sebabnya praktek berpuasa hanya ditujukan kepada orang-onrng beirman. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 28 Desember 1997
28 Desember 1997
[+/-] |
304. Menyambut Bulan Suci Ramadhan |
21 Desember 1997
[+/-] |
303. KTT OKI Mengutuk Terrorisme dan Hubungannya dengan FIS di Aljazair |
Lima puluh lima negara anggota Organisasi Konfrensi Islam (OKI) yang mengakhiri Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) tanggal 11 Desember 1997 di Teheran terdiri atas dua kelompok, yaitu garis keras dan moderat. Yang membesarkan hati ialah walaupun terdapat perbedaan sikap tersebut, KTT itu dijiwai oleh semangat persatuan dalam Islam. Hampir semua peserta dalam pidatonya membacakan Firman Allah:
-- Wa'thasimuw biHabli Llahi Jamiy'an waLa- Tafarraquw (S. Ali 'Imra-n, 3:103), berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah dan janganlah kamu berpecah belah.
Ada pula segi yang menarik, yaitu negara-negara Islam yang tergolong dalam garis keras ada beberapa di antaranya mendapat predikat dari Amerika Serikat sebagai negara-negara penyokong kelompok-kelompok terorist. KTT OKI itu dengan tegas membantah Amerika Serikat, yakni konfrensi di Teheran itu dengan tegas mengutuk terorisme dalam segala bentuk dan pelaksanaannya. KTT tersebut juga menegaskan kembali komitmen OKI bagi undang-undang untuk memerangi terorisme yang disahkan dalam KTT OKI di Casablanca tahun 1994 yang menyerukan pula penyelenggaraan konfrensi internasional mengenai terorisme di bawah pengawasan PBB.
Sehubungan dengan itu akan disorot pemberitaan selama ini mengenai tuduhan atas FIS (Front Islamique du Salut) yang menteror dan membantai warga sipil di Aljazair tidak terkecuali terhadap perempuan dan anak-anak, bahkan diberitakan pula telah menggorok leher tujuh pelaut Italia yang kapalnya berlabuh di pelabuhan Jenjen Aljazair. Tuduhan terhadap FIS sebagai teroris yang kejam itu sangat merusak citra Islam.
Golongan Islam yang membentuk kekuatan politik dalam wadah Front Islamique du Salut, yang menempuh cara demokratis, menjadi salah satu kontestan pada Pemilu tahun 1992, dicap fundamentalis. Sebenarnya istilah fundamentalis ini pengertiannya sangat baik, yaitu Ahlu sSunnah. Tetapi dalam lapangan politik internasional istilah ini telah mempunyai konotasi yang khas, yaitu suka menempuh cara kekerasan. Kalaupun pada akhirnya kelompok ini terlibat dalam kekerasan dan pertumpahan darah, itu karena lebih dahulu dikerasi dan dizalimi oleh rejim militer. Karena Pemilu permulaan FIS menang mayoritas, maka Pemilu lanjutan dibatalkan kemudian FIS dibubarkan oleh rejim militer. Kalau akhirnya FIS terpaksa angkat senjata melawan rejim militer itu, apakah itu salah? Semutpun kalau diinjak, niscaya menggigit.
Amerika Serikat yang begitu menggemborkan dirinya pahlawan demokrasi, bungkam, bahkan bersikap menyokong rejim militer Aljazair, yang mentorpedo hasil dan proses lanjutan Pemilu itu. Mengapa? Amerika sedang risau. Iran potensial bakal menggantikan kedudukan mantan Uni Sovyet untuk menantang, menjadi rival Amerika. Ambisi Amerika untuk menjadi negara adidaya tunggal, menjadi polisi dunia, bakal mendapat hambatan, gangguan bahkan ancaman dari Iran. Ini membentuk sikap Amerika berprasangka kepada setiap gerakan Islam (doktrin Huntington) tidak terkecuali di Aljazair.
Hanya saja perlawanan bersenjata FIS itu diberitakan membantai perempuan dan anak-anak, menggorok pelaut Italia, menterror, itu merusak citra Islam. Kalau pemberitaan itu benar, maka FIS itu termasuk pula dalam golongan yang dikutuk oleh KTT OKI di Teheran itu. Namun kata pepatah: Sepandai-pandai membungkus barang yang busuk akhirnya berbau juga. Tokoh partai-partai Islam di Aljazair akhirnya mulai dapat melepaskan diri dari tuduhan perbuatan teror itu. Investigasi sejumlah media Inggris berhasil mendapatkan bukti bahwa elemen-elemen dalam tubuh rejim yang berkuasa di Aljazair bertanggung-jawab atas tewasnya ribuan warga sipil termasuk wanita dan anak-anak serta penggorokan leher tujuh pelaut Italia, yang dikambing-hitamkan selama ini ats FIS.
Tidak kurang 60.000 jiwa termasuk perempuan dan anak-anak yang melayang sejak Jenderal Muhammad Lamari melakukan aksi militer untuk membatalkan Pemilu Aljazair tahun 1992 tersebut yang nyaris dimenangkan oleh FIS. Di antara mereka yang tewas terdapat 70 orang wartawan yang semuanya mati secara mengenaskan. Setiap insiden berdarah rejim berkuasa di Aljazair melemparkan tuduhan FIS berada di belakangnya. Tuduhan itu tanpa kritis disiarkan media massa internasional. Namun kebenaran tidak menunggu hingga Hari Pengadilan sesudah kiamat. Sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh jua. Masih di dunia ini rejim berkuasa di Aljazair tidak dapat mencuci tangannya dari lumuran darah rakyatnya.
Bungkusan yang berbau busuk ini berhasil dibongkar oleh para wartawan Inggris secara terpisah, yaitu Robert Fisk dari harian Independent, John Sweeney dari The Observer, Anthony Loyds dari The Times dan Sairah Shah dari TV Channel Four. Hasil investigasi dari para wartawan tersebut berhasil membongkar sebahagian kejahatan Jenderal M.Lamari, pejabar rejim militer Aljazair.
The Observer edisi Ahad, 16 November 1997 menurunkan wawancara eksklusif dengan seorang bekas anggota intelejen bernama "Joseph" yang mengaku berpartisipasi aktif dalam sejumlah pembunuhan. Karena begitu takutnya ia lari ke London setelah hati nuraninya tidak tahan lagi untuk melaksanakan tugas membantai sesama warga Aljazair sendiri dan melaksanakan aksi terorisme internasional. Dialah yang melaksanakan aksi pemboman di Paris serta menggorok leher tujuh pelaut Italia itu.
Pengakuan "Joseph" ini diperkuat pula oleh agen rahasia lain bernama "Hakim" yang diwawancarai oleh harian Le Monde di Paris. Akibatnya di ibu kota Prancis itu digelas demonstrasi terbesar selama 20 tahun terakhir ini di Paris yang menuntut "Hakim" yang didalangi oleh Jenderal M.Mediani dengan panggilan rahasianya "Tawfiq". Pemboman di Paris dan penggorokan pelaut Italia itu menimbulkan krisis diplomatik antara Italia dan Prancis di satu pihak dengan Aljazair pada pihak yang lain.
Wahai rejim militer Aljazair! Sepandai-pandai membungkus barang yang busuk akhirnya berbau juga. Sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh jua. Di dunia ini telah terbongkar, apatah pula di Hari Pengadilan kelak. WaLla-hu a'lamu bishshawa-b.
*** Makassar, 21 Desember 1997
14 Desember 1997
[+/-] |
302. Dua Wanita Hamil, serta Hubungan antara Atasan dengan Bawahan |
Berita dua wanita hamil ternyata simpang siur. Berikut ini kita kutip dari tiga sumber:
Dua karyawan Puskesmas Tamamaung, Kartini dan Rosdiana, yang berniat menggugat Walikota Ujung Pandang H.A. Malik B. Masry kemarin (maksudnya hari Kamis, 11 Desember 1997), masih tetap masuk kerja. Keduanya sejak mendapat hukuman jalan kaki sepanjang Jalan Abdullah Dg Sirua beberapa hari lalu memang sangat mengkhawatirkan keselamatan janinnya. "Keduanya kini harus menjalani penanganan dokter secara intensif," ujar sejumlah pegawai Puskesmas Tamamaung Kamis kemarin. (FAJAR, 12/12-97)
Sebenarnya yang ada dalam rahim kedua wanita itu sudah lebih dari janin. Sejak terjadi pembuahan sel telur oleh sperma suaminya hingga rentang waktu 3 x 40 hari = 120 hari masih berupa janin. Jika dikeluarkan dengan paksa dari dalam rahim disebut pengguguran kandungan (aborsi). Liwat 120 hari Allah telah meniupkan ruh ke dalam janin itu, sehingga menjadi makhluk yang lain yang disebut bayi. Tsumma Ansya"nahu Khalqan Akhara (S. Al Baqarah, 2:14), kemudian Kami jadikan dia (janin) makhluk yang lain (bayi). Mengeluarkan bayi itu dengan paksa, atau tindakan perlakuan terhadap sang ibu yang menyebabkan bayi keluar dari dalam rahim, bukan lagi aborsi melainkan termasuk pembunuhan manusia.
Menanggapi tentang materi dari gugatan para pegawai Puskesmas itu, Walikota H.A. Malik B. Masry membantahnya. Menurut Malik, pegawai tersebut disuruh berjalan kaki pada pagi hari, usai apel pagi, yakni sekitar pukul 08.00 Wita. Dan saat itu pula, Walikota tidak melihat ada pegawai yang sedang hamil 7 bulan. "Kalau toh ada, kenapa dokternya tidak memberitahukan kepada kami," kata Walikota. (FAJAR, 12/12-97)
Lain pula keterangan pers Kepala Bagian Humas Pemda KMUP, H.M. Rusli Kamaruddin. Menurut Rusli Kamaruddin, petugas kesehatan yang ikut dalam rombongan terdapat dua wanita hamil. Namun, kedua wanita itu dikeluarkan dari barisan jalan pagi. (PR, 12/12-97)
Demikianlah simpang siurnya berita tentang dua wanita hamil yang disuruh berjalan di Jalan Abdullah Dg Sirua tersebut. Menanggapi berita itu ada yang percaya, yaitu sejumlah pegawai Puskesmas Tamamaung, "Keduanya kini harus menjalani penanganan dokter secara intensif," ujar mereka itu. Ada yang ragu-ragu yaitu Walikota Ujung Pandang H.A. Malik B. Masry. Walikota tidak melihat ada pegawai yang sedang hamil 7 bulan. "Kalau toh ada, kenapa dokternya tidak memberitahukan kepada kami," katanya. Ada yang membantah, yaitu Kepala Bagian Humas Pemda KMUP, H.M. Rusli Kamaruddin. Menurut Kamaruddin, kedua wanita hamil itu dikeluarkan dari barisan jalan pagi.
Bantahan H.M. Rusli Kamaruddin tersebut adalah bersifat keterangan resmi dari Pemda KMUP, oleh karena dikeluarkan oleh lembaga resmi, yaitu Kepala Bagian Humas Pemda KMUP dalam keterangan persnya pada malam Jum'at, sehubungan dengan pemberitaan pers tentang keberatan para pegawai Puskesmas Tamamaung. Secara logika kita lebih mempercayai informasi dari sejumlah pegawai Puskesmas Tamamaung bahwa kedua orang wanita hamil itu termasuk dalam barisan (tidak dikeluarkan), oleh karena kalau benarlah keterangan resmi Kepala Bagian Humas Pemda KMUP tersebut, mana mungkin kedua wanita hamil itu akan menuntut Walikota.
Mengenai hubungan antara atasan dengan bawahan, antara kepala Puskesmas Tamamaung dengan bawahannya dalam skala kecil, atau hubungan antara Walikota dengan para pegawainya dalam skala yang lebih tinggi, hendaklah menjadi renungan kita bersama apakah hubungan itu melulu yang bersifat normatif yang kaku? Apakah masih ada relung-relung kehidupan berkomunikasi yang bersifat manusiawi?
Tidak perlu kita terlalu jauh menyangkutkannya dengan HAM. Ada tempat ruju' yang lebih dekat, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dalam konteks keterbukaan menampung aspirasi bawahan, menyelesaikannya dengan bijaksana, seperti kata pepatah Minang: Ba' manari' rambui' dalam tapuang, rambui' inda' putuih, tapuang inda' basera', (ibarat menarik rambut dalam tepung, rambut tidak putus, tepung tidak berserak). Ini akan menghasilkan bawahan yang disiplin karena segan dan suka kepada atasannya, bukan bawahan yang tampaknya disiplin dari zahirnya, tetapi mengerutu dalam batinnya, disiplin hanya karena takut tetapi benci kepada atasannya yang arogan. Disiplin karena segan, walaupun atasannya tidak di tempat tetap ia disiplin. Disiplin karena takut, akan buyar disiplinnya tatkala atasannya tidak di tempat. Disiplin karena segan, tidak memerlukan aktivitas sidak, disiplin karena takut, selalu membutuhkan aktivitas sidak.
Cobalah kita renungkan ayat di bawah ini, memetik nilai berkomunikasi antara Atasan dengan bawahan:
Waidz Qa-la Rabbuka lilMalaikati Inniy Ja-'ilun fiy lArdhi Khalifatan Qa-luw Ataj'alu fiyHa- Man Yufsidu fiyHa- waYasfiku dDima-a wa Nahnu Nusabbihu biHamdika waNuqaddisulaka (S. Al Baqarah, 2:30). Ingatlah tatkala Maha Pengaturmu berfirman kepada para Malaikat, sesungguhnya Aku akan menjadikan khalifah di atas bumi. Berkata (Malaikat), adakah patut Engkau jadikan di atas bumi yang akan berbuat bencana di atasnya dan menumpahkan darah, padahal kami tasbih dan tahmid kepadaMu?
Aspirasi para malaikat yang menyatakan bahwa jenis malaikat lebih baik dari jenis manusia, karena malaikat selalu tasbih dan tahmid kepada Allah, sedangkan manusia itu sifatnya suka berbuat bencana dan menumpahkan darah, tidaklah menyebabkan Allah murka kepada malaikat atau menghukum mereka karena aspirasi mereka berlawanan dengan kehendakNya. Dalam rentetan ayat berikutnya kita dapat baca bahwa Allah memberi pengertian kepada malaikat, yaitu Adam (baca: manusia) mempunyai kemampuan yang melebihi malaikat untuk menjadi khalifah di bumi. Yaitu Allah memberikan ilmu kepada manusia untuk mampu mengenal tiap-tiap sesuatu di atas bumi, sehingga manusia lebih mampu dari malaikat untuk menjadi khalifah dalam mengelola bumi.
