Mardiadi Amin dalam tulisannya di Fajar, edisi Kamis 19 Agustus 1999, dalam meluruskan tulisan Hamka Haq mengenai Marxisme, menulis seperti yang dikutip berikut: "Marxisme secara sederhana dapat dikatakan sebagai paradigma teori yang menghantam pertama kali pemikiran kapitalisme dengan segala macam efek negatifnya, yaitu penindasan dan dominasi ekonomi oleh kelas atas terhadap kelas bawah. Oleh karena itu Maxisme bersifat emansipatif bagi kaum lemah, khususnya kaum buruh yang terampas haknya (untuk) keuntungan kalangan borjuis. Hanya saja belakangan ini isme itu dirusak oleh Leninisme dan Stalinisme yang semakin otoriter tanpa kritik, dan menimbulkan bencana di Rusia dan Korea sehingga dibenci orang. Jadi, bukan Marxis-nya yang rusak, melainkan Stalinisme dan Leninisme yang mengadopsi penafsiran Engels dari gagasan Marx", sekian kutipan dengan catatan sisipan (untuk) dari saya, supaya kalimat itu tidak rancu.
Awwalan, saya akan meluruskan secara langsung pelurusan Mardiadi Amin tersebut mengenai "Penafsiran Engels dari Gagasan Marx". Engels bukanlah penafsir ajaran Marx, melainkan mitra (collaborator) Marx. Das Kapital (3 jilid, 1867, 1885, 1895) tak mungkin terselesaikan tampa mitranya, Friedrich Engels. Communist Manifesto (1874) ditulis bersama oleh Karl Marx dan Friedrich Engels.
Tsanian, proses perkembangan ilmu menempuh dua jalan; pertama penumpukan pengetahuan berdikit-dikit yang bertumpu pada paradigma (kerangka) yang sudah ada, kedua ilmu itu berkembang melalui perubahan paradigma. Inti paradigma tersebut ialah pandangan filsafat yang diakui ataupun yang diterima oleh masyarakat ilmuwan untuk kelanjutan aktivitas keilmuan mereka.
Mengenai ilmu ekonomi ada dua pendapat; yaitu perkembangan ilmu ekonomi terutama berlangsung dalam paradigma yang sudah ada, ini menutut George Stigier, sedangkan menurul Wesley Mitchell perkembangan limu ekonomi terutama melalui rentetan perubahan paradigma. Kalau kita kaji Marxisme kelihatannya pendapat Wesley Mitchell lebih benar.
Dalam Das Kapital Marx menghantam sistem kapitalisme dengan teori nilal surplus (surplus value), yang bagi kaum penganut wetenschappeiijke socialisme merupakan sumbangan ilmiyah dari Marx dalam bidang ilmu pengetahuan sosial. Pekerja karena tidak mempunyai apa-apa untuk mempertahankan hidup, menjual dirinya (baca: tenaganya) sebagai komoditas kepada pengusaha. Dalam sistem kapitalisme pengusaha dengan leluasa membeli komoditas itu dengan harga yang serendah-rendahnya. Pekerja dibeli tenaganya seharga misalnya empat sen untuk enam jam, namun pengusaha mempekerjakan buruhnya selama sepuluh jam untuk upah empat sen. Extra yang empat jam dicuri oleh kaum kapitalis dari buruhnya. Inilah nilai surplus itu. Demikianlah menuntut teori nilai surplusnya itu Marx mengatakan bahwa sistem kapitalis itu sangat jahat mengexploitasi ataupun merampok kelas pekerja. Teori ini hanya cocok untuk dipakai dalam bidang propaganda dan agitasi. Namun dari segi ilmiyah, teori itu tidak memperhitungkan teknologi. Para pakar kimia yang membuat pupuk untuk menyuburkan tanah dan para insinyur pertanian yang mengolah tanah, itulah yang dapat melipat-gandakan produksi bahan makanan, ketimbang nilai surplus. Artinya nilai surplus Marx ketinggalan oleh perkembangan teknologi.
Marx membangun paradigma dengan menyontek dari filosof Hegel metode dialektika: these, anti-these, synthese, walaupun Marx penganut filsafat materialisme, sedangkan Hegel penganut aliran idealisme. Metode dialektika ini diaplikasikan Marx dalam mentafsirkan sejarah. Inilah yang disebut dengan materialisme historis (historische materiausme), yaitu tafsiran sejarah dari segi ekonomi.
