Sehubungan dengan Seri 837, saya mendapat pula pertanyaan/sanggahan dari Abd Kadir sang muallaf, demikian sanggahannya: "Saya baca dalam ayat 31 S. Al-Muddatstsir, yang artinya: Dan tiada kami jadikan Penjaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir. Jadi angka 19 itu adalah jumlah malaikat Penjaga Neraka."
Baiklah saya akan coba menjawabnya (sekali lagi saya minta maaf kepada para pembaca, karena substansi ini sangat spesifik). Pada suatu waktu Al-Walid ibn Al-Mughirah datang kepada Nabi Muhammad SAW, maka Nabipun membaca beberapa ayat Al-Quran. Rupanya bunyi atau isi ayat itu dapat menguasai pikiran Al Walid. Ketika Abu Jahl mendapat kabar bahwa Al Walid mulai terpengaruh, segera ia menemui Al-Walid. Provokator Abu Jahl mengejek-ejek Al-Walid untuk membangkitkan jiwa angkuh Al-Walid. Mendengar ejekan itu Al-Walidpun berkata: 'Orang Quraisykan tahu bahwa tak seorang juga di antara kaum (orang Quraisy) ini yang lebih pandai dari aku tentang syair, nyanyi ataupun kalimat jampi-jampi." Kata Abu Jahl pula: "Kaummu tidak akan senang, kalau engkau tidak membuat satu kata ejekan tentang Muhammad itu." Sehabis berpikir Al-Walid berkata: "Yang dikatakan Muhammad itu tak lain dari sihir yang diterimanya dari orang lain. Itu tidak lain hanya ucapan manusia belaka." Tak lama kemudian, Allah menurunkan paket ayat (11 s/d 30) dalam surah al Muddatstsir."
Dari Asbabun Nuzul (latar belakang turunnya ayat) tersebut dapatlah kita simpulkan bahwa kalimat topik dalam paket ayat (11 s/d 30) adalah ayat (24) dan (25), yang artinya: "Lalu dia berkata: Ini tidak lain dari sihir yang dipelajari. Ini tidak lain dari perkataan basyar."
Kata basyar ini tidak diterjemahkan, sebab kita akan mengungkapkan ma'nanya dengan cara mempergunakan Al-Quran sebagai kamus (prinsip ayat menjelaskan ayat). Adapun ayat-ayat yang mengandung kata basyar dalam Al-Quran adalah seperti berikut:
(3:47), (3:79), (5:18), (6:91), (11:27),
(12:31), (14:10), (14:11), (15:28), (15:33),
(16:103), (17:93), (18:110), (19:17), (19:20),
(19:26), (21:3), (21:34), (23:24), (23:33),
(23:34), (23:47), (25:54), (26:186), (30:20),
(38:71), (41:6), (42:51), (54:24), (64:6), (74:25),
(74:29), (74:31), (74:36).
Dari ke-37 ayat yang mengandung kata basyar, 4 di antaranya dalam surah al Muddatstsir. Dari hasil observasi jelaslah bahwa menurut pengertian yang diberikan oleh Al-Quran sendiri yang digunakan sebagai kamus, kata basyar berarti makhluk manusia yang berdarah daging yang makan dan minum, berkembang biak, mempunyai keturunan dan berkeluarga yang masih hidup di atas muka bumi ini.
Mari kita fokuskan kepada ayat-ayat ini, yang artinya:
(26)Aku akan memasukkannya ke dalam Saqar. (27)Tahukah kamu apakah Saqar itu. (28)Tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. (29)Sengatan bagi basyar. (30)Padanya sembilan belas.
Karena basyar adalam manusia yang msih hidup di atas bumi ini, maka hanya orang mati saja yang akan dimasukkan Allah ke dalam neraka Saqar, sehingga 'alayha (padanya) dalam ayat (30) tidaklah menunjuk neraka Saqar.