Sedangkan Allah SWT Yang Sangat Maha Kuasa Yang dapat berbuat sekehendakNya (Fa'a-lu liMa- Yuriyd) memperlakukan bawahan malaikatNya sedemikian pula, apatah pula makhluqNya yang berjenis manusia yang sangat-sangat kecil dan sangat tidak berkuasa itu. Allahu Akbar! WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 14 Desember 1997
7 Desember 1997
[+/-] |
301. Tujuan Isra-Mi'raj RasuluLlah SAW |
Tujuan utama Nabi Muhammad SAW di-Isra-Mi'rajkan ialah untuk menerima secara langsung kewajiban shalat dari Allah SWT. Furidhat 'Alayya shShala-tu Khamsiyna Shala-tan Kulla Yawmin. Aku diperintahkan melaksanakan shalat lima puluh kali setiap hari. Atas saran Musa, RasuluLlah kembali berulang kali menghadap Allah SWT minta keringanan hingga diturunkan hanya menjadi lima kali setiap hari, seperti sabda beliau: Umirtu biKhamsi Shala-tin Kulla Yawmin, diperintahkan kepadaku lima kali shalat setiap hari. Musa memberi tanggapan: Inna Ummataka La- Tastatiy'u Khamsa Shala-tin Kulla Yawmin, sesungguhnya ummatmu tidak akan sanggup melakukan lima kali shalat setiap hari.
Tujuan yang kedua Nabi Muhammad SAW di-Isra-Mi'rajkan ialah untuk diperlihatkan kepada beliau sebagian dari Ayat-Ayat Allah, seperti dijelaskan oleh Firman Allah: Subhana Lladziy Asray bi'Abdihi Laylam mina lMasijidi lHara-mi ilay lMasjidi lAqsha- Lladziy Barakna- Hawlahu liNuriyahu min Ayatina- Innahu Huwa sSamiy'u lBashiyru (S. Bany Isra-iyl, 17:1), artinya: Mahasuci Yang memperjalankan hambaNya pada malam hari dari Al Masjid Al Haram ke Al Masjid Al Aqsha, yang telah Kami berkati sekelilingnya untuk Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari Ayat-Ayat Kami, sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat. Ayat-ayat apa yang diperlihatkan kepada RasuluLlah? Ada tiga macam ayat: Ayat Qawliyah, Ayat Kawniyah dan Ayat Al Kubra. Ayat Qawliyah adalah ayat yang diucapkan yaitu Al Quran, Ayat Kawniyah adalah ayat kosmologis yaitu alam syahadah (kasat mata, indrawi) dan Ayat Al Kubra adalah ayat di atas alam syahadah. Yang diperlihatkan kepada RasuluLlah tatkala Mi'raj adalah ayat jenis yang ketiga. Hanya kepada RasuluLlah manusia satu-satunya yang diperlihatkan oleh Allah Ayat Al Kubra itu: Laqad Raay min Ayati Rabbihi lKubray (S. An Najm, 53:18), artinya: Sungguh ia telah melihat beberapa ayat Maha Pengaturnya yang Agung.
Walaupun Mi'raj bukan bahasa Al Quran, namun akar katanya yang dibentuk oleh huruf-huruf: 'Ain, Ra, Jim menurunkan kata Al Ma'a-rij, sebuah nama surah. Ta'ruju lMalaikatu warRuwhu Ilayhi (S. Al Ma'a-rij, 70:4), artinya: Naik malaikat-malaikat dan ruh kepadaNya. 'Araja (naik) bukanlah naik menuju ke atas kepala. Kalau orang naik menuju ke atas kepala berarti keluar meninggalkan bumi menuju angkasa luar. Dalam Al Quran perjalanan di angkasa dalam alam syahadah dipakai istilah sabaha (berenang) dan nafadza (menembus): Kullun fiy Falakin Yasbahuwna (S. Yasin, 36:40), artinya tiap-tiap sesuatu berenang dalam jalurnya. La- Tanfudzuwna Illa- biSulthanin (S. Ar Rahman 55:33), tidak dapat kamu menembusnya melainkan dengan kekuatan. Yang dimaksud dengan kekuatan di sini ialah bahan bakar.
Jelaslah tatkala RasuluLlah Mi'raj, beliau keluar meninggalkan alam syahadah dari Bayt Al Maqdis langsung meningkat masuk ke alam yang lebih tinggi derajatnya, ke alam ghaib, Al Ayah Al Kubray. Di alam ghaib ini tidak ada lagi ruang, waktu dan kecepatan. Yang lalu, yang kini, yang akan datang menyatu. Maka tidak ada artinya berandai-andai dengan kecepatan cahaya tatkala RasuluLlah Mi'raj. Demikian pula tidak ada gunanya mempertanyakan bagaimana mungkin RasuluLlah bertemu dengan nabi-nabi, berdialog dengan Nabi Musa AS seperti Hadits yang dikemukakan di atas. Tidak efisien mempertanyakan bagaimana mungkin Nabi Adam AS menoleh ke kanan melihat penghuni surga dan menoleh ke kiri melihat pengisi neraka, pada hal surga dihuni dan neraka diisi setelah hari kiamat. Seperti dituliskan di atas, yang lalu, kekinian, yang akan datang menyatu di alam ghaib, Al Ayah Al Kubray. Itulah makna kalimah Subhana dalam (S. Bany Isra-iyl, 17:1) yang dikutip di atas itu.
Demikianlah, kalau pada Mi'raj ruh dan jasad RasuluLlah keluar meninggalkan alam syahadah dari Bayt Al Maqdis langsung masuk ke alam yang lebih tinggi derajatnya, ke alam ghaib, maka perjalanan beliau dari Al Masjid Al Haram ke Bayt Al Maqdis adalah perjalanan biasa memakai kendaraan Buraq, seperti sabda RasuluLlah: Utiyat bilBura-qi faHumiltu 'Alayhi Hattay Utiyat Baita lMaqdis, didatangkan kepadaku Buraq dinaikkan aku berkendara di atasnya hingga tiba ke Bayt Al Maqdis. Atau seperti penuturan Anas Hattay Intihay Illay Bayti Maqdis, sampailah ia ke Bayt Al Maqdis. Demikianlah pada Mi'raj RasuluLlah hadir di alam ghaib melihat Ayat Kubra. Namun pada waktu beliau berada di Hijr, beliau melihat Bayt Al Maqdis hanya penglihatan beliau yang menembus waktu lampau (Bayt Al Maqdis atau Haikal Sulaiman dirobohkan oleh Titus pada 70 Miladiyah). Sedangkan ruh dan jasad beliau tidak ikut menembus waktu lampau, beliau tetap berada di Hijr, seperti sabdanya: Lamma- Kadzdzabtany Quraisyun Qumtu fiy lHijri faJalla Llahu Ly Bayta lMaqdis, tatkala kaum Quraisy mendustakan aku, berdiri aku di Hijr, maka Allah menampakkan kepadaku Bayt Al Maqdis.
Tujuan ketiga Nabi Muhammad SAW di-Isra-Mi'rajkan untuk ujian bagi manusia mengimani atau mengingkari. Wa Ma- Ja'alna- rRu"ya- Llatiy Araynaka Illa- Fitnatan linNa-si (S. Bany Isra-iyl, 17:60), artinya dan tidaklah Kami jadikan penglihatan yang Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai fitnah bagi manusia. Penglihatan yang diperlihatkan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah Ayat Kubra tatkala beliau Mi'raj. Sedangkan fitnah dalam ayat ini bermakna ujian ataupun cobaan atas keimanan seseorang. Jadi menurut ayat ini Isra-Mi'raj merupakan tolok ukur bagi seseorang untuk mengevaluasi keimanannya. Makin cerewet fuadnya (rasionya) terhadap Isra-Mi'raj makin kurang kadar keimanannya. Inilah yang terjadi tatkala Nabi Muhammad SAW menginformasikan bahwa beliau Isra-Mi'raj kepada penduduk Makkah. Ummat Islam ada yang tetap teguh imannya, ada pula yang menjadi ragu, bahkan ada yang kembali kafir, sedangkan kaum kafir Quraisy bertambah-tambah kafir dan pembangkangannya. Terjadilah kristalisasi ummat Islam, walaupun secara kuantitas menurun, namun secara kualitas meningkat. Ummat Islam yang telah berkristal menjadi sumberdaya manusia yang berkualitas itu menjadi kaum Muhajirin satu tahun delapan bulan kemudian, lalu mereka bersama-sama kaum Anshar, penduduk Muslim Madinah, mendirikan Negara-Kota Islam Madinah.
S. Bany Isra-iyl, 17:60 yang kita kutip di atas itu membantah thema yang biasa kita lihat dan jumpai dalam peringatan Isra-Mi'raj: Dengan Isra-Mi'raj kita tingkatkan kualitas iman kita. Ayat (17:60) menunjukkan bahwa Isra-Mi'raj bukanlah untuk meningkatkan iman, melainkan sebaliknya: Isra-Mi'raj adalah "Illa- Fitnatan linNa-si", melainkan untuk menguji kualitas keimanan seseorang. WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 7 Desember 1997
30 November 1997
[+/-] |
300. Jangan Sampai Terjadi Tuah Anjing Celaka Kuda |
Sering saya dengar dari para aktivis internasional penanggulangan HIV/Aids bahwa kondom merupakan alat proteksi satu-satunya terhadap HIV, seperti misalnya publikasi yang diedarkan oleh Plan International South Sulawesi HIV/AIDS Awareness Project dalam bentuk brosur berjudul: Kumpulan Tanya Jawab Cerdas Cermat Aids di Masyarakat, halaman 5 tanya-jawab no.20. Di daerah ini oleh para aktivis tersebut dimodifikasi menjadi: sedapat mungkin menjauhkan diri dari dunia hitam, namun apabila sudah tidak tahan betul, apa boleh buat pakailah kondom untuk proteksi. Jadi baik menurut Al Quran maupun para aktivis sama-sama memakai pendekatan proteksi. Menurut Al Quran proteksi itu: dengan metode La- Taqrabuw lZinay (S. Bany Israiyl, 17:32), jangan mendekati zina, sedangkan menurut para aktivis proteksi itu dengan teknologi kondom.
Akan tetapi harus dingat bahwa dari sisi lain tunas-tunas bangsa harus pula kita lindungi. Berdasar atas struktur piramida penduduk tanpa penelitian kita yakin bahwa Anak Baru Gede (ABG) yang masih labil jiwanya jauh lebih banyak, karena berada pada posisi yang dekat ke dasar piramida, ketimbang jumlah para suami pejajan seks yang suka terjun ke lapangan hitam, karena mereka ini berada lebih ke puncak dari piramida.
Tewasnya 2 pasang ABG baru-baru ini yang begitu berani menyewa kamar hotel secara jam-jaman dalam dua tahapan, menjadi cermin yang membuka mata kita semua betapa perlunya kita lebih memperhatikan nasib tunas-tunas bangsa itu. Mengapa mereka berani? Karena adanya rasa aman! Mengapa mereka merasa aman? Karena adanya proteksi!
Dinegeri-negeri yang penduduknya berperilaku jahiliyah modern yaitu bebas-seks, pemasyarakatan kondom bukanlah masalah bagi ABG. Akan tetapi di negeri-negeri yang menolak bebas-seks seperti di Indonesia, pemasyarakatan kondom niscaya membawa akibat seperti apa yang dikatakan oleh peribahasa: Tuah anjing celaka kuda. Dengan pemasyarakatan kondom membawa keuntungan (tuah) bagi para suami pejajan-seks, tetapi mendatangkan kecelakaan bagi ABG.
Menurut qaidah skala prioritas, menolak mudharat yang ditimbulkan oleh sesuatu lebih diprioritaskan ketimbang mengambil manfaatnya. Menolak pemasyarakatan kondom yang membawa mudharat bagi ABG lebih diprioritaskan ketimbang mengambil manfaat pemasyarakatan kondom yang memproteksi suami-suami nakal yang suka jajan seks. Terlebih pula efektivitas kondom sebagai alat proteksi terhadap HIV masih sangat diragukan, oleh karena siapa yang berani menjamin dalam teknologi kondom itu pori-pori karet yang menjadi bahan kondom itu lebih kecil dari virus, sehingga virus, termasuk HIV, tidak dapat menembus lapisan kondom. Menurut hasil penelitian efektivitas kondom dalam menangkal penyakit Aids hanya 26 % saja.
Alhasil pemasyarakatan kondom wajib kita tolak, jangan sampai terjadi tuah anjing celaka kuda! WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 30 November 1997
23 November 1997
[+/-] |
299. Penggerebekan Jajaran Poltabes Ujungpandang Mengganggu Privasi Tamu Hotel? |
Seperti diketahui jajaran Poltabes Ujungpandang menggerebek semua kamar di sebuah hotel di Jalan Pelita Raya, pada hari Selasa, 18 November 1997 yang lalu. Konon salah seorang pengurus (P)erhimpunan (H)otel dan (R)restoran (I)ndonesia menyesalkan tindakan itu. "Di mana lagi privasi tamu-tamu yang menginap di hotel? Saya yakin, tidak akan ada lagi orang yang mau menginap di hotel kalau tindakan petugas kepolisian seperti itu," katanya. Sejalan dengan buah pikiran pengurus PHRI yang tidak ingin disebutkan namanya itu, salah seorang praktisi hukum Ridwan J. Silamma,SH mengatakan: "Kalau tujuannya hanya untuk mencari pasangan yang tidak resmi, mengapa harus menggerebek hotel? Di mana lagi privasi para tamu?"
Privacy (Privasi)! Apa itu privasi? Dalam bingkai apa dan di bumi mana? Pengertian privasi atau keleluasaan pribadi menjadi rancu, karena umumnya orang tidak menyadari bahwa kakinya berpijak di Indonesia, tetapi kepalanya di Eropah. Ini tidak wajar. Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Kalau kaki berpijak di Indonesia maka kepalapun harus ada di Indonesia, menjunjung langit Indonesia. Kalau kepala ada di Eropah, maka privasi itu adalah bagian dari humanisme yang sangat liberal, yang menjiwai semboyan Revolusi Perancis: liberte', egalite' et fraternite' (kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan). Asal tahu saja Hak Asasi Manusia menurut Barat berlandaskan pandangan hidup humanisme tersebut.