Sejarah dari semua masyarakat yang eksis menurut Marx dan Engels adalah sejarah pertikaian kelas. Kelas merdeka dengan kelas budak, kelas patrisi melawan kelas plebeyer, bangsawan melawan pelayan, kapitalis melawan proletar, singkat kata antara kelas penekan dengan kelas petekan. Dalam taraf akhir pertikaian itu akan dimenangkan oleb kaum proletar dengan hancurnya negara sebagai lembaga yang diperalat oleh kaum kapitalis untuk menindas kaum proletar. Setelah itu akan terbentuklah masyarakat yang tidak berkelas, merdeka dan sederajat, tanpa adanya negara, semua bekerja menurut kemampuannya dan semua mendapatkan sesuai dengan kebutuhannya, suatu masyarakat utopia (khayal) yang hanya ada dalam angan-angan Marx. Masa antara dari hancurnya negara dengan masyarakat tak berkelas merupakan masa transisi yang dikendalikan oleh diktator proletar yang otoriter.
Memang dalam sejarah ada terjadi proses dialektis seperti misalnya kolonialisme Inggris di benua baru sebagai these, revolusi kemerdekaan Amerika sebagai anti-these dan berdirinya USA sebagai synthese, namun sesudahnya itu USA sebagai negara kapitalis sebagai these, lalu mana anti-thesenya yaitu kaum proletar yang akan menghasilkan synthese terakhir berupa masyarakat tak berkelas? Tidak sampai dalam benak Marx dan Engels tentang beragamnya orang-orang dalam tahap perkembangan ekonomi yang sama, sepenti ras, agama dan kebangsaan. Marx dan Engels tidak memperhitungkan personalitas manusia. Adalah suatu fakta bahwa sejarah tidak pernah dapat ditafsirkan seluruhnya dengan teori wetenshappelijke socialisme Marx dan Engels yang bertumpu pada paradigma filsafat historische materialisme.
Alhasil kegagalan komunisme di Uni Sovyet bukanlah karena Leninisme dan Stalinisme melulu, karena keduanya adalah sub-sistem dari Marxisme dalam hal diktator proletar. Kegagalan komunisme di Uni Sovyet, adalah kegagalan Marxisme. Paradigma historische materialisme invalid dalam mentafsirkan sejarah. Karena paradigma itu invalid, seluruh bangunan teori yang bertumpu pada paradigma tersebut menjadi ambruk, antara lain masyarakat tak berkelas, diktator proletar dan nilai surplus. Pelurusan Mardiadi Amin menjadikan persepsi Marxisme dari Hamka Haq yang telah lurus, malahan menjadi bengkok. Paradigma historische materialisme tempat wetenshappelijke sosialisme bertumpu, sesungguhnya bathil.
-- AN ALBATHL KAN ZHWK (S. BNY ASRAaYl, 17:81), dibaca: innal ba-thila ka-na
zahu-ka (s. bani- isra-i-l), artinya: Sesungguhnya yang bathil itu niscaya lenyap. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 29 Agustus 1999
29 Agustus 1999
[+/-] |
387. Bukan Marxisnya Yang Rusak, Melainkan Leninisme dan Stalinisme? |
27 Agustus 1999
[+/-] |
386. Injil Barnabas dan The Dead Sea Scrolls |
Dalam Seri 384, edisi 15 Agustus 1999 saya membahas apa sesungguhnya makna Adam dan Hawa makan buah larangan (bukan buah khuldi, buah kekekalan, karena itu istilah Iblis untuk menipu) dengan merujuk pada Injil Barnabas. Sehubungan dengan itu maka pada hari Ahad itu juga sepenggal matahari naik, saya mendapat telepon dari seseorang yang tidak mau diketahui identitasnya. Dengan singkat ia berkata: "You jangan pakai reference Injil Barnabas, itu termasuk apocryph." "Ini dari siapa?", tanya saya lalu dijawab dengan gagang telepon yang ditutup. Sikap pengecut yang dimuntahkan secara vulgar ini, tentu saja saya tidak terima, lagi pula saya tidak mau dilarang-larang menuliskan apa yang saya yakini kebenarannya. Untuk itulah Seri 386 ini ditulis sebagai respons.
Adapun yang dimaksud dengan apocryph secara umum berarti beragam kitab-kitab keagamaan yang sumbernya tidak jelas, dan secara khusus sekelompok dari 14 kitab yang ditolak (not considered canonical). Dalam pandangan Nasrani Injil Barnabas dianggap apocryph oleh karena isinya bertentangan dengan keempat Injil dalam Perjanjian Baru. Barnabas adalah salah seorang di antara ke-12 hawariyyun yang mendapat tugas khusus dari Nabi 'Isa AS untuk menulis Injil.
-- "And Jesus turned himself to him who writeth, and said: 'See Barnabas, that by all means thou write my gospel concerning all that happened through my dwelling in the world'. " (B-221). "Dan 'Isa berpaling kepada dia yang menulis (maksudnya diri Barnabas) sambil berkata: 'Hai Barnabas betapapun juga kamu tuliskan Injil saya mengenai semua kejadian yang telah berlangsung dalam perteduhan saya di dunia ini'."
