Tujuan utama Nabi Muhammad SAW di-Isra-Mi'rajkan ialah untuk menerima secara langsung kewajiban shalat dari Allah SWT. Furidhat 'Alayya shShala-tu Khamsiyna Shala-tan Kulla Yawmin. Aku diperintahkan melaksanakan shalat lima puluh kali setiap hari. Atas saran Musa, RasuluLlah kembali berulang kali menghadap Allah SWT minta keringanan hingga diturunkan hanya menjadi lima kali setiap hari, seperti sabda beliau: Umirtu biKhamsi Shala-tin Kulla Yawmin, diperintahkan kepadaku lima kali shalat setiap hari. Musa memberi tanggapan: Inna Ummataka La- Tastatiy'u Khamsa Shala-tin Kulla Yawmin, sesungguhnya ummatmu tidak akan sanggup melakukan lima kali shalat setiap hari.
Tujuan yang kedua Nabi Muhammad SAW di-Isra-Mi'rajkan ialah untuk diperlihatkan kepada beliau sebagian dari Ayat-Ayat Allah, seperti dijelaskan oleh Firman Allah: Subhana Lladziy Asray bi'Abdihi Laylam mina lMasijidi lHara-mi ilay lMasjidi lAqsha- Lladziy Barakna- Hawlahu liNuriyahu min Ayatina- Innahu Huwa sSamiy'u lBashiyru (S. Bany Isra-iyl, 17:1), artinya: Mahasuci Yang memperjalankan hambaNya pada malam hari dari Al Masjid Al Haram ke Al Masjid Al Aqsha, yang telah Kami berkati sekelilingnya untuk Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari Ayat-Ayat Kami, sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat. Ayat-ayat apa yang diperlihatkan kepada RasuluLlah? Ada tiga macam ayat: Ayat Qawliyah, Ayat Kawniyah dan Ayat Al Kubra. Ayat Qawliyah adalah ayat yang diucapkan yaitu Al Quran, Ayat Kawniyah adalah ayat kosmologis yaitu alam syahadah (kasat mata, indrawi) dan Ayat Al Kubra adalah ayat di atas alam syahadah. Yang diperlihatkan kepada RasuluLlah tatkala Mi'raj adalah ayat jenis yang ketiga. Hanya kepada RasuluLlah manusia satu-satunya yang diperlihatkan oleh Allah Ayat Al Kubra itu: Laqad Raay min Ayati Rabbihi lKubray (S. An Najm, 53:18), artinya: Sungguh ia telah melihat beberapa ayat Maha Pengaturnya yang Agung.
Walaupun Mi'raj bukan bahasa Al Quran, namun akar katanya yang dibentuk oleh huruf-huruf: 'Ain, Ra, Jim menurunkan kata Al Ma'a-rij, sebuah nama surah. Ta'ruju lMalaikatu warRuwhu Ilayhi (S. Al Ma'a-rij, 70:4), artinya: Naik malaikat-malaikat dan ruh kepadaNya. 'Araja (naik) bukanlah naik menuju ke atas kepala. Kalau orang naik menuju ke atas kepala berarti keluar meninggalkan bumi menuju angkasa luar. Dalam Al Quran perjalanan di angkasa dalam alam syahadah dipakai istilah sabaha (berenang) dan nafadza (menembus): Kullun fiy Falakin Yasbahuwna (S. Yasin, 36:40), artinya tiap-tiap sesuatu berenang dalam jalurnya. La- Tanfudzuwna Illa- biSulthanin (S. Ar Rahman 55:33), tidak dapat kamu menembusnya melainkan dengan kekuatan. Yang dimaksud dengan kekuatan di sini ialah bahan bakar.
Jelaslah tatkala RasuluLlah Mi'raj, beliau keluar meninggalkan alam syahadah dari Bayt Al Maqdis langsung meningkat masuk ke alam yang lebih tinggi derajatnya, ke alam ghaib, Al Ayah Al Kubray. Di alam ghaib ini tidak ada lagi ruang, waktu dan kecepatan. Yang lalu, yang kini, yang akan datang menyatu. Maka tidak ada artinya berandai-andai dengan kecepatan cahaya tatkala RasuluLlah Mi'raj. Demikian pula tidak ada gunanya mempertanyakan bagaimana mungkin RasuluLlah bertemu dengan nabi-nabi, berdialog dengan Nabi Musa AS seperti Hadits yang dikemukakan di atas. Tidak efisien mempertanyakan bagaimana mungkin Nabi Adam AS menoleh ke kanan melihat penghuni surga dan menoleh ke kiri melihat pengisi neraka, pada hal surga dihuni dan neraka diisi setelah hari kiamat. Seperti dituliskan di atas, yang lalu, kekinian, yang akan datang menyatu di alam ghaib, Al Ayah Al Kubray. Itulah makna kalimah Subhana dalam (S. Bany Isra-iyl, 17:1) yang dikutip di atas itu.