Demikian liberalnya sehingga demi privasi itu kekuasaan negara cq kehakiman berakhir di ambang pintu masuk kamar tidur. Di dalam kamar tidur, siapapun tidak berhak menggangu privasi orang-orang ataupun pasangan yang ada di dalamnya, kecuali jika salah seorang ataupun keduanya dari pasangan itu isteri atau suami seseorang. Yang laki-laki melanggar privasi suami perempuan teman sekamarnya dan yang perempuan melanggar privasi isteri laki-laki teman sekamarnya itu. Pemahaman privasi yang demikian itu (kepala di Eropah, kaki di Indonesia) terikut masuk ke Indonesia melalui Wetboek van Straftrecht voor Nederlandsch Indie. Setelah kita merdeka, menurut pasal VI UU 1946 no.1, diubah menjadi Wetboek van Strafrecht, atau (K)itab (U)ndang-Undang (H)ukum Pidana.
Pemahaman privasi itu kita jumpai dalam KUHP pasal 284: ayat (1) menyatakan bahwa diancam pidana seorang pria kawin yang melakukan zina, seorang wanita kawin yang melakukan zina; ayat (2) menyatakan bahwa tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/isteri yang tercemar. Secara tersurat yang dilarang oleh undang-undang adalah bermukah (perzinaan yang dilakukan oleh laki-laki dan atau perempuan yang sudah kawin, bahasa Makassarnya, assangkili', bahasa Belandanya overspel, keliwat main), dan itupun cuma delik aduan. Sesungguhnya pasal 284 tersebut substansinya bukanlah larangan bermukah, melainkan pada hakekatnya yang tersirat adalah pelanggaran privasi bagi suami dari isteri yang bermukah atau pelanggaran privasi bagi isteri dari suami yang bermukah.
Secara normatif (baca: norma hukum) memang benar apa yang dikatakan oleh Ridwan J. Silamma bahwa kalau sebuah hotel dicurigai menjadi tempat terjadinya tindak kriminal atau tempat persembunyian orang-orang yang diduga terlibat dalam perbuatan kriminal, maka wajar saja jika polisi melakukan penggerebekan. Artinya secara tersirat Ridwan J. Silamma ingin mengatakan bahwa polisi tidak wajar melakukan penggerebekan jika dalam sebuah hotel tidak terjadi tindak kriminal atau tempat bersembunyi orang yang diduga terlibat tindak kriminal. Memang aktivitas "esek-esek" dalam kamar-kamar hotel yang digrebek polisi itu bukanlah tindak kriminal, karena aktivitas mereka itu tidak melanggar pasal 284 KUHP. Konon kabarnya dalam konsep KUHP yang baru substansi dalam pasal 284 itu akan dihapus dan diganti dengan yang sesuai dengan hukum yang masih hidup dan tetap hidup dalam masyarakat Indonesia yaitu Hukum Islam dan Hukum Adat.
Sambil menanti KUHP yang baru itu, kita dukung jajaran Poltabes Ujungpandang menggerebek tempat "esek-esek" di Kota Makassar ini, tidak terkecuali hotel-hotel tak-berbintang dan berbintang yang disinyaler menjadi rahasia umum dipakai untuk aktivitas "esek-esek", karena:
Pertama, memang tugas polisi untuk meredam keresahan masyarakat yang diakibatkan oleh menjamurnya tempat "esek-esek".
Kedua, patut sekali jika polisi melindungi para (A)nak (B)aru (G)ede yang masih labil jiwanya. Sudah menjadi rahasia umum sejumlah hotel menyediakan kamar-kamarnya untuk aktivitas "esek-esek." Tewasnya 2 pasang ABG baru-baru ini yang begitu berani menyewa kamar hotel secara jam-jaman dalam dua tahapan, menjadi cermin yang membuka mata kita semua betapa perlunya kita lebih memperhatikan nasib tunas-tunas bangsa itu. Kita tidak menuduh kedua pasangan itu melakukan "esek-esek" karena tidak ada bukti, akan tetapi buat apa mereka itu menyewa kamar hotel secara jam-jaman dalam dua tahapan? Tentunya bukan untuk bermain domino!
Ketiga, dalam rangka memerangi menyebarnya virus yang memangsa kekebalan tubuh manusia (HIV) yang menimbulkan sindrom hilangnya kekebalan tubuh (Aids) tindakan jajaran Poltabes Ujungpandang tersebut sangat mendukung, oleh karena lebih 90% HIV itu menyebar melalui hubungan seksual secara liar dan secara berganti-ganti pasangan.
Mau merasa aman masuk kamar hotel? Gampang sekali, bawalah Surat Nikah. Merasa berat bawa surat nikah? Itu alasan yang dicari-cari, oleh karena tidak seorang juapun yang merasa berat membawa SIM dan STNK!
Sebenarnya lebih terpuji jika PHRI menghidupkan kembali tata-tertib yang harus ditaati oleh para tamu, yaitu memperlihatkan Surat Nikah. Kalau perlu mengadakan kerja-sama antara PHRI dengan jajaran Poltabes untuk menertibkan hotel-hotel yang tidak menolak pasangan tamu yang tidak memperlihatkan Surat Nikah. Karena sebenarnya alasan privasi yang dilontarkan itu bukanlah alasan filosifis, melainkan alasan komersial, mendapatkan untung di atas segala-galanya.
Untuk itu kiranya perlu dikemukakan Firman Allah: WaTtaquw Fitnatan La- Tushiybanna Lladziyna Zhalamuw Minkum Kha-shshatan wa'lamuw Anna Llaha Syadiydu l'Iqa-bi (S. Al Anfa-l, 8:25). Hindarkanlah bencana yang tidak khusus ditimpakan atas orang aniaya saja di antara kamu, sesungguhnya Allah amat keras sanksiNya. WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 23 November 1997
16 November 1997
[+/-] |
298. Sinar Matahari, Energi Alternatif di Abad 21? |
Matahari adalah sumber energi yang tak-terhabiskan oleh manusia. Dalam proses reaksi thermonuklir penyusunan (fusi) inti atom di matahari setiap detik sekitar 650 juta ton hidrogen (H) tersusun menjadi sekitar 646 juta ton helium (He). Selisih 4 juta ton materi setiap detik itu berubah wujud menjadi energi radiasi berupa sinar gamma, sesuai dengan sunnatuLlah yang diungkapkan oleh Einstein dalam rumus kesetaraan massa dengan energi: E = mc2. Matahari kehilangan massanya akibat reaksi fusi itu dalam 1,5 miliyar tahun hanya sekitar 1%. Para pakar astro fisika (astro = bintang) memperkirakan matahari sudah berumur sekitar 10 miliyar tahun, yang berarti matahari baru kehilangan massanya sekitar 6 % dari massanya yang semula.
Sinar gamma itu mengalami degradasi tatkala menembus matahari hingga ke permukaan matahari. Sinar gamma yang berdegradasi itu menjadi yang dikenal sebagai photon, yang dipancarkan oleh matahari ke ruang angkasa sekelilingnya. Bumi sesuai dengan taqdirnya dari Allah SWT dengan ukuran tertentu dalam diameter dan jaraknya dari matahari hanya menerima sekitar seper 2000 miliyar bahagian dari energi photon yang dipancarkan oleh matahari tersebut. Bumi hanya menerima energi photon itu setiap jam sekitar 175 milyar megawatt-jam (MWJ).
Energi photon matahari itu memungkinkan zat hijau pohon menangkap air dan CO2 kemudian menyusunnya menjadi senyawa hidrokarbon (baca: makanan dan bahan bakar) dan melepaskan 02 ke udara. Andaikata tidak ada pohon, maka 02 akan habis dikonsumsi oleh mesin, binatang dan manusia dengan jalan bernafas. Untunglah zat hijau pohon senantiasa bekerja melepas 02 ke udara, sehingga mesin, binatang dan manusia senantiasa mendapat pemulihan persediaan 02 untuk dapat bernafas. Dalam proses bernafas itu terjadi reaksi kimia antara senyawa hidrokarbon hasil jerih payah zat hijau pohon dengan 02. Reaksi kimia tersebut dari jenis exoterm, mengeluarkan panas. Jadi makan dan bernafas menyebabkan mesin, tubuh binatang dan manusia menjadi panas.
Di atas dipergunakan istilah zat hijau pohon bukan istilah ilmiyah zat hijau daun (chlorophyl, chloros = hijau dan phyllon = daun), sebab sebagai seorang Muslim yang beriman kepada Al Quran, di dalam Al Quran dipakai istilah AsySyajaru lAkhdharu (asy Syajaru = pohon dan al Akhdharu = hijau). Firman Allah SWT:
Alladzy Ja'ala laKum mina sySyajari lAkhdhari Na-ran faIdza- Antum minHu Tuwqiduwna (S. Yasin, 80). Yaitu (Allah) Yang menjadikan api bagimu dari (zat) hijau pohon maka dengan itu kamu membakar (36:80).
Dalam inti sel tumbuh-tumbuhan terdapat bintik-bintik pigment pembawa zat warna (chromatophore). Yang terpenting ialah pigment
warna hijau, yang dengan bantuan photon dapat melakukan proses photosynthesis (synthese = menyusun), artinya pigment hijau ini menyusun persenyawaan hidrokarbon dengan memakai energi photon dari matahari. Pigment hijau ini dalam istilah ilmiyahnya disebut chlorophyl, zat hijau daun. Istilah ilmiyah ini tidak tepat, oleh karena pigment hijau itu terdapat pada seluruh bahagian pohon yang masih hijau warnanya, di akar yang tersembul di atas tanah, di batang, di cabang, di dahan, di ranting, di daun, si pucuk, di ulam, di kelopak bunga dan di buah. Jadi yang betul ialah istilah zat hijau pohon.
Pada waktu langit bersih permukaan bumi yang menerima gempuran photon dalam arah tegak lurus akan menerima energi setiap jam sekitar 870 watt-jam (WJ) per satu meter persegi pada ketinggian yang sama dengan permukaan laut. Makin tinggi dari muka laut energi yang tertampung itu makin banyak pula, berhubung udara yang menghalangi makin tipis. Pada ketinggian sekitar 4400 meter di atas muka laut, energi yang diterima setiap jam per satu meter persegi sekitar 1,16 kilowatt-jam (KWJ). Satelit-satelit komunikasi pada GSO-nya (apa itu GSO lihat Seri 289) menerima setiap jam energi per satu meter persegi sekitar 1,36 KWJ.
Secara kasar dapat dihitung bahwa gurun pasir Sahara akan dapat menghasilkan energi sejumlah 8 kali kebutuhan energi ummat manusia pada tahun 2000. Perhitungan ini berasumsikan bahwa efisiensi mesin matahari sekitar 20%. Sebagai bahan perbandingan dengan yang telah lama diaplikasikan, yaitu laboratorium-angkasa Skylab mempunyai 130 meter persegi luas dari pelataran sel-matahari yang terbuat dari silicium sejumlah 272642 biji sel. Dengan efisiensi sekitar 11 - 12%, sel-sel itu menghasilkan daya listrik sekitar 12,65 - 13,8 KW. Sel-matahari itu diperkembang pula supaya efisiensinya meningkat, dari silicium ke cuprum sulfida-cadmium sulfida, gallium arsenida, indium fosfida- cadmium sulfida, dan selenium.
Di samping sistem sel-matahari dipakai pula sistem kolektor panas. Sekarang ini dipakai untuk memanaskan rumah di daerah yang beriklim dingin. Dalam sejarah sistem kolektor panas ini telah diaplikasikan dalam peperangan oleh Hannibal (247 - 183) sebelum Miladiyah (SM) dalam Perang Finiqi ke-2 (218 - 201) SM. Hannibal membawa bala tenteranya dari Spanyol melalui pegunungan Alpen menyerang kota Roma. Ia membinasakan pasukan Romawi di Cannae (216 SM) dengan mengumpulkan photon melalui cermin cekung yang difokuskan kepada pasukan Romawi tersebut. Teknologi kolektor panas dengan cermin cekung ini didapatkan oleh Archimedes (287? - 212) SM. Pada reruntuhan Ninive dan pada kota-kota lain di Mesopotamia telah didapatkan cermin cekung yang dipakai sebagai kolektor panas.
Sistem kolektor panas secara optik tersebut (teknologi cermin cekung) dewasa ini dipakai dalam teknologi generator (M)agneto (H)ydro (D)dynamic, MHD. Photon difokuskan secara optik ke ketel (boiler, al-ghallayah) yang berisi gas yang dipanaskan hingga suhu sekitar 2500o C. Gas yang keluar dari ketel dipacu dengan laju 1000 meter/detik (di atas laju kritis) dalam tabung expansi yang berbentuk konvergen-divergen. Gas yang dipacu ini difokuskan oleh magnet ke kutub elektrode, sehingga menghasilkan aliran listrik. Selanjutnya gas itu dipakai pula untuk menggerakkan turbin gas yang dikoppel dengan generator, yang juga menghasilkan aliran listrik.
Apa yang diceritakan mengenai teknologi pemanfaatan photon melalu sistem sel-matahari dan sistem kollektor tersebut masih dalam skala kecil. Adalah tantangan teknologik dalam abad ke-21 untuk memanfaatkan photon dalam skala besar. Mampukah ummat manusia memanfaatkan energi photon, yang tanpa polusi gas rumah kaca, menjadi energi alternatif untuk memenuhi keserakahan peradaban manusia mengkonsumsi energi di abad ke-21? WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 16 November 1997
9 November 1997
[+/-] |
297. Organisasi Matrix, Suatu Saran Untuk Universitas Hasanuddin |
Pada waktu saya masih mahasiswa saya pernah membaca sebuah artikel dalam Reader's Digest. Judulnya saya masih ingat betul: The man I didn't kill. Ceritanya tentang penuturan seorang serdadu Amerika Serikat yang hampir saja menembak seorang serdadu Jerman. Tatkala serdadu Amerika itu akan menarik pelatuk senjatanya tiba-tiba serdadu Jerman itu menggeliat, kemudian menyapu salju yang melekat pada mantelnya. Sejenak terlintas di benak serdadu Amerika itu. Apa yang ada di depannya itu merasakan juga usikan salju. Makhluk di depan moncong senjatanya itu bukan robot perang, melainkan manusia juga seperti dirinya, punya ibu dan ayah. Mungkin sudah beristeri dan punya anak, seperti dia. Walhasil ia tidak jadi menembak serdadu Jerman itu.