Dalam Injil Barnabas disebutkan bahwa yang ditangkap oleh tentara Romawi, kemudian disalib bukanlah Nabi 'Isa AS, melainkan Yudas Iscariot. Mari kita baca:
-- "When the soldiers with Yudas drew near to the place where Jesus was, Jesus heared the approach of many people. He withdrew into the house. And the eleven were sleeping. The holy angels came and take Jesus out by the window that looketh toward the South (B-215)." "Tatkala serdadu-serdadu itu bersama dengan Yudas mendekati tempat 'Isa berada, 'Isa mendengar banyak orang datang mendekat, ia menarik diri ke dalam rumah. Dan kesebelas orang (hawariyyun) sedang tidur. Malaikat-malaikat suci datang dan membawa 'Isa keluar melalui jendela yang menghadap ke Selatan."
Untuk menghemat ruangan selanjutnya hanya terjemahannya saja.
-- "Di depan semua (serdadu-serdadu) Yudas melesat masuk ke dalam ruang tempat 'Isa baru saja dibawa (malaikat-malaikat). Dan para hawariyyun sedang tidur. Dalam pada itu Tuhan bertindak secara mentakjubkan sedemikian rupa sehingga Yudas diserupakan seperti 'Isa dalam berbicara dan wajah. Serdadu-serdadu itu masuk lalu menangkap Yudas, sebab dalam segalanya ia serupa dengan 'Isa (B-216)."
-- "Demikianlah mereka membawanya ke bukit Calvary, dan di situ mereka menyalibnya dalam keadaan telanjang. Yudas sama sekali tidak dapat berbuat apa-apa kecuali berteriak: 'Tuhan, mengapa Dikau menelantarkan saya' (B-217)."
'Isa menyahut sambil memeluk ibunya: 'Percayalah kepadaku ibu, sesungguhnya saya katakan kepadamu saya sama sekali tidak mati (B-218).
-- "Sesungguhnya saya katakan kepadamu, saya tidak mati melainkan Yudas si pengkhianat (B-221)."
***
Pada tepi barat Laut Mati, sekitar 12 km sebelah selatan Jericho terletak lembah Qamran. Dewasa ini tempat itu sunyi, hampa, hanya geletakan reruntuhan biara kaum Essene yang membisu. Namun dalam sejumlah gua yang tidak jauh dari reruntuhan itu didapatkan naskah-naskah kuno, yang disembunyikan secara cermat oleh kaum Essene. Di situlah naskah-naskah kuno itu tak tersentuh tangan-tangan manusia selama 2000 tahun. Karena terdiri atas gulungan-gulungan perkamen dan tembaga, naskah-naskah itu diberi bernama Dead Sea Scrolls (gulungan-gulungan Laut Mati, selanjutnya disingkat DSS). DSS di dapatkan dalam 11 buah gua, berturut-turut dalam tahun 1947, 1949, 1951, 1956.
Banyak yang menarik dari DSS tersebut, di antaranya kita kutip tulisan DR Charles Francis Potter dalam "The Lost Years of Jesus Revealed", dituliskan artinya saja: "Selama berabad-abad para terpelajar Kristen yang mengkaji Bijbel merasa heran di mana dan apa yang diperbuat 'Isa selama 18 tahun yang sunyi (18 silent years), di antara umur 12 dengan 30 tahun. Gulungan-gulungan yang mentakjubkan dan dramatis dari perpustakaan besar kaum Essene yang didapatkan dalam gua dekat Laut Mati pada akhirnya memberikan kepada kita jawabannya. Bahwa selama tahun-tahun yang hilang tersebut 'Isa adalah murid dari pendidikan kaum Essene ini."
Hal yang menarik adanya seorang tokoh dalam DSS yang bernama Teacher of Rightousness (Guru Kebenaran). Para sarjana (di antaranya Potter) mengaku adanya persamaan yang menyolok antara ajaran-ajaran Yesus dengan Guru Kebenaran. Namun para sarjana itu kebingungan, tidak mau mengatakan bahwa Guru Kebenaran itu adalah Yesus, karena Yesus mati disalib, sedangkan menururt Hymn dari DSS, Guru Kebenaran ini luput dari bahaya maut. Dituliskan terjemahannya saja: "Wahai Tuhanku, aku bersyukur kepada Engkau karena kasih Engkau selalu tertuju kepadaku. Engkau selamatkan jiwa si miskin ini dari bahaya maut. Mereka menghendaki supaya kumati terkutuk, untuk memenuhi permintaan orang-orang yang suka kepada kejahatan (DSS: Hymn 4). Penjelasan: yang dimaksud dengan mati terkutuk adalah mati di palang salib, karena bagi orang Yahudi, mati di palang salib itu adalah mati terkutuk.