Demikianlah, kalau pada Mi'raj ruh dan jasad RasuluLlah keluar meninggalkan alam syahadah dari Bayt Al Maqdis langsung masuk ke alam yang lebih tinggi derajatnya, ke alam ghaib, maka perjalanan beliau dari Al Masjid Al Haram ke Bayt Al Maqdis adalah perjalanan biasa memakai kendaraan Buraq, seperti sabda RasuluLlah: Utiyat bilBura-qi faHumiltu 'Alayhi Hattay Utiyat Baita lMaqdis, didatangkan kepadaku Buraq dinaikkan aku berkendara di atasnya hingga tiba ke Bayt Al Maqdis. Atau seperti penuturan Anas Hattay Intihay Illay Bayti Maqdis, sampailah ia ke Bayt Al Maqdis. Demikianlah pada Mi'raj RasuluLlah hadir di alam ghaib melihat Ayat Kubra. Namun pada waktu beliau berada di Hijr, beliau melihat Bayt Al Maqdis hanya penglihatan beliau yang menembus waktu lampau (Bayt Al Maqdis atau Haikal Sulaiman dirobohkan oleh Titus pada 70 Miladiyah). Sedangkan ruh dan jasad beliau tidak ikut menembus waktu lampau, beliau tetap berada di Hijr, seperti sabdanya: Lamma- Kadzdzabtany Quraisyun Qumtu fiy lHijri faJalla Llahu Ly Bayta lMaqdis, tatkala kaum Quraisy mendustakan aku, berdiri aku di Hijr, maka Allah menampakkan kepadaku Bayt Al Maqdis.
Tujuan ketiga Nabi Muhammad SAW di-Isra-Mi'rajkan untuk ujian bagi manusia mengimani atau mengingkari. Wa Ma- Ja'alna- rRu"ya- Llatiy Araynaka Illa- Fitnatan linNa-si (S. Bany Isra-iyl, 17:60), artinya dan tidaklah Kami jadikan penglihatan yang Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai fitnah bagi manusia. Penglihatan yang diperlihatkan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah Ayat Kubra tatkala beliau Mi'raj. Sedangkan fitnah dalam ayat ini bermakna ujian ataupun cobaan atas keimanan seseorang. Jadi menurut ayat ini Isra-Mi'raj merupakan tolok ukur bagi seseorang untuk mengevaluasi keimanannya. Makin cerewet fuadnya (rasionya) terhadap Isra-Mi'raj makin kurang kadar keimanannya. Inilah yang terjadi tatkala Nabi Muhammad SAW menginformasikan bahwa beliau Isra-Mi'raj kepada penduduk Makkah. Ummat Islam ada yang tetap teguh imannya, ada pula yang menjadi ragu, bahkan ada yang kembali kafir, sedangkan kaum kafir Quraisy bertambah-tambah kafir dan pembangkangannya. Terjadilah kristalisasi ummat Islam, walaupun secara kuantitas menurun, namun secara kualitas meningkat. Ummat Islam yang telah berkristal menjadi sumberdaya manusia yang berkualitas itu menjadi kaum Muhajirin satu tahun delapan bulan kemudian, lalu mereka bersama-sama kaum Anshar, penduduk Muslim Madinah, mendirikan Negara-Kota Islam Madinah.
S. Bany Isra-iyl, 17:60 yang kita kutip di atas itu membantah thema yang biasa kita lihat dan jumpai dalam peringatan Isra-Mi'raj: Dengan Isra-Mi'raj kita tingkatkan kualitas iman kita. Ayat (17:60) menunjukkan bahwa Isra-Mi'raj bukanlah untuk meningkatkan iman, melainkan sebaliknya: Isra-Mi'raj adalah "Illa- Fitnatan linNa-si", melainkan untuk menguji kualitas keimanan seseorang. WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 7 Desember 1997