Mengapa serdadu Amerika itu tidak jadi menembak serdadu Jerman itu? Oleh karena ia sempat menempatkan dirinya dalam diri serdadu Jerman itu. Sesungguhnya dalam hidup bermasyarakat konflik dapat dihindarkan, jika kita dapat menempatkan diri kita pada posisi orang lain. Bersedia memikirkan bagaimana orang lain berpikir, memikirkan apa yang orang lain rasakan, merasakan bagaimana orang lain berpikir, dan merasakan apa yang orang lain rasakan. Inilah yang disebut 'Arrafa, yang ditasrifkan menjadi Ta'a-rafuw dalam ayat berikut:
Ya-ayyuha nNa-su Inna- Khalaqnakum min Dzakarin wa Untsay wa Ja'alnakum Syu'uwban wa Qaba-ila liTa'a-rafuw Inna Akramakum 'inda Llahi Atqakum Inna Llaha 'Aliymun Khabiyrun (S. Al Hujura-t, 13). Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling berkenalan, sesungguhnya yang termulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang lebih taqwa, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Sadar (49:13).
Jika Syu'uwban wa Qaba-ila diaktualisasikan dalam kontex kehidupan kampus, maka dalam hal ini berbangsa-bangsa dan bersuku-suku turun menjadi skala berfakultas-fakultas dan berjurusan-jurusan. Sesuai dengan judul diatas, aktualisasi ini difokuskan pada kampus Unhas. Sebermula kampus Unhas hanya diperuntukkan bagi lima ribu orang mahasiswa. Sedangkan sekarang ini jumlah mahasiswa telah membengkak lima kali. Unhas sudah memikul beban mahasiswa jauh di atas daya tampungnya, sehingga kampus sudah dalam kondisi hiruk-pikuk (crowding).
Menurut ethology (ilmu perangai binatang) apabila dalam keadaan crowding maka naluri mempertahankan diri melampaui dosis normal, lalu menjadi agresif, yang menyebabkan perangai binatang berubah menjadi pemangsa sesamanya (kannibal). Dilihat dari segi naluri mempertahankan diri ini, maka manusia tidak ada bedanya dengan binatang.
Allah SWT memberikan ruh kepada manusia, sedangkan kepada binatang tidak. Ruh mempunyai perangkat halus yang disebut qalb(un), yang terdiri atas komponen halus shadr(un), fuad(un) dan hawa(y). Kita sesuaikan dengan lidah Indonesia menjadi kalbu, sadru, fuad dan hawa. Dzikir adalah aktivitas sadru yang diasah dalam ilmu tasawuf. Buahnya adalah rasa cinta kepada Allah dan RasulNya serta makhluqNya, sehingga tercapai ketenangan batin. Pikir adalah aktivitas fuad yang diasah dalam ilmu pengetahuan dan filsafat. Buahnya adalah rasionalitas, sehingga tercapai kepuasan intelektual. Gabungan sadru dengan fuad disebut akal. Naluri adalah aktivitas hawa yang diasah dalam pengalaman hidup. Buahnya adalah semangat mempertahankan diri. Manusia dikendalikan oleh akalnya, sedangkan binatang hanya dikendalikan oleh nalurinya.
Karena manusia mempunyai akal, maka walaupun dalam keadaan crowding, naluri mempertahankan diri dapat dicegah untuk tidak agresif. Caranya ialah terhadap struktur organisasi Unhas, yang dalam keadaan crowding itu, supaya diterapkan Organisasi Matrix sehingga komunikasi saling berkenalan menjadi lancar.
Organisasi Matrix pernah diterapkan di Unhas oleh Rektor Ahmad Amiruddin. Itu merupakan hasil Rapat Kerja di Watampone atas input dari Team Impact yang dibentuk Rektor sebelumnya. Yang disebut matrix ialah apa saja yang terdiri atas baris dan kolom. Organisasi Matrix adalah organisasi yang terdiri atas dua aliran, yaitu aliran baris dan aliran kolom. Aliran baris adalah aliran program pendidikan dan aliran kolom adalah aliran sumberdaya. Aliran program mengurusi kurikulum yang relevan dengan pembangunan, memonitor dan mengevaluasi perkuliahan, yang dilakukan oleh Ketua Program. Ketua-Ketua Program dikepalai oleh Dekan Kajian. Aliran sumberdaya dikepalai oleh Dekan Fakultas yang membawahkan (mengatasi, bukan membawahi) Ketua-Ketua Jurusan yang bertanggung-jawab atas sumberdaya dan membina ilmu.
Dengan Organisasi Matrix ini hilanglah sekat atau kapling jurusan-jurusan dalam intern fakultas dan kapling fakultas dalam intern universitas. Mahasiswa program pendidikan Teknik Mesin misalnya jika mau kuliah Hukum Milik Perindustrian harus mendatangi Fakultas Hukum pada jurusan yang membina mata ajaran yang bersangkutan. Mahasiswa program pendidikan Teknik Mesin menganggap Fakultas Hukum adalah fakutasnya pula, menganggap Fakultas Ekonomi fakultasnya pula karena di Fakultas Ekonomi ia shopping mata ajaran Manajemen Industri.
Dalam Organisasi Matrix di samping lancarnya proses komunikasi saling berkenalan, berlangsung pula prinsip mahasiswa mendatangi ilmu. Dalam organisasi yang bukan Organisasi Matrix mahasiswa tersekat dalam jurusan dan fakultasnya, ilmu mendatangi mahasiswa, karena ilmu itu dibawa oleh dosen dari luar kapling.
Sayang sekali Oganisasi Matrix ini tidak dikenal dalam organisasi rutin yang baku tetapi kaku. Organisasi Matrix di Unhas setelah berlangsung beberapa tahun dibubarkan karena bertentangan dengan Peraturan Pemerintah, perihal pembentukan dan organisasi universitas.
Syahdan dalam rangka mencegah tawuran seyogianya Senat Universitas Hasanudin mengambil keputusan yang selanjutnya diperjuangkan oleh Rektor ke pusat agar Universitas Hasanuddin dijadikan pilot poject Organisasi Matrix. Oleh karena dengan Organisasi Matrix ini peranan rasionalitas dan rasa cinta dari kalbu dalam aktivitas komunikasi saling berkenalan di antara mahasiswa dari berbagai fakutas akan mencegah timbulnya konflik. Jadi walaupun penghuni kampus dalam keadaan crowding, berhubung jumlahnya lima kali dari daya tampungnya, tawuran antar fakultas tercegah, karena tidak lagi timbul konflik, insya Allah.
WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 9 November 1997
2 November 1997
[+/-] |
296. Nasirah |
Alhamdulillah, hukum qishash atas tenaga kerja wanita (Nakerwan) Nasirah dibatalkan karena salah seorang isteri yang ditembak mati oleh Nasirah menyatakan memberikan maaf kepada Nasirah secara tertulis. Berita ini walaupun disampaikan secara lisan, namun termasuk berita yang tepercaya (shahih), oleh karena melalui jalur resmi, yaitu dari sumber informasi pejabat Mahkamah Kota Al Ghasiem (tempat Nasirah di tahan), kepada Dubes RI Zarkowi Sayuti di Riyadh, kepada Menlu Ali Al Atas, akhirnya kepada Direktur Penerangan Departemen Luarnegeri (Dirpenlugri) Ghafar Fadhyl.
Kerajaan Arab Saudi memberlakukan hukum Islam, yaitu Syari'at Islam menurut Al Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Pemberlakuan Syari'at Islam dalam Kerajaan Arab Saudi nyata pula terlihat dari benderanya yang bertuliskan inti Kalimah Syahadatain (dua Kalimah Syahadat).
Ummat Islam yang rajin membaca Al Quran sesungguhnya tidak asing baginya mengenai hukum qishash, serta siapa yang mempunyai otoritas untuk membatalkan hukum qishash tersebut. Tentu kita masih ingat bertahun-tahun yang lalu tatkala Zulfikar Ali Bhutto dijatuhi hukuman mati berdasar atas hukum qishash di Pakistan yang meberlakukan Syari'at Islam, seluruh dunia baik dari kepala beberapa negara, dari beberapa kelembagaan, dan dari beberapa tokoh-tokoh dunia meminta kepada Presiden Pakistan Ziaul Haqq untuk memberikan grasi kepada Ali Bhutto, tidak berhasil. Karena memang menurut Syari'at yang berhak membatalkan hukum qishash bukanlah Ziaul Haqq walaupun ia Presiden Pakistan, melainkah yang berhak adalah keluarga dekat dari yang terbunuh oleh Zulfiqar Ali Bhutto. Dan tidak ada dari pihak keluarga dekat korban terbunuh oleh Zulfiqar Ali Bhutto yang bersedia memaafkan Zulfikar Ali Bhutto. Maka Zulfiqar Ali Bhuttopun dieksekusi.
Kita masih ingat belum lama berselang Nakerwan Filipina Sarah Balabagan luput dari hukuman mati di Emirat Arab karena mendapat maaf dari keluarga yang terbunuh oleh Sarah. Juga baru-baru ini seorang Inggeris luput dari hukuman pancung di Arab Saudi karena keluarga terhukum di Inggeris mengadakan pendekatan kepada keluarga dekat dari yang terbunuh di Australia. Mereka memaafkan terpidana orang Inggeris dengan meminta diat, uang tebusan (yang mereka namakan blood money). Katanya uang tebusan itu seluruhnya digunakan untuk membangun rumah sakit di Australia.
Isteri yang ditembak mati oleh Nasirah karena Saleh bekas majikannya itu mencoba memperkosa Nasirah, memberikan maaf kepada Nasirah, niscaya dilatar belakangi oleh rasa simpati kepada Nasirah yang akan diperkosa itu. Itulah sebabnya pula pemberian maaf oleh sang isteri korban kepada Nasirah adalah pemberian maaf tanpa reserve, pemberian maaf penuh tanpa diat.
Lain halnya seumpama Nasirah membunuh bocah anak majikannya. Dalam hal kasus yang demikian itu, apapun pendekatan yang diupayakan sangatlah sukar untuk mendapatkan maaf dari keluarga korban. Kalau saya tidak salah ingat di Singapura, yang walaupun bukan negara Islam tetapi meberlakukan hukum cambuk bagi pemabuk dan hukum qishash bagi pembunuh, menggantung mati seorang terpidana Nakerwan yang berasal dari Filipina, karena yang bersangkutan membunuh bocah anak majikannya.
Firman Allah SWT:
Ya-ayyuha- Lladziyna Amanuw Kutiba 'Alaykumu lQisha-shu fiy lQatlay al Harru bi lHurri wa l'Abdu bi l'Abdi al Untsay bi lUntsay faMan 'Ufiya lahu min Akhiyhi Syayun faTtiba-'un bi lMa'ruwfi waDa-un Ilayhi biIhsa-nin Dzalika Takhdhiyfun min Rabbikum waRahmatun faMani 'taday ba'da Dzalika faLahu 'Adza-bun Alymun (S. Al Baqarah, 178). Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu qishash dalam pembunuhan, orang merdeka dengan orang merdeka, sahaya dengan sahaya, perempuan dengan perempuan. Barang siapa yang mendapat maaf dari saudaranya akan sesuatu, maka hendaklah ia mengikuti secara yang ma'ruf dan membayarkan (diat) kepada saudaranya itu dengan baik-baik. Demikian itu suatu keringanan dari Maha Pengaturmu dan rahmatNya. Barang siapa yang aniaya sesudah itu, maka untuknya siksaan yang pedih (2:178).
Menurut ayat (2:178) hukum qishash bukanlah harga mati. Itu dapat dibatalkan jika terpidana 'Ufiya dimaafkan oleh pihak keluarga terbunuh yang dapat meminta diat ataupun tanpa diat sama sekali seperti yang dilakukan oleh salah seorang isteri Saleh atas Nasirah. Salah satu ciri orang bertaqwa ialah orang yang memaafkan sesama manusia (3:134), al'A-fiyna 'ani nNa-si (S. Ali 'Imra-n, 134).
Mengapa mesti hukum qishash? Firman Allah:
Walakum fiy lQisha-shi Hayatun Ya-Uwliy lAlba-bi La'allakum Tattaquwna (S. Al Baqarah, 179). Bagi kamu dalam qishash (terdapat) kehidupan hai Ulul-albab, supaya kamu bertaqwa (2:179).
Yang dimaksud dengan Ulul-albab, yaitu mereka yang berzikir (ingat kepada Allah) dahulu sebelum berpikir. Di dalam hukum qishash ada kehidupan untuk menghilangkan kematian karena hukum qishash dapat mencegah pembunuhan berdasar dendam secara turun temurun di antara keluarga yang menjadi bermusuhan diakibatkan dimulainya suatu pembunuhan dari suatu keluarga besar. Itu banyak terjadi dalam kalangan suku-bangsa yang berdarah panas misalnya di padang pasir, di padang steppe seperti bangsa Indian Apache dan Arapaho, bangsa Kazak dan Mongol. Di Sulawesi Selatan ini walalupun bukan padang pasir penduduknya juga berdarah panas. Demikian penduduk pulau Corsica asal Napoleon Bonaparte yang bukan padang pasir juga berdarah panas. Dalam kalangan penduduk di pulau itu sampai sekarang masih ada tradisi vendetta. Lambang huruf V pada mereka itu bukanlah victory (kemenangan), melainkan vendetta (dendam). Dalam cerita silat Cina tidak asing bagi kita bunuh membunuh di antara dua keluarga atas dasar dendam. Untuk mencegah dendam mendendam ini dapat kita fahami mengapa Judge Bao sangat ketat melaksanakan hukum qishash memenggal kepala terpidana dengan alat penggal anjing dan alat penggal macan. Demikianlah hukum qishash itu mencegah pembunuhan berantai turun temurun, inilah yang dimaksud dengan fiy lQisha-shi Hayatun Ya-Uwliy lAlba-b, dalam qishash (terdapat) kehidupan hai orang-orang yang berzikir kemudian berpikir. WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 2 November 1997
26 Oktober 1997
[+/-] |
295. Pembangunan Rumah Kaca Penyebab Panas Global? |
Suatu tanggung-jawab moral untuk meluruskan apa saja yang tidak lurus, baik itu berupa tindakan maupun pemahaman. Salah satu di antaranya yaitu pemahaman bahwa pembangunan rumah kaca adalah penyebab panas global. Pemahaman yang keliru ini telah dipublikasikan oleh Antara/Spektrum dengan judul berita: "Australia Mengelak dari Tantangan Panas Global." Kita kutip sebagian kecil:
"Sepertinya masyarakat Australia, ............mengekor di belakang kampanye internasional dalam mengurangi PEMBANGUNAN RUMAH KACA, YANG DITANDAI DENGAN SEBAGAI PENYEBAB PANAS GLOBAL (penulisan dengan huruf besar dari pengasuh kolom ini), yang dapat merusak iklim. Sebaliknya, pemerintahan Perdana Menteri John Howard kesulitan dalam menghalangi gerakan Uni Eropa, Amerika Serikat dan Jepang yang berusaha ..........untuk menyamakan tujuan dan sasaran dalam menghentikan GAS BUANG DARI RUMAH KACA (penulisan dengan huruf besar dari pengasuh kolom ini). Maksud dan tujuan serangan diplomatik Camberra sebenarnya sederhana, yaitu menghentikan konferensi ..........para pemimpin dunia di Jepang Desember yang akan menanda-tangani kesepakatan dalam pengurangan karbon monoksida serta emisi gas rumah kaca."