Maka terjadi dilemma, mengatakan Yesus adalah Guru Kebenaran, berarti DSS termasuk dalam golongan apocryph, karena DSS tidak sesuai dengan keempat Injil dari Perjanjian Baru tentang kematian Yesus. Padahal DSS tak pernah dijamah manusia selama 2000 tahun, yang sumbernya lebih tua dari keempat penulis Injil dalam Perjanjian Baru. Jadi dalam hal ini keempat Injil dalam Perjanjian Baru itulah yang apocryph. Akan tetapi jika dikatakan DSS tidak apocryph, melainkan keempat Injil dalam Perjanjian Baru yang apocryph, berarti Yesus tidak mati disalib. Padahal peristiwa salib merupakan dasar theologi Nasrani: Yesus disalib untuk menebus dosa manusia, dosa warisan dari Adam dan tentang kebangkitan.
Apa kata Al Quran dalam hal ini?
-- WQWLHM ANA QTLNA ALMSHh 'ASY ABN MRYM RSWL ALLH WMA QTLWH WMA SHLBWH WLKN SYBH LHM (S. ALNSAa, 157), dibaca: Wa qawlihim inna- qatalnal masi-ha 'i-sabna maryama wa ma- qatalu-hu wa ma- shalabu-hu wala-kin syubbiha lahum (s. annisa-), artinya: Dan dikatakan mereka sesungguhnya kami telah membunuh al Masih 'Isa anak Maryam rasul Allah, mereka tidak membuhnya, tidak menyalibnya, melainkan disamarkan bagi mereka (4:157). WaLlahu a'lamu bishshsawa-b.
*** Makassar, 27 Agustus 1999
15 Agustus 1999
[+/-] |
385. Masalah Aceh |
Aceh di zaman kolonial Belanda merupakan basis pertahanan terakhir. Bahkan sampai perang dunia kedua masih ada bagian yang belum pernah dijamah Belanda dan juga Jepang. Setelah proklamasi kemerdekaan kabarnya ditemukan komunitas sisa-sisa pejuang yang bermukim di tengah rimba yang belum tahu bahwa Indonesia sudah merdeka, mereka tidak tahu Belanda telah dikalahkan Jepang, dan juga mereka itu tidak tahu bahwa Jepang pernah menduduki Indonesia. Pada zaman revolusi, pedalaman Aceh merupakan satu-satunya daerah yang tidak diduduki Belanda. Rakyat Aceh pernah menyumbangkan kapal terbang kepada Republik Indonesia. Kapal terbang itu diberi nama oleh Bung Karno menurut nama sebuah gunung di Aceh, yaitu Seulawah.
Nilai sub-kultur Aceh sangat menghargai apa yang telah diberikan kepadanya, walaupun hanya sekadar sirih sekapur, sebagai dinyatakan oleh pantun Aceh:
Taek ugle tajakko kaye.
Tinggai peureudeu tempat leuk kutru.
Mebek ta beh-beh rakan teh dile
Tempat ta lake ranup sigapu.
(Bunyi t diucapkan seperti bunyi t-nya orang Bali. Bunyi eu seperti eu-nya orang Sunda dan bunyi S seperti abjad ke-4 huruf Arab, atau bunyi th dalam bahasa Inggeris think).
Pergi ke gunung memotong kayu,
Tinggal perdu tempat balam menekur.
Jangan membuang sahabat yang dulu,
Tempat memperoleh sirih sekapur.
***
Panglima Syamaun Gaharu berhasil mempersuasi Teungku Daud Beureueh turun gunung melalui tawaran (baca: iming-iming) Aceh dijadikan daerah istimewa. (Di Aceh gelar Teungku adalah untuk ulama, sedangkan di Sumatera Timur, yaitu Deli dan Langkat gelar Tengku adalah untuk bangsawan, yang di Aceh disebut Teuku). Kalau Jakarta adalah Daerah Istimewa (DI) dengan ciri-khas ibu kota Republik lndonesia, Yogyakarta adalah daerah istimewa dengan ciri-khas kesultanan, maka Aceh diiming-iming menjadi daerah istimewa dengan ciri-khas Syari’at Islam. Tengku Daud Beureuch pernah menjadi Gubemur Militer Aceh pada zaman Revolusi, kemudian menjadi pimpinan DI-TII (seperti Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Jawa Barat, Abdul Qahhar Mudzakkar di Sulawesi Selatan dan Ibnu Hadjar di Kalimantan Selatan). Dikatakan di atas Aceh diiming-iming dengan Syari’at Islam, oleh karena tawaran itu tidak pernah dikukuhkan dengan Undang-Undang. ltulah utang lembaga eksekutif dan legislatif terhadap Aceh dan yang paling bertanggung-jawab adalah tentu saja lembaga eksekutif yang memberikan iming-iming itu, yang dalam hal ini adalah Presiden yang pertama, Bung Karno. Jadi isak dan linangan air mata Megawati waktu menyinggung Aceh dalam pidato politiknya mudah-mudahan terbit dari dalam lubuk hati yang dalam, bukan hanya sekadar permainan watak, alias isak dan tangis politik. Sesungguhnya penyebab kemalangan rakyat Aceh, berakar dari tawaran ayahnya sendiri yang hanya dalam kualitas iming-iming.
