28 Desember 1997

304. Menyambut Bulan Suci Ramadhan

Menyambut bulan suci Ramadhan mari meningkatkan iman dan taqwa kita. Begitulah kurang lebih kalimat yang sempat saya baca dalam tulisan pada pinggir bawah layar monitor TV yang disiarkan oleh RCTI dalam acara Hikmah Fajar pada bari Jum'at, 26 Desember 1997. Kalimat yang dikutip itu secara tersurat untuk menyambut bulan suci Ramadhan, akan tetapi secara tersirat adalah iklan terselubung dari sebuah perusahaan makanan, karena pada akhir kalimat itu dibubuhkan nama perusahaan tersebut. Dunia periklanan memanfaatkan kesempatan apa saja untuk mempromosikan produk apa saja. Tujuan perusahaan itu yang utama bukanlah pada substansi menyambut bulan suci Ramadhan, melainkan tujuan utamanya adalah menarik simpati masyarakat sehingga menjadi konsumen produk yang kita biasa menjumpai dalanm dunia periklanan yang tidak etis. Seperti misalnya mempromosikan rokok yang mengandung racun dengan membentuk liga sepak bola atas nama merk rokok yang mensponsorinya. Bukankah itu tidak etis, nikotin itu membahayakan kesehatan, padahal olah raga itu untuk kesehatan.

Kita melihat ketidak-sungguhan perusahaan makanan tersebut jika kita tilik substansi seruannya itu. Apakah betul ajakannyn itu: Agar meningkatkan iman dan taqwa kita dalam menyambut bulan suci Ramadhan?

-- Firman Allah: Ya-ayyuha- Lladziyna A-manunw Kutiba 'Alaykumu shShiya-mu Kama- Kutiba 'ala Lladziyna min Qablikum La'allakum Tattaquwna (S. Al Baqarah, 2:183). Hai orang-orang beriman, diperlukan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diperlukan atas orang-orang sebelum kamu, supaya kamu bertaqwa.

Cobalah tilik ayat itu dengan teliti. Puasa itu hanya diserukan kepada orang-orang beriman. Puasa itu tidak diserukan kepada semua manusia. Orang-orang beriman disuruh mempraktekkan puasa supaya meningkat menjadi orang yang bertaqwa. Beriman lebih rendah tingkatannya dari bertaqwa. Supaya dapat meningkat dari beriman menjadi bertaqwa, maka praktekkanlah puasa.
Jadi sungguh tidak benar seruan perusahaan makanan itu. Kita diajak menyambut bulan suci Ramadhan dengan meningkatkan iman dan taqwa. Dengan perkataan lain, supaya dapat melaksanakan puasa dengan baik dalam bulan Ramadhan, haruslah dengan persiapan meningkatkan iman dan taqwa terlebih dahulu, yang berarti bahwa iman dan taqwa ini sebagai modal dasar, sedangkan puasa adalah tujuan. Yang benar yang sesuai dengan ayat di atas, ialah untuk dapat mencapal taqwa, orang beriman harus melaksanakan puasa dengan baik terlebih dahulu, yang berarti iman adalah modal dasar, puasa adalah upaya untuk mencapal tujuan dan taqwa adalah tujuan. Bahwa derajat taqwa itu lebib tinggi da derajat beirman, dapat pula ditunjukkan oleli Firman Allah:

-- Alif, Lam, Mim. Dza-lika lKita-bu La- Rayba Fiyhi Hudan lilMuttqiyna (S. A! Baqarah, 2:1-2). Alif, Lam, Mim. Al Kitab itu tidak ada keraguan di dalamnya petunjuk bagi orang-orang bertaqwa.

Siapakah orang-orang bertaqwa itu? Bacalah ayat itu selanjutnya:

-- Alladziyna Yu'minuna bilGhaybi waYuqiymuwna shShalawta waMimma- Razaqna-hum Yunfiquwna (S. Al Baqarah, 2:3). Yaitu orang-orang yang beriman kepada Yang Ghaib, mendirikan shalat dan dari sebagian yang Kami rezkikan kepada mereka diinfaqkannya.

Berdasarkan S.AlBaqarah, 2:1-3, kita dapat menumunkan rumus: Taqwa = Iman + Shalat + Infaq.

Infaq sukarela disebut sadaqah, infaq wajib disebut zakat. Dari rumus itu sangat jelas, bahwa iman adalah salah satu komponen taqwa, jadi taqwa kedudukannya lebih tinggi dan iman.

Jadi sesungguhnya apa yang kita harus persiapkan untuk menghadapi praktek puasa dalam bulan Ramadhan? Karena puasa hanya ditujukan kepada orang-orang beriman, maka focus perhatian kita adalah mengevaluasi keimanan kita. Allah SWT sebagai Maha Pengatur telah mengatur bahwa dua bulan sebelum bulan Ramadhan, yaitu bulan Rajab, terjadi peristiwa Isna-Mi'raj Nahi Muhammad SAW. Sehubungan dengan perisitiwa ini Allah berfirman:

-- WaMa- Ja'alna- rRu'ya- Llatiy Arayna-ka lila- Fitnatan linNa-si (S. Bany Isra-iyl, 17:60), dan tidaklah Kami jadikan penglihatan yang Kami perlihatkan kepadamu (hai Muhammad) melainkan sebagai fitnah bagi manusia.

Penglihatan yang diperlihatkan kepada Nabi Muhammad SAW ialah alam ghaib tatkala be1iau Mi'raj, sedangkan fitnah dalam ayat ini bermakna ujian ataupun cobaan atas keimanan seseorang. Menurut ayat ini peristiwa Isra-Mi'raj merupakan tolok ukur bagi seseorang untuk mengevaluasi keimnanannya. Yang harus kita kerjakan untuk menyambut bulan puasa Ramadhan ialah mengevaluasi keimanan kita dengan tolok ukur: Besarnya dorongan hasrat kepuasan intelektual terhadap lsra-Mi'raj berbanding terbalik dengan tingkat keimanan.

Mengapa puasa hanya ditujukan kepada orang-orang beriman? Puasa sifatnya pasif, tertutup. Berbeda dengan keempat rukun iman yang lain. Kalimah Syahadatain diucapkan oleh mulut, dibenarkan oleh pikiran dan diyakinkan oleb qalbu (sengaja dituliskan dengan "q", oleh karena kalau dituliskan dengan k berarti anjing). Karena diucapkan oleh mulut berupa bunyi maka sifatnya aktif, terbuka, yaitu dapat ditunjukkan kepada orang lain. Dapat saja diucapkan dimulut, tetapi tidak diyakinkan di qalbu, artinya Kalimah Syahadatain dapat ditunjukkan proaktif kepada orang lain walaupun sebenarnya tidak beriman. Demikian pula shalat yang berupa gerak dan bacaan, zakat yang berupa gerakan, naik haji yang berupa gerak dan bacaan, keempat-empatnya hersifat terbuka, dapat ditunjukkan proaktif kepada orang lain, jadi dapat saja dikerjakan tanpa berlandaskan iman.

Puasa yang sifatnya tertutup itu tidak dapat ditunjukkan proaktif kepada orang lain. Yang dapat ditunjukkan secara proaktif hanya berpura-pura loyo, meludah-ludah secara demonstratif, dan berbuka puasa. Orang dapat saja menerima undangan berbuka puasa, tetapi ia sendiri tidak berpuasa. Yang tahu seseorang berpuasa hanya dirinya sendiri dan Allah SWT, artinya orang berpuasa itu mestilah ia beriman. Itulah sebabnya praktek berpuasa hanya ditujukan kepada orang-onrng beirman. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 28 Desember 1997