Kedua bagian kalimat yang dituliskan dengan huruf besar itu, sama sekali tidak benar. Dan itulah yang akan diluruskan. Namun sebelum pelurusan itu akan dianilisis terlebih dahulu, mengapa kesalahan itu sampai terjadi.
Ungkapan emisi gas rumah kaca itu betul, sama sekali tidak salah. Lalu ungkapan itu dijabarkan kira-kira seperti berikut: Emisi bermakna sesuatu yang dibuang keluar, lalu menjadilah ungkapan itu pembuangan gas rumah kaca. Sampai disini penjabaran itu masih benar. Dalam jabaran selanjutnya pembuangan gas diganti dengan gas buang, lalu diletakkan dalam komposisi gas buang rumah kaca. Maka mulailah ungkapan itu salah arah, karena gas buang rumah kaca dapat berarti gas buang dari rumah kaca, seperti yang dituliskan dengan huruf besar di atas. Jabaran selanjutnya ialah gas buang dari rumah kaca berarti rumah kaca yang empunya gas buang, dan selanjutnya ialah emisi gas rumah kaca yang menjadi penyebab panas global berkembang menjadi pembangunan rumah kaca, yang ditandai sebagai penyebab panas global seperti yang dicetak tebal dalam kutipan di atas. Dan inilah akhir evolusi penjabaran itu. Alhasil, rentetan pemikiran yang logis dengan hanya menggunakan permainan kata-kata, akan menjadi salah, apabila substansi yang dibahas (dalam hal ini "efek rumah kaca") tidak difahami.
Sesungguhnya apa yang disebut gas rumah kaca telah berulang-kali dikemukakan dalam kolom ini. Ada dua jenis gas pencemar, yaitu pertama, gas yang dikeluarkan oleh pabrik-pabrik kimia yang semuanya beracun dan kedua, gas buang hasil pembakaran bahan bakar yang dikeluarkan oleh mesin-mesin stasioner melalui cerobong asap pabrik-pabrik dan yang dikeluarkan melalui knalpot mesin-mesin propulsi otomobil dan kendaraan-kendaraan bermesin lainnya. Dari gas buang hasil pembakaran ini hanya CO2 yang tidak beracun.
Ada gas pencemar yang sengaja dibuat yaitu (C)hlor (F)luor (C)arbon untuk refrigrant mesin-mesin pendingin dan gas penekan dalam alat semprot pengharum ruangan, deodoran dll bagi juta-jutaan orang. Pada mulanya CFC ini tidak dianggap sebagai zat pencemar, oleh karena tidak beracun, tidak berbau, tidak berwarna, molekulnya stabil dll. Tidak beracun, atau beracun, semua gas pencemar tersebut termasuk keluarga gas-gas rumah kaca, yang berarti gas-gas penyebab efek rumah kaca. CFC setelah beberapa lama bergabung dalam keluarga gas rumah kaca, karena relatif ringan melepaskan diri dari keluarganya kemudian membubung ke atas untuk merobek ozon dengan giginya yang tajam yaitu unsur Fluor. Sebenarnya ozon itu gas beracun, namun Yang Maha Pemelihara menempatkannya jauh di atas untuk menjadi lapisan pelindung terhadap sinar ultra lembayung matahari yang berbahaya bagi manusia.
Apa itu efek rumah kaca? Ini sudah beberapa kali pula dikemukakan dalam kolom ini. Di tempat yang berhawa dingin beberapa buah-buahan dan sayur-sayuran ditanam di dalam rumah kaca (green house), oleh karena buah-buahan dan sayur-sayuran itu membutuhkan suhu yang lebih tinggi dari suhu udara luar. Kaca adalah zat bening, mudah ditembus sinar dari matahari yang disebut photon. Adapun photon itu memukul molekul-molekul udara dalam rumah kaca sehingga suhunya naik, udara bertambah panas. Kaca adalah penghantar panas yang jelek. Maka terperangkaplah panas itu dalam rumah kaca. Photon mudah menerobos masuk, namun setelah tenaga radiasi itu sudah ditransfer menjadi tenaga panas dalam rumah kaca, gelombang panas sukar menerobos keluar. Inilah efek rumah kaca, artinya efek terperangkapnya panas dalam rumah kaca.
Gas pencemar yang diperinci di atas itu membentuk lapisan tebal yang menutup permukaan bumi. Ruang antara permukaan bumi dengan lapisan gas itu tak ubahnya seperti ruang dalam rumah kaca. Gas sama sifatnya dengan kaca dalam hal mudah ditembus sinar matahari tetapi sukar ditembus panas. Terbentuklah perangkap panas yang besar, yaitu ruang antara lapisan gas pencemar dengan pemukaan bumi. Maka terjadilah pemanasan global. GAS PENCEMAR PENYEBAB EFEK RUMAH KACA inilah yang menjadi latar belakang lahirnya kosa kata baru: GAS RUMAH KACA. Tidak boleh diselipkan kata DARI di antara gas dengan rumah kaca! Sebab gas dari rumah kaca berarti rumah kaca yang empunya gas. Di sinilah letak inti kesalahan hasil penjabaran penulis berita dari Antara/Spektrum itu.
Maka demikianlah akibatnya seseorang yang mengembangkan sebuah ungkapan hanya bermodalkan pengertian kata sepenggal-sepenggal, tanpa berupaya terlebih dahulu memahami apa makna sesungguhnya dari ungkapan yang dikembangkannya itu. Pemanasan global ini yang diakibatkan oleh gas-gas rumah kaca, hasil perbuatan tangan-tangan manusia, telah membawa akibat naiknya permukaan laut akibat es di kedua kutub bumi mencair. Secara dramatis dipertontonkan oleh sebuah film jenis science fiction yang berjudul Water World. Pemanasan global menghabiskan gunung dan daratan es di kedua kutub menjadi (c)air, sehingga hampir semua permukaan bumi disapu air laut. Daratan yang sedikit tersisa menjadi semacam legenda bagi manusia penghuni Water World.
Selain itu daur (siklus) iklim menjadi tidak karuan. Badai el Nino semakin mengganas dari waktu ke waktu. Biasanya el Nino diikuti badai kering Nora (semacam anging barubu di Sulawesi Selatan dan angin bahorok di daerah Batak). Terik matahari bersinergi dengan badai kering memanggang daratan, yang menimbulkan titik-titik rawan api. Lawan gender el Nino yaitu la Nina mengguyurkan hujan lebat penyebab banjir yang membobolkan tanggul-tanggul, melongsorkan tanah, merobohkan bangunan-bangunan dan pohon-pohonan. Badai menggelegakkan air laut, kapal-kapal diterjang ombak dan arus laut.
Zhahara lFasa-du fiy lBarri walBahri biMa- Kasabat Aydi nNa-si liYudziyqahum Ba'dha Lladziy 'Amiluw La'allahum Yaji'uwna (S. Ar Ruwm, 41). Muncullah kerusakan di darat dan di laut disebabkan tangan-tangan manusia, untuk itu (Allah) merasakan kepada mereka sebagian dari yang mereka perbuat, supaya mereka kembali (30:41). Kembali maksudnya melangkah surut dari jalan yang salah untuk menapak jalan yang benar. WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 26 Oktober 1997
19 Oktober 1997
[+/-] |
294. Taubat Nasional |
Tatkala selesai shalat Jum'at di Masjid Syura Ujung Pandang Baru, tanggal 17 Oktober 1997, Drs Jamaluddin Bahsen meminta kepada saya agar menulis di kolom ini tentang tawbat nasional. Karena katanya sekarang ummat bingung mengenai dua pendapat tokoh nasional yang diutarakan dan dipublikasikan secara terbuka. Tokoh nasional Ketua Umum PP Muhammadiyah H.M.Amien Rais menyerukan taubat nasional. Maka gayungpun bersambut. Tokoh nasional Menteri Agama H. Tarmizi Taher mengatakan bahwa dalam ajaran Islam tidak ada apa yang dikatakan taubat nasional, yang ada hanya taubat individual. Dalam era keterbukaan ini khalayak perlu dibiasakan mendengarkan pendapat yang berbeda dari tokoh-tokoh nasional secara terbuka.
Sebenarnya pada waktu tanah Arab dilanda kekeringan Nabi Muhammad RasuluLlah SAW menyerukan ummat Islam supaya bertaubat kepada Allah SWT. Tentu saja taubat yang diserukan RasuluLlah SAW dilaksanakan oleh setiap individu secara bersama-sama, dan secara maknawi ini adalah taubat nasional dalam kontex peristilahan kita dewasa ini. Bahkan di dalam Al Quran kita dapati pula taubat nasional yang diserukan oleh Nabi Musa AS di kaki gunung Sina(i). Pada waktu RasuluLlah SAW Isra, beliau sempat singgah di gunung ini.
Firman Allah SWT:
Kadzalika Naqushshu 'Alayka min Anba-i Ma- Qad Sabaqa wa Qad Ataynaka min Ladunna- Dzikran (S. Thaha, 99). Demikanlah Kami kisahkan kepada engkau (hai Muhammad) pekabaran apa yang telah terdahulu, sesungguhnya Kami berikan peringatan (Al Quran) kepadamu dari sisi Kami (20:99).
Salah satu di antara sekian pekabaran yang diwahyukan Allah SWT dalam Al Quran yaitu kisah Bani Israil yang diselamatkan Allah SWT menyeberang laut Merah yang dipimpin oleh Nabi Musa AS dari kejaran Fir'aun Mern Ptah dan bala tenteranya, yang ditenggelamkan Allah SWT di laut Merah itu. Setelah menyeberangi terowongan air belahan laut Merah Bani Israil tiba di semenanjung Sina(i). Di semenanjung itu terdapat gunung yang namanya sama dengan nama semenanjung itu Thur-Sina, gunung Sina.
Pada kaki gunung Sina Nabi Musa AS meninggalkan kaumnya beberapa hari, ia mendaki puncak gunung Sina ke tempat ia mula pertama menerima wahyu dari Allah SWT. Nabi Musa AS mempercayakan kepada Nabi Harun AS untuk memimpin Bani Israil sepeninggalnya. Ternyata Nabi Harun AS tidak dapat mengendalikan kaumnya yang masih terpengaruh akan kebudayaan Mesir Kuno yang mengkultuskan sapi. Di bawah pengaruh Samiri Bani Israil mengumpulkan semua perhiasan emas mereka untuk ditempa oleh Samiri menjadi sapi emas. Nabi Harun AS memperingatkan kepada kaumnya:
Ya- Qawmi Innama- Futintum Bihi (S. Thaha, 90). Hai Kaumku, sesungguhnya kamu sekalian difitnah dengannya (20:90). Futintum Bihi (difitnah dengannya) dalam ayat ini maksudnya Samiri memfitnah (menimpakan musibah) atas Bani Israil yaitu menyembah sapi emas tempaan Samiri tersebut.
Apa jawaban Bani Israil kepada Nabi Harun AS?
Qa-luw lan Nabraha 'Alayhi 'Akifiyna Hattay Yarji'a Ilayna- Muwsay (S. Thaha, 91). Mereka (Bani Israil) berkata kami sekali-kali tidak akan berhenti menyembahnya (sapi emas) sampai Musa kembali kepada kami (20:91).
Allah SWT mengingatkan kepada kita yang membaca Al Quran tentang kisah Bani Israil di kaki Gunung Sinai itu.
Wa Idz Qa-la Musay liQawmihi Yaqawmi Innakum Zhalamtum Anfusakum Bittikha-dzikumu l'Ijla Fatuwbuw ilay Bariikum (S. Al Baqarah, 54). Dan ingatlah tatkala Musa berkata: Hai kaumku sesungguhnya kamu telah menzalimi diri kamu sekalian karena kamu mengambil anak sapi (menjadi sesembahan), sebab itu taubatlah kamu sekalian kepada Yang Menjadikan kamu (2:54).
Dalam terjemahan ayat-ayat di atas ada yang diberi bergaris bawah, yaitu pertama, peringatan Nabi Harus AS kepada kaumnya (baca: secara nasional): kamu sekalian difitnah dengannya (Futintum Bihi); kedua, jawaban kaum Bani Israil (baca: secara nasional): kami sekali-kali tidak akan berhenti menyembahnya (lan Nabraha 'Alayhi 'Akifiyna); dan ketiga, seruan Nabi Musa AS kepada kaumnya (baca: secara nasional): taubatlah kamu sekalian kepada Yang Menjadikan kamu (Fatuwbuw ilay Bariikum).
Walhasil dalam fragmen kisah Bani Israil di kaki Gunung Sinai dapat kita lihat peringatan Nabi Harun AS kepada kaumnya secara nasional, dosa menyembah sapi emas yang dilakukan oleh kaum Bani Israil secara nasional, dan seruan Nabi Musa AS kepada kaumnya untuk taubat secara nasional. Aktualisasi menyembah sapi emas Samiri dalam kontex kehidupan berbangsa dan bernegara ialah korupsi dan kolusi yang mengandung nilai nominal emas. Bahkan cicin emas tanda-mata para mantan anggota DPR-pun masuk dalam sub-sistem lembu Samiri.
Terakhir izinkanlah saya untuk meniru gaya bahasa Dari Rumah Ke Kantor-nya PEDOMAN RAKYAT pada halaman pertama sudut kiri sebelah bawah: Siapa bilang tidak ada taubat nasional dan siapa bilang di Indonesia tidak ada lembu Samiri?
WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 19 Oktober 1997
12 Oktober 1997
[+/-] |
293. Penguasa Mesir Kuno yang Bukan Fir'aun |
Seri 288 yang berjudul "Mimpi", yang ditutup dengan mengemukakan mimpi Raja Mesir, mengundang tanggapan. Bahwa dalam sejarah yang dipelajari di sekolah-sekolah dan dalam Perjanjian Lama penguasa Mesir Kuno disebut Fir'aun. Sebenarnya ulasan ini telah dipersiapkan untuk Seri 291, akan tetapi ditunda dua pekan, karena ada yang lebih aktual yaitu musibah Makassar dan musibah gempa bumi.