Seterusnya Presiden yang kedua bahkan melupakan tawaran itu pula. Selanjutnya Presiden yang ketiga, yang menurut Megawati adalah pemerintahan transisi (sebagai Capres sangatlah naif berkata demikian, karena semestinya Megawati harus tahu bahwa itu transisi tidak ada dalam konstitusi), sekarang sedang diusahakan rencana Undang-Undang yang dapat menampung aspirasi rakyat Aceh dalam hal Daerah Istimewa yang berciri-khas Syari’at Islam. Alangkah eloknya usaha yang sedang ditempuh sekarang ini dengan pendekatan politik yang dikukuhkan dengan hukum (baca: Undang-Undang tentang otonomi yang khas bagi DI Aceh) dapat diselesaikan sebelum SU MPR yang akan datang, walaupun, sekali lagi walaupun, banyak kritikan yang dilancarkan bahwa pemerintahan Habibie bersama dengan DPR mengobral pembuatan Undang-Undang.
Undang-Undang mengenai pengukuhan ciri khas provinsi Aceh, sangat perlu dipercepat keluarnya, karena disitulah akar permasalahan kemalangan rakyat Aceh. Perimbangan keuangan pusat dan daerah yang wajar itu perlu, tetapi belum cukup. Itu hanya sekadar upaya taktis, bukan strategis. Kalau Timor Timur, apabila kelompok pro-integrasi yang menang, statusnya adalah provinsi dengan otonomi yang luas, yang secara tersirat mempunyai ciri-khas Katolik Roma, mengapa provinsi Aceh tidak dapat mengatur dirinya dengan ciri-khas Syari'at Islam. Inilah upaya penyelesaian yang strategis.
Bahkan dengan ciri-khas Syari’at Islam itu, dapat menjadi bahan kajian dalam hal sistem perbankan. 0leh karena dengan ciri-khas Syari’at Islam itu di provinsi Aceh kelak hanya diperbolehkan mendirikan bank dengan ciri-khas bank syariah yang bukan dengan sistem bunga melainkan dengan sistem bagi hasil, bank dengan nasabahnya sama-sama menikmati keuntungan dan sama-sama didera oleh kerugian. Dengan kualitas manajerial yang sama dapatlah dibandingkan antara provinsi Aceh dengan provinsi yang lainnya, yang mana lebih sehat antara bank sistem bagi hasil dengan sistem bunga. Yang jelas bank syari'ah tidak memungkinkan dikembangkan perusahaan-perusahaan maksiyat seperti night club, panti pijat, pabrik minuman keras dan lain lain yang berbau maksiyat.
Sekali lagi lembaga eksekutif dan legislatif hendaknya dengan segera mengeluarkan Undang-Undang tentang otonomi yang khas bagi DI Aceh, dan tidak perlu risih dengan kritikan mengobral Undang-Undang. Biarkan ombak kritikan menerpa batu-karang, biarkan anjing menggonggong kafilah lalu, buat Undang-Undang sebelum SU MPR, oleh karena semakin berlarut, situasi semakin bertambah kusut, penyelesaian akan semakin musykil, rakyat Aceh semakin menderita. Insya Allah pemberian status daerah istimewa yang berciri-khas Syari’at Islam dapatlah mengetuk hati petinggi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk surut langkah kembali ke pangkuan Republik Indonesia dalam iklim Bhinneka Tunggal lka, yang ditekankan pada substansi Bhinnekanya. Sekali lagi secepatnya, sebelum nasi menjadi bubur, sebelum pintu hati petinggi GAM tertutup sama sekali untuk surut langkah.
Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk segera mendamaikan dua kelompok yang sedang bertikai, seperti FirmanNya:
-- ANMA ALMWaMNWN AKHWT FASHLhWA BYN AKHWYKM WATQWA ALLH L'ALKM TRhMWN (S. AL hJRAT, 10), dibaca: innamal mu‘minu-na ikhwatun faslihu- baina akhawaikum wattaquLla-ha la'allakum turhamu-n (s. alhujura-t), artinya: Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara, maka damaikanlah kedua (kelompok) saudaramu (yang bertikai). WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 15 Agustus 1999
8 Agustus 1999
[+/-] |
384. Skenario Adam, Hawa dan Iblis dalam Jannah, Apa itu Makan Buah Larangan? |
Firman Allah: WQLNA YAADM ASKN ANT WZWJK ALJNt WKLA MNHA RGHDA hYTS SY^TMA WLA TQRBA HDZH ALSYJRt FTKWNA MN ALZHLMYN * FAZLHMA ALSYYTHN 'ANHA FAKHRJHMA MMA KANA FYH WQLNA AHBTHWA B'ADHKM LB'ADH MSTQR WMTA'A ALY hYN (S.ALBQRt, 2:35-36), dibaca: waqulna- ya-a-damus kun anta wazawjukal jannata wakula- minha- raghdan haytsu syi^tuma- wala- taqraba- ha-dzihisy syajarata fataku-na- minazh zha-limi-na * faazallahumasy syaytha-nu 'anha- faakhrajahuma- mimma- ka-na- fi-hi waqulnah bithu- ba'dhukum liba'dhin 'aduwwun walakum fil ardhi mustaqarruw wamata-'un ila- hi-nin (s.albaqarah), artinya: Bersabda Kami, hai Adam tinggallah engkau bersama isteri engkau dalam jannah, dan makanlah buah-buahannya dengan senang menurut kehendakmu berdua, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon itu, nanti kamu berdua termasuk golongan yang aniaya * Kemudian keduanya diperdayakan oleh syaythan, sampai keduanya dikeluarkan dari (kesenangan) yang telah diperoleh keduanya. Bersabda Kami, Turunlah kamu (Adam, Hawa, Iblis) sebagian kamu dengan yang lain bermusuh-musuhan; dan untukmu tempat kediaman di bumi dan kesenangan buat seketika (2:35-36).
Menjadi pemahaman umum yang ditimba dari Israiliyat, bahwa Hawa merengek Adam supaya makan buah khuldi, karena hasutan provokator ulung, yaitu iblis. Patut diingatkan bahwa istilah buah khuldi adalah istilahnya iblis untuk mengelabui. Buah khuldi (Kha, Lam, Dal = kekal), artinya menurut tipuan iblis, kalau makan buah itu Adam dan Hawa akan kekal. Itulah sebabnya dalam judul di atas dipakai ungkapan "buah larangan". Cerita Israiliyat bahwa Hawa merengek Adam mengandung masalah gender. karena rengekan perempuan, laki-laki jadi terlibat. Padahal dari ayat [2:35-36] jelas kita dapat baca: Takrabaa, FaAzzalahumaa, FaKhrajahumaa, semuanya bentuk mutsanna (dual). Dalam bahasa Arab ada tiga tingkatan: mufrad (singular), mutsanna (dual), jama' (plural), tidak seperti misalnya dalam bahasa Indo-Jerman, hanya mengenal dua tingkatan: enkelvoud (Belanda), singular (Inggris) dan meervoud (Bld), plural (Ing). Huwa - Humaa - Hum, hij - zij, he, they. Dengan pemakaian bentuk mutsanna itu artinya Adam dan Hawa paralel, tidak ada masalah gender.
Kalau kata perintah (al amr, imperative) Ihbithuw, itu bentuknya jama', artinya lebih dari dua, lalu siapakah itu selain dari Adam dan Hawa diperintahkan turun dari jannah? Itulah dia provokator iblis, artinya iblis ada di dalam jannah mengasut Adam dan Hawa. Bagaimana Iblis bisa ada di dalam jannah?, padahal iblis sudah diusir keluar dari jannah? Ini telah dibahas dalam Seri 240, yang berjudul: "Adam dan Hawa di Taman".
***
Apa makna makan buah larangan? Untuk itu elok kiranya melihat apa kata Injil. Bukan dari Injil yang empat dalam Perjanjian Baru, melainkan dari Injil Barnabas. Barnabas adalah salah seorang di antara 12 Hawariyyuwn (murid-murid setia pengikut Nabi Isa AS). Kutipan di bawah ini tidak ada dalam Perjanjian Lama, tidak ada dalam Perjanjian Baru, juga tidak ada dalam Al Quran. Dapatkah riwayat itu dijadikan maraji' (reference), padahal tidak ada dalam Al Quran? Sepanjang yang diriwayatkan oleh Injil Barnabas itu tidak bertentangan dengan Al Quran (bukan khurafat) dan tidak bertentangan dengan logika, maka mengapa tidak boleh dijadikan maraji'. Inilah dia kutipan itu:
And his disciples came to his side to listen to his words. Then said Jesus: "Adam the first man having eaten, by fraud of satan, the food forbidden of God in paradise, his flesh rebelled against his spirit; whereupon he sweared, saying: 'by God I will cut thee!' And having broken a piece of rock, he seized his flesh to cut it with the sharp edge of the stone; whereupon he was rebuked by the angle Gabriel. And he answered: 'I have sworn by God to cut it; I will never be a liar!' The angle showed him superfluity of his flesh and that he cut off. (The gospel of Barnabas: 23)."