Karena dalam Al Quran (ayat qawliyah) disebutkan bahwa penguasa Mesir yang bermimpi kemudian mengangkat Nabi Yusuf AS menjadi Menteri Urusan Logistik, Khaza-inu lArdh (S. Yusuf, 55), adalah Malik (Raja), maka ummat Islam wajib mengimani bahwa pada zamannya Nabi Yusuf AS penguasa Mesir tidak bergelar Fir'aun. Tiga generasi sebelumnya tatkala Nabi Ibrahim AS datang ke Mesir, Nabi Ibrahim AS dinikahkan dengan Sitti Hajar, puteri Raja Mesir.
Marilah kita kaji penemuan arkheologis Mesir Kuno (ayat kawniyah). Sekitar tepi danau Manzala terdapat reruntuhan kota Tanis. Kota ini pernah menjadi kota pelabuhan yang makmur. Tidak jauh dari daerah ini terletak situs Avaris, markas angkatan perang yang dibangun oleh Hyksos, Raja Gembala atau Raja Tanah Atas (Hyk = gembala, tahan atas, turatea, dan Sos = raja). Dinasti Raja-Raja Hyksos, sebagai dinasti XV dan XVI mendapatkan legitimasi dalam Dokumen Hieroglyph yang tertera dalam Daftar Penguasa Mesir di Turin. Disebutkannya pernah penguasa Mesir Kuno tidak bergelar Fir'aun (Per-Ah, Phar-Aoh) melainkan Raja dalam Dokumen Hieroglyph di situs Turin itu menunjukkan mu'jizat Al Quran, oleh karena hieroglyph baru dapat dibaca dalam tahun 1824 atas jasa Jean Francois Champollion (1780 - 1832).
Asal-usul Hyksos dari qabilah 'Ad, kaum terkuat bangsa Semit, penghuni asli Arabia, menguasai padang pasir luas Arabia Tenggara dari pantai teluk Parsi sampai perbatasan Iraq. Al Quran menyebutkan daerah yang dikuasai kaum 'Ad itu dengan Al Ahqaf (46:21), yang juga menjadi nama surah. Karena merasa dirinya kuat, kaum 'Ad menyombongkan diri dengan mengatakan: "Siapakah yang lebih unggul dari kami dalam kekuatan?" Itulah yang dikatakan mereka tatkala Allah SWT mengutus Nabi Hud AS kepada mereka. Mereka dihancurkan Allah dengan angin kencang dan dingin selama 7 malam 8 hari terus-menerus lalu mereka mati terguling seakan-akan tunggu-tunggul pohon kurma yang keropos (69:6-7). Kaum 'Ad yang dibinasakan Allah ini adalah kaum 'Ad yang terdahulu. WANH AHLK 'AADN ALAWLW (S. ALNJM, 50), dibaca: Wa annahu- ahlaka 'a-danil u-la- (s. annajm), artinya: Sesungguhnya Dia telah membinasakan (kaum) 'Ad yang awwal (53:50).
Nabi Hud AS beserta semua pengikutnya pindah ke Hijaz sebelum angin itu datang. Mereka ini disebut kaum 'Ad yang akhir menurunkan seorang yang terkenal yaitu Luqman alHakim. Kaum 'Ad yang akhir ini dikenal dalam sejarah sebagai bangsa Finiqy (Phunicia), atau kaum Al 'Ibriyah Al Qadimah (Proto 'Ibriyah). Kata 'Ibriyah berasal dari 'Ain, Ba, Ra, 'Abara artinya penyeberang. Dalam dokumen hieroglyph orang Mesir menamakan bangsa 'Ibriyah ini dengan nama Khabiru. Mereka menyeberang (beremigrasi) dan mendirikan kerajaan-kerajan di Babilonia, di Kan'an, kemudian ke Mesir mendirikan Dinasti Hyksos setelah menundukkan Dinasi Fir'aun. Bangsa Al'Ibriyah Al Qadimah ini disusul kemudian dengan emigrasi gelombang kedua yaitu kaum Al 'Ibriyah Al Jadidah (Deutro 'Ibriyah), di bawah piminan Nabi Ibrahim AS.(*)
Pada tahun 1894 di situs Tell el Amarna didapatkan mula-mula oleh Arab (perempuan) tua beberapa keping alwah (tablet) tanah liat bertuliskan tulisan paku. Di situs itu dilanjutkan dengan penggalian arkheologis sehingga didapatkan sekitar 300 keping bersurat tulisan paku yang dikenal dengan Dokumen Amarna, yaitu sejumlah arsip surat-menyurat diplomatik antara Fir'aun dengan kerajaan-kerajaan Asyiria, Babylonia, Anatolia, Palestinia dan Syria. Menurut Dokumen Amarna, bangsa Khabiru banyak terlibat dalam politik lokal.
Demikianlah bangsa 'Ad yang kemudian, atau bangsa Al'Ibriyah alQadimah, atau bangsa Khabiru datang di Mesir sebagai emigran yang akhirnya menempati posisi seperti orang-orang Yunani memegang peranan dalam percaturan politik di Kerajaan Romawi, atau seperti Daeng Mangalle (adik Sultan Hasanudin) di Kerajaan Siam yang menjabat sebagai Docda Pacdi (semacam jabatan Khaza-inu lArdhi dari Nabi Yusuf AS di Mesir). Tatkala dalam pemerintahan Dinasti Fir'aun terjadi dekadensi yang melahirkan anarkhi para emigran Khabiru ini, yang menempati posisi dalam percaturan politik mengambil alih mekanisme pemerintahan Fir'aun dengan bantuan kekuatan dari pasukan kaum Al'Ibriyah Al Qadimah dari Kan'an mendirikan Dinasti Hyksos. Maka tumbang dan berakhirlah Dinasti Fir'aun XIV.
Dinasti Hyksos membangun kota-kota di daerah perbatasan sebelah Timur delta s. Nil dengan Avaris sebagai ibu kota. Daerah taklukan Hyksos meliputi seluruh Kerajaan Utara hingga Memphis. Raja-raja Hyksos yang membentuk Dinasti XV dan XVI seperti yang dikemukakan di atas, menuliskan namanya dalam Dokumen Hieroglyph tidak memakai nama-nama Mesir, melainkan nama asli mereka seperti Anath-Her, Khyan, Jacob-El, Apophis.
Dalam abad ke-17 sebelum Miladiyah terbinalah situasi politik seperti berikut: Di lembah s.Nil, yaitu yang dahulu merupakan Kerajaan Mesir Utara atau Mesir Bawah (Northern or Lower Egypt) diperintah oleh kekuasaan garis keturunan Dinasti Raja-raja Hyksos yang merebut warisan kemegahan dan tanggung jawab para Fir'aun Mesir. Mereka mengontrol daerah yang meliputi Kerajaan Mesir Utara, delta kuala s.Nil, semenanjung Sinai, Palestina; ke selatan yaitu Kerajaan Mesir Selatan, mulai dari Elephantine hingga ke Cusae sebelah utara Asyut, yang dahulunya berpusat di Thebes. Penguasa Thebes turun derajatnya dari Fir'aun menjadi vazal bergelar Pangeran (Karaeng Palili') yang membayar upeti kepada penguasa Hyksos.
Dari Elephantine ke selatan hingga Nubia dan Sudan bagian utara tetap merdeka sebagai kerajaan-kerajaan kecil diperintah oleh para Pangeran Kush. Berbeda dengan para Pangeran Thebes yang membayar upeti, para Pangeran Kush ini merupakan sekutu Raja-raja Hyksos, yang menurut sebagian pakar sejarah, persekutuan Hyksos dengan para Pangeran Kush berbentuk konfederasi.
Dinasti XIV dan sebelumnya, serta Dinasti XVIII dan sesudahnya adalah dinasti para Fir'aun. Dinasti XIV dengan Dinasti XVIII diselingi oleh Dinasti XV dan XVI dari Raja-raja Hyksos dan Dinasti XVII dari para Pangeran Thebes.
Dinasti XIII - XIV dari para Fir'aun (1785 - 1580) sebelum Miladiyah, dengan perincian sebagai berikut:
Dinasti XIII dan XIV dari para Fir'aun (1785 - 1730) seb. Miladiyah.(1)
Dinasti XV dan XVI dari Raja-raja Hyksos (1730 - 1580) seb.M.(2)
Dinasti VII dari para Pangeran Thebes (1680 - 1580) seb. M. yang membayar upeti kepada Raja-raja Hyksos.
Seken-En-Ra yaitu pangeran kedua yang terkahir dari Dinasti XVII enggan membayar upeti lagi, lalu melakukan perlawanan. Namun ia tidak berhasil dalam perjuangannya melawan Apophis, Raja Hyksos. Mumi dari Seken-En-Ra yang mempunyai luka pada beberapa tempat di kepalanya menunjukkan hal itu. Rupanya ia tewas dalam pertempuran. Putera sulung Seken-En-Ra, kaitu Ka-Mose, pangeran terakhir dari Dinasti XVII meneruskan peperangan melawan Apophis. Baik Ka-Mose maupun Apophis semasa hidupnya tidak dapat menyaksikan hasil peperangan itu. Adik Ka-Mose, yaitu Ah-Mose meneruskan perjuangan kakaknya. Ia berhasil merebut Avaris ibu kota penguasa Hyksos, setelah pengepungan yang lama. Ah-Mose ini membangun Dinasti XVIII dan menjadi Fir'aun yang pertama dari dinasti tersebut. Maka berakhirlah kedaulatan Dinasti Hyksos atas Mesir dalam tahun 1580 sebelum Miladiyah.
Dinasti XVIII dari para Fir'aun (1580 - 1340) sebelum Miladiyah (3)
Dinasti XIX dari para Fir'aun (1340? - 1224) sebelum Miladiyah (4)
Nabi Musa AS berhadapan dengan kedua Fir'aun yang terakhir dari Dinasti XIX, yaitu Ra-Mose II (1298 - 1232) sebelum Miladiyah dan Mern-Ptah (1232 - 1224). Fir'aun Mern-Ptah inilah yang ditenggelamkan Allah SWT di Laut Merah. Sepeninggal Mern-Ptah terjadi khaos selama 24 tahun (1224 - 1200) sebelum Miladiyah. Seti Nekth berhasil menertibkan keadaan dan Fir'aun ini adalah pendiri Dinasti XX (1200 - 1085) sebelum Miladiyah,(5) dan inilah dinasti terakhir dari The New Kingdom Of The Nile. WaLlahu A'lamu bi shShawa-b.
*** Makassar, 12 Oktober 1997
-------------------
(1)
13th and 14th Dynasty (1785 – 1730) B.C.
Wegaf
Amenemhat-senebef
Sekhemre-khutawi
Amenemhat V
Sehetepibre I
Iufni
Amenemhat VI
Semenkare
Sehetepibre II
Sewadjkare
Nedjemibre
Sobekhotep I
Reniseneb
Hor I
Amenemhat VII
Sobekhotep II
Khendjer
Imira-mesha
Antef IV
Seth
Sobekhotep III
Neferhotep I
Sihathor
Sobekhotep IV
Sobekhotep V
Iaib
Ay
Ini I
Sewadjtu
Ined
Hori
Sobekhotep VI
Dedumes I
Ibi II
Hor II
Senebmiu
Sekhanre I
Merkheperre
Merikare
14th Dynasty
Nehesi
Khatire
Nebfaure
Sehabre
Meridjefare
Sewadjkare
Heribre
Sankhibre
Kanefertemre
Neferibre
Ankhkare, ...
(2)
The Hyksos (The Shepherd Kings) (1730 – 1580) B.C.
invaded Egypt.and conquered the Pharao Dynasty
15th Dynasty
Salitis
Bnon
Apachnan (Khian)
Khamudi
16th Dynasty
Anat-Her
User-anat
Semqen
Zaket
Wasa
Qar
Pepi III
Bebankh
Nebmaatre
Nikare II
Aahotepre
Aaneterire
Nubankhre
Nubuserre
Khauserre
Khamure
Jacob-Baal or Jacob-El
Yakbam
Yoam
Apophis (Auserre Apepi)
Amu, defeated by Ahmose in 1580
(3)
18th Dynasty (1580 – 1340) B.C.
Ahmose I 1580-1558 B.C
Amenhotep I 1557-1530 B.C.
Thutmose I 1530-1515 B.C.
Thutmose II 1515-1505 B.C.
Thutmose III 1505-1450 B.C.
Amenhotep II 1450-1415 B.C.
Thutmose IV 1415-1405 B.C
Amenhotep III 1405-1370 B.C.
Amenhotep IV (Akhenaton) 1370-1352 B.C.
Tutankhamun 1352-1340 B.C.
(4)
19th Dynasty (1340 – 1200) B.C.
Haremheb 1340-1320 B.C.
Ramose I 1320-1318 B.C.
Seti I 1318-1298 B.C.
Ramose II 1298-1232 B.C.
Merneptah 1232-1224 B.C.
(5)
20th Dynasty (1200 - 1085)
Seti Nekth (Userkheperuresetepenre) 1200 - 1194
Siptah (Akhenresetepenre) 1194 - 1188
Tausert (Sitremeritamun) 1185-1187
Setakht (Userkhauremeryamun) 1186 - 1184
Ramesses III (Usermaatremeryamun) 1184 - 1153
Ramesses IV (Hekamaatresetepenamun) 1153 - 1147
Ramesses V (Usermaatresekheperenre) 1147 - 1143
Ramesses VI (Nebmaatremeryamun) 1143 - 1136
Ramesses VII (Usermaatresetepenre) 1136 - 1129
Ramesses VIII (Usermaatreakhenamun) 1129 - 1126
Ramesses IX (Neferkaresetepenre) 1126 - 1108
Ramesses X (Khepermaatresetepenre) 1108 - 1099
Ramesses XI (Menmaatresetepenptah) 1099 - 1085
5 Oktober 1997
[+/-] |
292. Gempa Biasa, Gempa Khusus dan Gempa Global |
Tanggal 28 September 1997, walaupun hari Ahad, namun roda kegiatan akademik di Fakultas Teknologi Industri UMI berputar terus. Hari itu di lantai tiga sidang ujian sarjana sekonyong-konyong diskors oleh Ketua Panitia Penguji yang selama ini belum pernah sidang ujian meja diskors tatkala sedang asyik-asyiknya berlangsung tanya jawab. Gedung terasa bergoyang, para dosen penguji, mahasiswa yang diuji, saling memandang dan hampir serempak mengucapkan kata yang sama: gempa.
Gempa, yang terasa di Kota Makassar ini, utamanya melanda Pare-Pare dan Pinrang pada hari Ahad itu, jam 09.38 Wita, sempat membelah tanah di Jalan Ahmad Yani, Pinrang. Dari tanah yang merekah itu tersembur keluar air berlumpur. Rusli, penduduk Pinrang, mengungkapkan bahwa tanah di depan rumahnya telah merekah menganga selebar sekitar 3 meter, sedalam 8 meter. Menurut Rusli rekahan itu menyatu kembali sekitar jam 11.00 Wita. Rupanya rentetan gempa susulan yang menyebabkan tanah itu merapat kembali, ibarat kata pepatah: Biduk (baca: gempa) lalu, kiambang (baca: tanah) bertaut. Gempa yang terjadi pada tanggal 28 September 1997 itu termasuk gempa biasa.
Dari semua jenis bencana alam gempalah yang paling mengerikan. Tanda-tanda pendahuluan gempa kadang-kadang berupa bunyi yang mendahului goncangan dan walaupun biasanya terjadi getaran pendahuluan, namun waktunya sangat singkat. Terhadap gempa hampir tidak ada kesempatan untuk meluputkan diri, sehingga menimbulkan teror yang membuat panik. Orang yang kurang kuat imannya akan merasa sangat berputus asa. Terhadap banjir, letusan gunung berapi, dan topan orang dapat berkemas cepat-cepat menyingkir, karena tanda-tanda pendahuluan bencana alam tersebut dapat memberi peringatan secara lebih dini ketimbang tanda-tanda pendahuluan gempa.
Indera pendeteksi pendahuluan gempa yang diberikan Allah SWT pada binatang jauh lebih peka dari seismograf. Indera pendeteksi binatang mampu menangkap bunyi dan gerakan tanah jauh sebelum goncangan gempa yang sebenarnya. Binatang-binatang ada yang berkelakuan aneh dan ada yang gelisah. Kuda menolak makanan yang disodorkan pemiliknya, menendang-nendang kandangnya berusaha untuk lepas, anjing-anjing melolong, burung-burung gelisah berkepak-kepak sambil berkicau tak karuan. Inilah yang sempat dicatat orang dari 130 kota kecil, jauh sebelum seismograf mampu mencatat isyarat gempa yang akan melanda Riviera dalam tahun 1887.
Tatkala gempa sangat jarang terjadi manusia ditelan hidup-hidup oleh tanah yang merekah lalu bertaut kembali (akibat langsung), melainkan pada umumnya korban tertimpa oleh runtuhan gedung (akibat tidak langsung). Gempa yang disebutkan dalam Perjanjian Lama dalam Kitab Bilangan sangatlah dahsyat, oleh karena gempa itu membinasakan secara langsung. Dathan, Korah dan Abiram beserta orang-orangnya ditelan bumi secara hidup-hidup.
Gempa yang tersebut dalam Kitab Bilangan itu termasuk gempa khusus. Kekhususannya itu ibarat pedang bermata dua. Pada sisi yang satu gempa khusus ini merupakan hukuman Allah SWT atas Dathan, Korah dan Abiram bersama orang-orangnya beserta para pendukungnya itu, karena mendurhaka kepada Allah SWT dengan menentang Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS (Bilangan 16:3). Sedangkan pada sisi lain gempa khusus itu menunjukkan bukti ke-Rasulan Nabi Musa AS di mata Bani Israil yang luput dari kebinasaan itu. Marilah kita ikuti secara lengkap penuturan ayat-ayat tentang gempa khusus yang menunjukkan bukti ke-Rasulan Nabi Musa AS dalam Kitab Bilangan seperti berikut:
If these men die the common death of all men, or if they be visited after the visitation of all men, then the Lord hath not sent me. But if the Lord make a new thing, and the earth open her mouth and swallow them up, and all that appertain unto them, and they go down quick into the pit; then ye shall understand that these men have provoked the Lord (Numbers 16:29-30). Jikalau orang-orang ini mati seperti biasanya semua orang lain mati, atau jika didatangkan kesukaran atas mereka seperti terjadi atas semua orang, maka aku bukanlah utusan Tuhan. Akan tetapi jika Tuhan membuat sesuatu yang baru, dan bumi mengangakan mulutnya dan menelan mereka, dan semua yang serta dengan mereka, dan mereka meluncur turun dengan cepat ke dalam lahad, maka fahamlah kamu bahwa orang-orang ini telah mencela Tuhan.
And it came to pass when he had made an end of speaking all these words, that the ground clave asunder that was under them. And the earth open her mouth and swallowed them up, and their houses, and all men appertained unto Korah, and all their goods. They and all appertain to them, went down alive into the pit, and the earth closed upon them, and they perish from among the congregation (Numbers 16:31-33). Dan setelah itu tatkala dia (Musa) telah mengucapkan semua ucapan ini, maka merekahlah tanah di bawah mereka itu. Dan bumipun mengangakan mulutnya dan menelan mereka, dan pemukiman mereka, dan semua orang yang bersama Korah dan semua harta benda mereka. Mereka dan semua yang serta dengan mereka, meluncur turun hidup-hidup ke dalam lahad, dan bumi menutupi mereka, dan mereka lenyap dari antara majelis.
Gempa yang lebih dahsyat lagi adalah gempa global, yaitu goncangan yang hebat sebagai prolog hari kiamat, seperti Firman Allah SWT dalam Al Quran:
Idza- Zulzilati lArdhu Zilza-laha-. Wa Akhrajati lArdhu Atsqa-laha-. Wa Qa-la 'lInsanu Ma- Laha-. Yawmaidzin Tuhadditsu Akhba-raha-. Bianna Rabbaka Awhay Laha-. Yawmaidzin Yashduru nNa-su Asyta-tan Liyuraw A'ma-luhum. Faman Ya'mal Mitsqa-la Dzarratin Khayran Yarahu. Waman Ya'mal Mitsqa-la Dzarratin Syarran Yarahu. (S. AlZilzal,1-8). Jika bumi bergoncang segoncang-goncangnya. Dan bumi mengeluarkan isinya. Maka berkatalah manusia, ada apa dengan bumi ini? Pada saat itu bumi memberitakan pekabarannya. Bahwa sesungguhnya Maha Pengaturmu memerintahkannya. Pada saat itu manusia keluar cerai berai untuk melihat amalan mereka. Maka barang-siapa mengerjakan kebaikan sezarrah akan dilihatnya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sezarrah akan dilihatnya (99:1-8). Wa Llahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 5 Oktober 1997
28 September 1997
[+/-] |
291. Fitnah |
Fitnah setelah menjadi kosa kata bahasa Indonesia maknanya sudah menyimpang dari bahasa asalnya yaitu bahasa Al Quran. Menurut bahasa Indonesia memfitnah adalah menuduh seseorang mengatakan atau berbuat yang sesungguhnya orang yang dituduh itu tidak pernah mengatakan ataupun berbuat seperti yang dituduhkan kepadanya. Akan tetapi menurut bahasa Al Quran fitnah bermakna musibah dalam kualitas cobaan, atau teguran keras, ataupun kemurkaan dari Allah SWT. Ketiga ayat di bawah ini menjelaskan kepada kita apa yang dimaksud dengan fitnah itu.
WA'ALMWA ANMA AMWALKM WAWLADKM FTNT WAN ALLH 'ANDH AJR 'AZHYM (S. ALANFAL, 28), dibaca: wa'lamu- annama- amwa-lukum wa awla-dukum fitnah (s. al anfa-l), artinya: Ketahuilah bahwa harta-harta kamu dan anak-anak kamu itu fitnah (8:28).
Dalam ayat (8:28) ini fitnah berarti cobaan dari Allah SWT. Orang tua almarhumah Anni Mujahidah Rasunah (Una) yaitu suami isteri Drs. Jubaedi Saleh dan Dra. Nur Huda Noor mendapat cobaan dari Allah SWT. Dalam tayangan televisi Jubaedi Saleh tampak tegar menerima cobaan itu. Una, anak kesayangan mereka, umur 9 tahun yang telah menghafal 2 juz Al Quran dibantai oleh Benny yang kabarnya penderita Schizophrenia. Menghadapi orang gila semacam itu masyarakat kecil yang bertanggung jawab dalam hal penyakit gila ini kelihatannya terlalu sok (ero' nikana) manusiawi. Mestinya orang gila semacam itu karena tidak dapat dijamin kesembuhannya diisoler saja secara tradisional: dipasung pada batang dedap! Demikian pula sikap sok normatif formalistis tidak boleh menjadi hakim sendiri, sehingga Benny dibawa hidup-hidup ke rumah sakit, tidak membiarkan saja ia mampus diamuk massa, menyebabkan kemarahan massa yang ingin menegakkan siri' na pacce bertambah meluap-luap. Sebenarnya andaikata Benny dibiarkan saja mampus diamuk massa maka prinsip tidak boleh menjadi hakim sendiri sudah terpenuhi juga, karena massa tidak menjadi hakim sendiri melainkan menjadi hakim beramai-ramai. Akhirnya kota Makassar menjadi lautan api.
TKN FTNT FY ALARDH WFSAD KBYR (S. ALANFAL, 73), dibaca: Takun fitnatun fil ardhi wa fasa-dung Kabi-yr (s. al anfa-l), artinya: terjadilah fitnah di bumi dan kerusakan besar (8:73).
Dalam ayat (8:73) ini fitnah berarti peringatan keras dari Allah SWT. Allah telah memberikan peringatan keras dengan menghancurkan klub-klub malam di Jalan Sulawesi, Jalan Nusantara dan di tempat-tempat lain di Kota Makassar ini, melalui tangan-tangan mereka yang bersimpati menegakkan harga diri dan solidaritas (appaenteng siri' siagang pacce) dari suami-isteri yang mendapat cobaan dari Allah SWT itu.
Tempat-tempat hiburan (klub malam) yang dijadikan persyaratan sebuah kota metropolit ataupun megapolit adalah suatu mithos yang menyesatkan ummat. Mithos ini wajib dipupus dari benak para penanggung-jawab pembangunan kota metropolit seperti Kota Makassar ini dan kota-kota lain. Dengan dihancurkannya klub malam di Jalan Sulawesi, Jalan Nusantara dan di tempat-tempat lain maka para penanggung-jawab pembangunan kota perlu ihtisaban, introspeksi. Bahwa hancurnya tempat-tempat maksiyat klub malam yang sesungguhnya tempat pelacuran terselubung tersebut merupakan teguran keras dari Allah SWT, karena telah memberikan perizinan berdirinya tempat-tempat tersebut. Bahwa tanpa klub malam tersebut Kota Makassar tidak akan berkurang nilainya sebagai kota metropolit, dan bahwa tanpa uang setoran pajak dari tempat-tempat maksiyat itu Pemda tidak akan menjadi miskin karenanya, dan tanpa pajak pendapatan dari tempat-tempat maksiyat itu Pemda insya Allah akan dapat menyesuaikan diri dalam pendanaan pembangunan kota, dan bahwa dengan tidak masuknya lagi pajak dari tempat-tempat maksiyat itu kas Pemda akan menjadi bersih dan akan mendapat barakah dari Allah SWT.
ANA J'ALNHA FTNT LLZHALMYN (S. ALSHFT, 63), dibaca: Inna- ja'alna-ha- fitnatal lizhzha-limi-n (s. ashshafa-t), artinya: sesungguhnya Kami jadikan ia (pohon zaqqum) fitnah bagi orang-orang aniaya (37:63). Pohon zaqqum adalah pohon pahit yang tumbuh di dasar neraka.
Dalam ayat ini fitnah berarti kemurkaan atau kutukan dari Allah SWT. Orang-orang aniaya dalam kontex kerusuhan di Kota Makassar ini adalah mereka yang berkolusi baik dari pihak oknum pejabat maupun dari pihak pengusaha non-pribumi yang menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial yang selanjutnya menimbulkan kecemburuan sosial.
Sebenarnya secara teori kita bangsa Indonesia telah mempunyai nilai dasar dalam Pembukaan UUD-1945 alinea ke-4 dan nilai instrumen dalam GBHN yang dapat mencegah terjadinya kesenjangan sosial. Yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan pemerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan. Sayangnya nilai praxis tidak jalan karena terjadinya kolusi antara oknum pejabat dengan pengusaha non-pribumi. Maka nilai dasar dan nilai instrumen itu tidak dapat diterjemahkan ke dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, bahkan terjadi sebaliknya dari yang dikehendaki oleh nilai dasar dan nilai instrumen, yaitu terjadinya kesenjangan sosial yang menimbulkan kecemburuan sosial.
Syahdan, marilah kita kaji ayat yang berikut:
WATQWA FTNT LA TSHYBN ALDZYN ZHLMWA MNKM KHASHT W'ALMWA AN ALLH SYDYD AL'AQAB (S. ALANFAL, 25), dibaca: wattaqu- fitnatal la- tushi-bannal ladzi-na zhalamu- mingkum kha-shshah (s. al anfa-l), artinya: Hindarkanlah fitnah yang tidak hanya akan menimpa orang-orang aniaya secara khusus, dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaanNya (8:25).
Dalam ayat ini fitnah dalam kontex peristiwa 15, 16 dan 17 September 1997 di Makassar adalah musibah kemarahan massal yang timbul karena kecemburuan sosial dalam budaya siri' na pacce, akibat terjadinya kesenjangan sosial hasil kolusi oknum pejabat dengan pengusaha non-pribumi yang dipicu oleh pelatuk anak perempuan berumur 9 tahun yang baru pulang dari mengaji yaitu Anni Mujahidah Rasunah yang dibantai oleh Benny yang semestinya dipasung. Dalam aksi solidaritas yang non-proporsional itu bukan yang aniaya saja yaitu yang berkolusi yang ditimpa musibah melainkan orang-orang non-pribumi yang baik-baikpun (walaupun jumlahnya tidak banyak) kena getahnya. WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 28 September 1997
21 September 1997
[+/-] |
290. Oleh-oleh dari Upacara Wisuda Sarjana di Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin |
Anak saya yang ketiga, Muh.Asad Abdurrahman diwisuda Program S1 Teknik Sipil. Saya hanya menghadiri upacara wisuda di Fakultas Teknik, sedang acara wisuda di Unhas 9 Sepetember 1997 dihadiri oleh ibunya dan abangnya.