(Dan para murid-muridnya datang di sampingnya untuk mendengarkan sabdanya. Kemudian Jesus bersabda: "Adam orang pertama makan buah, karena ditipu setan, buah larangan Tuhan dalam taman Firdaus, dagingnya berontak melawan ruhnya: olehnya itu ia bersumpah dan berkata: 'Demi Tuhan, saya akan potong engkau!' Dan setelah memecahkan sebungkah batu karang, ia memegang dagingnya untuk memotongnya dengan sisi tajam dari pecahan batu itu; olehnya itu ia dilarang oleh malaikat Jibril. Dan dia menjawab: 'Saya telah bersumpah atas nama Tuhan untuk memotongnya; saya tidak ingin untuk menjadi pendusta.' Malaikat itu menunjukkan kepadanya daging kulupnya dan dia memotongnya). Dapatlah diambil kesimpulan bahwa ungkapan "makan buah larangan" adalah ungkapan penghalusan/pelembut (euphemism) untuk pengertian hubungan seksual.
Dan dari kutipan tersebut terungkaplah tiga hal:
-- Pertama, makan buah larangan maksudnya hubungan seksual,(*)
-- Kedua, bahwa "bersunat" memotong daging kulup sesungguhnya berasal dari kakek kita Nabi Adam
-- Ketiga, "Paradise" tempat Adam dan Hawa bersenang-senang letaknya di bumi ini, mana ada batu karang di surga. Berikut dikutip paragraf terakhir dari Seri 240, berjudul "Adam dan Hawa di Taman":
Walhasil jannah yang dimaksud tempat Adam dan Hawa bersenang-senang kemudian keduanya ditipu setan bukanlah dalam taman Firdaus, melainkan taman di tempat yang ketinggian di muka bumi ini. Ini dikuatkan oleh Nash, seperti telah dijelaskan di atas (kita ulangi sekali lagi), yaitu "habatha", dalam Al Quran dipakai untuk pengertian air yang meluncur turun (S.Al Baqarah 74), Nabi Nuh AS turun dari kapalnya (S. Huwd 48) dan Banie Israil disuruh turun ke kota, go down town (S.Al Baqarah 61). Perintah Allah "Ihbithuw", kepada Adam, Sitti Hawa dan Iblis turun dalam pengertian topografis, dari dataran tinggi ke dataran rendah.
WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 8 Agustus 1999
---------------------------------------
(*)
Ibnu Abbas ramenafsirkan kata syajarah bukan dengan "pohon", tetapi "alkaram", kemuliaan, dalam penafiran lain, syajarah ini diartikan dengan "Sunbulatun", tumbuhan, bijian, atau sesuatu benih asal, boleh juga sperma, atau ovum, yakni sesuatu yang menyebabkan sesuatu itu bisa tumbuh dan berkembang biak.BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
1 Agustus 1999
[+/-] |
383. Jangan Lekas Berbangga, Pemilu Bukan Permainan Sepak Bola |
Sejak keadaan fisik saya tidak memungkinkan menyetir jauh-jauh, sedangkan saya tidak mampu menggaji sopir pribadi, lagi pula anak-anak yang dapat menyetir sudah mempunyai kesibukan sendiri-sendiri, ditambah pula sewa taksi yang mahal, maka kalau bepergian di dalam kota saya naik kendaran umum pete'-pete' (bagi orang yang masih asing dari suasana Sulawesi Selatan itu istilah untuk oplet). Saya dapat belajar dan merasakan hidup berdemokrasi dengan naik pete'-pete' ini. Dari berpete'-pete' ini saya belajar dan merasakan bahwa berdemokrasi itu tidaklah identik dengan suara lebih/terbanyak. Apabila orang naik pete'-pete' bergaris kuning, yaitu jalur Sentral - Ujung Pandang Baru, tatkala tiba di simpang tiga di depan Masjid Syura Ujung Pandang Baru, sang supir pete'-pete' selalu bertanya: "Ada yang mau terus?". Apabila ada satu orang saja, tidak perduli siapa orangnya, laki-laki atau perempuan, anak-anak, remaja atau orang tua mengatakan: "terus", maka biarpun semua penumpang lain yang memenuhi pete'-pete' itu, ingin memintas dengan belok kanan di sisi Kantor Kecamatan Tallo', namun sang supir pete'-pete' akan jalan terus, tidak berbelok ke kanan. Terkadang ada pula penumpang yang merasa malu kalau hanya dirinya seorang, pete'-pete' akan jalan terus, lalu ia minta diturunkan di simpang tiga itu, untuk kemudian berjalan kaki sepemanah atau sepelempar lembing jauhnya. Inilah demokrasi, kedaulatan rakyat di atas pete'-pete'. Rakyat yang banyak tidak bersikap tirani mayoritas, mengalah kepada satu orang warga. Rakyat yang sedikit "tahu diri" merasa malu untuk menjadi tirani minoritas.