Wakil orang tua wisudawan memberikan sambutan yang intinya mengenai keseimbangan antara dunia dan akhirat yang dijabarkan dalam keseimbangan antara Iptek dengan Imtaq. Ada dua hal yang akan dibahas yaitu pertama ungkapan Iptek dan Imtaq dan kedua mengenai keseimbangan di antara keduanya.
Sebenarnya yang dimaksud dengan ungkapan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) adalah terjemahan dari science and tekhnology. Terjemahan itu tidak tepat, sebab ilmu pengetahuan dipersempit pengertiannya menjadi sains, sehingga di luar sains, katakanlah hukum dan ekonomi misalnya, bukanlah ilmu pengetahuan. Jadi semestinya kita pakai saja: sains dan teknologi atau ilmu pengetahuan alam dan teknologi (Ipatek).
Secara umum mempersandingkan iman dan taqwa menjadi berkelebihan, bahkan ada kesan bahwa iman dan taqwa itu merupakan dua substansi yang masing-masing berdiri sendiri, tak ubahnya dengan ungkapan wahyu dan akal, iman dan ilmu nama kolom ini. Kalau timbul kesan yang demikian itu maka hubungan pengertian di antara keduanya akan menjadi rancu, oleh karena iman adalah bagian dari taqwa.
Ya-ayyuha- Lladziyna Amanuw Ittaquw Llaha (S. Al Hasyr, 18). Hai orang-orang beriman bertaqwalah kepada Allah (59:18). Ayat ini menjelaskan bahwa tidak semua orang beriman sudah dengan sendirinya bertaqwa. Ada orang yang beriman tetapi belum bertaqwa. Ayat diatas itu ditujukan kepada mereka yang beriman tetapi belum bertaqwa.
Siapakah orang-orang yang bertaqwa itu?
Alladziyna Yu'minuna bilGhaybi waYuqiymuwna shShalawta wamimMa- Razaqnahum Yunfiquwa (S. Al Baqarah, 3). Yaitu yang beriman kepada Yang Ghaib, dan mendirikan shalat), dan dari sebagian yang Kami rezekikan kepada mereka diinfaqkannya (2:3). Infaq yang wajib disebut zakat dan infaq sukarela disebut sadaqah. Menurut ayat (2:3) orang-orang bertaqwa itu ialah menurut rumus: taqwa = iman + shalat + infaq. Iman itu perlu tetapi belum cukup untuk menjadi taqwa. Shalat itu perlu tetapi belum cukup untuk menjadi taqwa. Infaq itu perlu tetapi belum cukup untuk menjadi taqwa. Orang beriman tetapi tidak shalat dan/atau tidak mengeluarkan infaq belumlah bertaqwa. Barulah perlu dan cukup untuk menjadi bertaqwa apabila ketiganya digabungkan, beriman, mendirikan shalat dan mengeluarkan infaq.
Karena iman adalah bagian dari taqwa maka seperti disebutkan di atas ungkapan secara umum yang mempersandingkan iman dan taqwa menjadi rancu. Iman dan taqwa dapat dipersandingkan hanya khusus dalam kontex mendapatkan pahala dan barakah dari Allah SWT.
WaLaw Annahum Amanuw waTtaqaw Lamatsuwbatun min 'indi Llahi Khayrun Law Ka-na Ya'lamuwna (S. Al Baqarah, 103). Kalau mereka beriman dan bertaqwa, sesungguhnya pahala dari sisi Allah lebih baik, jika mereka mengetahui (2:103). Walaw Anna Ahla lQuray Amanuw waTtaquw Lafatahna- 'Alayhim Barakatin mina sSama-i walArdhi (S. Al A'ra-f, 96). Kalau penduduk negeri itu beriman dan bertaqwa, niscaya Kami tumpahkan kepada mereka barakah dari langit dan bumi (7:96).
Kedua ayat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang beriman yang belum bertaqwa dan orang-orang yang bertaqwa masing-masing mendapatkan pahala dan barakah dari Allah SWT.
Akan tetapi dalam kontex sains dan teknologi, sudah cukup jika dikatakan bahwa sumberdaya manusia yang faham akan sains dan teknologi itu harus bertaqwa, tidak perlu ada kata iman, oleh karena orang yang bertaqwa itu persyaratannya harus beriman terlebih dahulu. Kalaupun kita ingin memakai kata beriman, maka kita katakan bahwa sumberdaya manusia yang faham akan sains dan teknolgi harus beriman dan beramal shalih. Inna lInsana lafiy Khusrin. Illa- Lladziyna Amanuw wa'Amiluw shShalihati (S. Al 'shr, 2-3). Sesungguhnya (sumberdaya) manusia dalam kerugian. Kecuali yang beriman dan beramal shalih (103:2-3). Tsumma Radadnahu Asfala Sa-filiyna. Illa- Lladziyna Amanuw wa'Amiluw shShalihati (S. At Tiyn, 5-6). Kemudian Kami campakkan (sumberdaya) manusia itu rendah serendah-rendahnya. Kecuali yang beriman dan beramal shalih (95:5-6).
Keseimbangan antara dunia dengan akhirat tidaklah dalam kontex sains dan teknologi dengan taqwa. Di sini bukanlahh konsep keseimbangan melainkan integrasi atau sekurang-kurangnya hubungan antara bangunan dengan fundasi. Sumberdaya manusia yang faham akan sains dan teknologi, melarutkan ilmu dan amalnya ke dalam ketaqwaannya, artinya ilmu dan amalnya itu menjadi bagian dari ketaqwaannya. Atau sekurang-kurangnya ilmu dan amal sumberdaya manusia yang faham akan sains dan teknologi menjadikan taqwa sebagai landasan dari ilmu dan amalnya. Jadi sekali-kali bukanlah konsep keseimbangan! WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 21 September 1997
14 September 1997
[+/-] |
289. Geo Stationary Orbit |
Geo artinya bumi, stationary artinya diam dalam pengertian tidak bergerak, bukan diam dalam arti tidak bicara dan orbit berarti lintasan. Stationary artinya diam, sedangkan lintasan berhubungan dengan gerak! Bagaimana mungkin?
Satelit-satelit komunikasi di atas Khattul Istiwa menempati masing-masing kapling (dari kavelen artinya menyekat). Itulah dia yang disebut dengan (G)eo (S)tationary (O)rbit, disingkat GSO. Satelit-satelit itu seakan-akan tergantung di angkasa, tidak bergerak-gerak menempati kaplingnya masing-masing. Dengan demikian GSO berurusan dengan kesepakatan internasional. Misalnya satelit Palapa mempunyai hak menempati sekat di atas angkasa Indonesia, sesuai dengan kesepakatan internasional tersebut. Satelit Palapa dan satelit-satelit lainnya yang tergantung di angkasa dalam GSO-nya masing-masing mengusik rasa ingin tahu beberapa orang dalam Majelis Ta'lim yang melontarkan pertanyaan kepada saya:
"Ustadz, apakah di atas sana satelit-satelit komunikasi itu punya baling-baling seperti helikopter?"
"Tidak punya, dan tidak ada gunanya punya baling-baling, karena di GSO di atas itu tidak ada udara. Dipilih diketinggian yang tidak ada udara untuk menghindarkan kerusakan satelit oleh pergesekan dengan udara," demikian saya jawab. Namun saya dikejar lagi pertanyaan yang bersifat bantahan serta menyangkut aqidah, seperti pertanyaan susulan berikut:
"Ustadz, kalau helikopter tergantung ataupun melayang di udara itu karena mempunyai baling-baling yang mengipas-kipas, seperti halnya dengan kupu-kupu yang mengepak-kepakkan sayapnya selama menyedot cairan manis bunga-bungaan. Gerak baling-baling dan kepak sayap itu menahan tarikan gravitasi. Tetapi yang tak habis pikir bagaimana mungkin satelit Palapa dan satelit-satelit lainnya di GSO-nya masing-masing tanpa mekanisme baling-baling dapat bertahan terhadap tarikan gravitasi ke bawah. Apa yang menahannya? Ataukah apa di atas sana itu bebas gravitasi? Bukankah ketinggian satelit-satelit itu di atas permukaan bumi masih sangat dekat? Bgaimana dengan Firman Allah: QL HW ALLH AhAD S. ALIKHLASH, 1)?, dibaca: qul huwaLla-hu ahad (s. al ikhla-sh), artinya: Katakan Allah ahad (112:1). Ahad, Esa dalam zat, sifat dan af'al (perbuatan)-Nya. Perbuatan Allah itu Maha Esa, jadi kalau dekat permukaan bumi harus ada mekanisme untuk melawan gravitasi seperti pada helikopter atau kupu-kupu, maka di GSO yang belum jauh di atas itu harus ada pula mekanisme pada satelit-satelit untuk dapat bertahan pada kaplingnya masing-masing."
Rentetan pertanyaan yang bertubi-tubi itulah yang menyebabkan ditulisnya Seri 289 ini. Sebenarnya pertanyaa yang sejenis namun tidak serupa telah pernah pula dilontaskan peda saya, yaitu mengapa astronot dalam kapsul ataupun pesawat ulang alik melayang-layang, mengapa terhadap mereka itu tidak bekerja gravitasi padahal belum cukup jauh dari bumi! Hal tersebut telah saya bahas dalam dua seri berturut-turut: Seri 080 dengan judul: "Keadaan Tanpa Bobot dalam Pesawat Ulang-alik yang Sedang Mengorbit Bumi, Hubungannya dengan Ilmu Tawhid, tanggal 23 Mei 1993 dan Seri 81 dengan judul: "Keadaan Tanpa Bobot dalam Pesawat Ulang-alik yang Sedang Mengorbit Bumi, Penjelasan Secara Ilmiyah Populer, tanggal 30 Mei 1993.
Marilah kita jawab rentetan pertanyaan bertubi-tubi yang bersifat bantahan serta menyangkut aqidah tersebut. Allah sebagai Ar Rabb, Maha Pengatur (RB AL'ALMYN, rabbul 'a-lami-n) mengatur gerak di alam ini melalui TaqdiruLlah (ketetapan tentang aturan Allah, istilah sekulernya: hukum alam) yang kita kenal sebagai medan gravitasi, medan elektro-magnet, gaya kuat (gaya nuklir) dan gaya lemah (penyebab radio-aktif suatu zat). Jenis yang pertama dominan mengendalikan benda-benda langit di makro-kosmos dan ketiga jenis yang berikutnya mengendalikan zarrah-zarrah di mikro-kosmos. Maka sebagai konsekwensi Allah Maha Esa dalam perbuatanNya, wajiblah kita imani, bahwa gravitasi bekerja pula terhadap satelit-satelit dalam GSO-nya masing-masing itu.
Bayangkanlah sebuah menara yang puncaknya tinggi sekali. Naiklah ke puncaknya dan jatuhkanlah batu. Maka batu itu dengan bebas jatuh lurus ke bawah dan tiba dekat kaki menara. Ini sudah diamati oleh nenek moyang kita, bukan hanya Galileo Galilei saja. Buktinya? Ada pepatah yang mengatakan: Buah itu jatuhnya tidak jauh dari pokok pohon. Akan berbeda jika dari ketinggian itu batu itu dilempar mendatar sejajar dengan muka bumi. Batu itu akan menempuh lintasan yang dikenal dalam ilmu mekanika dengan lintasan peluru. Makin besar kecepatan permulaan batu itu waktu dilemparkan, makin jauh pula letak jatuhnya batu itu dari kaki menara. Kalau ketinggian itu dipertinggi cukup tingginya, dan sementara itu kecepatan permulaan dari batu itu ditambah terus besarnya, akan tiba saatnya batu itu akan jatuh meliwati lengkungan bumi. Maka dalam keadaan demikian itu batu tersebut akan jatuh bebas terus-menerus, tidak ada henti-hentinya. Itulah yang disebut mengedari atau mengorbit bumi. Karena proses jatuh bebas itu disebabkan oleh gravitasi, maka jatuh bebas terus-menerus atau mengorbit itu juga karena gravitasi.
Satelit-satelit komunikasi itu dibawa ke atas oleh roket ke ketinggian yang tidak ada udara (sangat tipis sehingga diabaikan) kemudian di-"lempar"-kan sejajar dengan permukaan bumi (disebut kecepatan tangensial). Maka mengorbitlah satelit-satelit itu. Jadi satelit-satelit itu mengorbit bumi dalam GSO-nya masing-masing karena tiga hal: Pertama, satelit-satelit itu dilempar dengan kecepatan yang cukup besar dalam rah tangensial. Kedua, satelit-satelit itu tidak terlempar terus untum meninggalkan bumi karena ditarik/ditahan oleh gravitasi bumi. Ketiga, kecepatan satelit-satelit itu tidak berkurang, karena tidak lagi bergesek dengan udara. Alhasil terhadap satelit-satelit itu gravitasi tetap bekerja.
Mengapa satelit-satelit itu stasioner tetap menempati (kaplingnya masing-masing) ibarat helikopter yang melayang-layang di udara atau kupu-kupu yang diam di udara selama menyedot cairan manis bunga-bungaan ? Sesungguhnya helikopter, kupu-kupu yang berhenti di uadara itu sedang ikut mengorbit bumi. Kecepatan berputarnya (mengorbitnya) yang dalam ilmu mekanika disebut kecepatan sudut, sama besar dengan kecepatan sudut perpusingan bumi pada sumbunya. Kitapun ini yang berpijak di atas permukaan bumi sebenarnya ikut pula mengorbit, karena kita melekat pada bumi. Helikopter dan kupu-kupu yang sedang tidak bergerak di udara, permukaan bumi, serta semua yang melekat pada permukaan bumi (termasuk kita) mengorbit dengan kecepatan sudut sekitar 24 jam sekali mengorbit (sehari semalam). Satelit-satelit komunikasi itu diberi kecepatan mengorbit juga dalam 24 jam sehari semalam, sehingga satelit-satelit itu samalah keadaannya dengan helikopter dan kupu-kupu yang sedang menyedot madu bunga-bungaan, yaitu seakan-akan berhenti melayang di udara. Artinya helikopter, kupu-kupu dan satelit-satelit itu relatif tidak bergerak terhadap kita sebagai pengamat yang melekat pada permukaan bumi.
Maka pertanyaan: "Stasioner artinya diam, sedangkan lintasan berhubungan dengan gerak, itu bagaimana mungkin?", terjawablah sudah. Satelit-satelit itu mengorbit, namun stasioner relatif terhadap kita yang melekat pada permukaan bumi. WaLla-hu a'lamu bishshawa-b.
*** Makassar, 14 September 1997