Itulah yang saya katakan di atas itu belajar dan merasakan kedaulatan rakyat di atas pete'-pete'. Rakyat yang lebih banyak jumlahnya yang ingin belok kanan mengalah secara ikhlas, tidak menggerutu, menuruti keinginan rakyat yang jumlahnya lebih kecil. Mengapa yang mayoritas itu secara ikhlas mengalah kepada minoritas? Karena memang jalur Sentral - Ujung Pandang Baru itu mesti terus. Jalur itulah yang merupakan konstitusi bagi rakyat dalam "negara" kecil yang berwilayah pete'-pete' itu. Sebaliknya yang minoritas yang jumlahnya tidak signifikan (hanya seorang-dua) "tahu diri", merasa malu untuk menjadi tirani minoritas.
***
Para elit partai-partai gurem perlu belajar bersikap "tahu diri" dari penumpang pete'-pete' yang minoritas yang tidak signifikan yang merasa malu itu menjadi tirani minoritas. Dengan adanya 27 orang anggota KPU dari partai-partai gurem itu yang tidak mau bertanda-tangan itu, berarti mereka yang hanya sekitar 6 % suaranya itu memaksakan kehendak, alias tidak malu menjadi tirani minoritas. Dalam acara pro-kontra di TPI alasan yang dikemukakan oleh seorang peserta dari partai gurem untuk menjustifikasi mengapa tidak mau bertanda-tangan, dengan mengulur-ulurkan kitab UU, ia merepet bahwa Pemilu ini tidak Jurdil karena banyak terjadi kecurangan. Namun ia tidak menjelaskan banyaknya berapa, jenis kecurangannya bagaimana. Apakah orang dapat mengatakan bahwa ras negro itu berkulit putih karena Michael Jackson berkulit putih dan boleh juga ditambah lagi dengan semua orang negro berkulit putih karena karena kuku dan gigi mereka itu putih?
***
Sejak perhitungan suara masih berlangsung dan tatkala terlihat kecenderungan PDIP mendapatkan suara yang menempatkannya pada kedudukan nomor satu, maka masyarakat dibentuk opininya oleh kebanyakan pers bahwa secara de facto Megawati telah menjadi presiden, tinggal hanya diformalkan melalui Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat. Pernyataan kuantitatif gradual "nomor satu" itu diterjemahkan ke dalam pernyataan kualitatif "menang". Bahkan Megawati sendiri dalam pidato politiknya mempunyai pandangan yang demikian itu pula. Seharusnya sebagai calon presiden mesti faham bahwa kemenangan dalam Pemilu tidaklah selamanya identik dengan de fakto menjadi presiden, seniora el presidente. Kesengajaan mempergunakan pernyataan kualitatif "kemenangan" sesungguhnya adalah sebuah rekayasa yang menghasilkan sebuah kepalsuan (fallacy, misleading). Betapa tidak! Cobalah pakai pernyataan kuantitatif yang dapat menunjukkan obyektivitas, yaitu PDIP menempati posisi nomor satu dengan mengumpul suara 33,7%. Dengan angka 33,7% itu untuk lembaga DPR saja, apatah pula MPR, Megawati belum boleh berbangga diri seperti yang diekspresikannya dalam pidato politiknya. Megawati haruslah "tahu diri", PDIP menempati posisi nomor satu itu disebabkan oleh simpati yang didapatkannya karena "dianiaya" oleh rejim Orde Baru. Megawati, seperti para elit partai-partai gurem itu, perlu belajar kepada penumpang pete'-pete' dalam konteks sikap "tahu diri".
Pernyataan kualitatif "menang" tidak mempunyai arti sama sekali jika diterjemahkan dalam pernyataan kuantitatif 33,7% < 50% dalam forum DPR, apatah pula dalam forum MPR. Lain halnya dengan permainan sepak bola, kemenangan dalam pernyataan kualitatif, apakah itu skor 1 - 0, atau 7 - 0, atau secara umum m - n (m > n). Pemilu tidak sama dengan permainan sepak bola.
Megawati selayaknya jangan lekas berbangga sebagai pemenang dengan angka 33,7%. Nabi Muhammad RasuluLlah SAW sewaktu berhasil memenangkan penduduk Makkah dalam nuansa kedamaian lahir dan bathin, diperintahkan Allah untuk tidak berbangga diri, seperti FirmnanNya:
-- FSBh BhMD RBK WASTGHFH (S. ALNSHR, 3), dibaca: fasabbih bihamdi rabbika wastaghfirhu, artinya maka bertasbihlah, bertahmidlah dan istighfarlah. Sedangkan kepada seorang Nabi yang mulia disuruh demikian, apatah pula hanya seorang biasa seperti Megawati. Tidaklah pantas Megawati berbangga diri seperti dinyatakannya dalam pidato politiknya itu. Masih sangat jauh untuk dapat meraih kedudukan sebagai seniora el presidente. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 1 Agustus 1999