Maka pertanyaan yang timbul adalah: sengatan bagi basyar itu berupa apa? Perhatikanlah Firman Allah, yang artinya: Sesungguhnya telah Kami turunkan Al-Dzikr (Al-Quran) dan seungguhnya Kami memeliharanya (S. AlHiJr, 15:9). Cara Allah memelihara Al-Quran salah satunya ialah: 'Alayhaa Tis'ata 'Asyar, Padanya sembilan belas. Allah SWT memberikan kepada kita alat kontrol berupa sistem keterkaitan matematis angka 19, disingkat dengan "sistem-kontrol angka 19". Yang dikontrol adalah jumlah bilangan dalam Surah, ayat, bahkan huruf. Jadi sengatan bagi basyar bermakna siapa saja basyar yang mencoba untuk mengatakan bahwa Al-Quran itu karangan manusia seperti ucapan Al-Walid ibn Al-Mughirah yang menjadi topik paket ayat (11 s/d 30), yaitu ayat (24,25), atau mengganggu kemurnian Al-Quran, maka kepadanya diberi sengatan dengan "sistem-kontrol angka 19", 'Alayhaa Tis'ata 'Asyar.
Yang ditunjuk oleh ha (=nya) dalam 'Alayha Tis'ata 'Asyar adalah muannats (gender perempuan), sehingga semua kitab-kitab tafsir mengatakan bahwa yang ditunjuk itu adalah neraka dan angka 19 adalah jumlah malaikat penjaga neraka, yaitu dikaitkan pada ayat (31) seperti yang dikemukakan Abd. Kadir di atas itu.
Ada enam keberatan mengenai ayat (30) dikaitkan dengan ayat (31), yaitu:
Pertama, ayat (11 s/d 30) merupakan satu paket, artinya tatkala paket ayat tsb baru diturunkan, belum ada ayat (31), jadi bagaimana bisa ha (nya) dalam ayat (30) menunjuk kepada ayat (31)
Kedua, neraka dalam ayat (31) menunjuk kepada neraka pada umumnya, sedangkan ayat (26) hanya menunjuk kepada neraka yang khusus yaitu Saqar.
Ketiga, angka 19 tidak menunjuk substansi tertentu, 19 adalah murni bilangan.
Keempat, setelah mengadakan pelacakan makna kata basyar dengan Al Quran yang dijadikan kamus, kata basyar jelas-jelas berarti ciptaan Allah yang masih hidup di atas muka bumi ini. Hanya manusia celaka yang sudah mati saja yang akan menghuni neraka Saqar. Jadi basyar tidak disengat oleh neraka Saqar, maka dhamir ha (kata ganti nya) tidaklah menunjuk neraka Saqar dalam ayat (26). Sehingga ha menunjuk pada ayat sebelumnya, yaitu ayat (24) dan (25) yang berupa kalimat topik dalam paket ayat (11 s/d 30),
Kelima, jika ayat 'Alayha Tis'ata 'Asyar, padanya sembilan belas, menunjuk pada neraka Saqar, maka tuduhan Al-Walid bahwa Al- Quran adalah sihir yang dipelajari dan itu adalah ucapan manusia, tidaklah terjawab sama sekali.
Keenam, maka ha dalam kata alayha menunjuk pada yang muannats (perempuan) dalam ayat (24,25) yaitu bagian Al-Quran, berupa: surah, dan bagian surah yaitu ayat, dan bagian ayat yaitu kalimat dan bagian kalimat yaitu kata dan bagian kata yaitu huruf. Alhasil, angka 19 bukanlah jumlah malaikat Penjaga neraka. WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 27 Juli 2008
27 Juli 2008
[+/-] |
838. 19 Malaikat Penjaga Neraka ? |
20 Juli 2008
[+/-] |
837. Apa Hikmah Tulisan Bashthatan Dengan Sin di atas Shad? |
Barulah saya menjawab pertanyaan Abd Kadir, seorang muallaf, melalaui e-mail seperti pada judul di atas. Saya minta maaf kepada pembaca, karena materi tsb sangat spesifik, namun saya jawab dalam kolom ini, karena selain penanya, kiranya perlu juga untuk diketahui oleh khususnya ummat Islam yang awwam (akar rumput), lebih terkhusus para muallaf.
Sebelum menjawab tertanyaan tsb, terlebih dahulu dikemukakan hal-hal yang berikut:
Firman Allah:
-- ANA NhN NZLNA ALDzKR WANA LH LhFZHWN (S. ALhJR, 15:9), dibaca:
-- inna- nahnu nazalnadz dzikra wainna- lahu- laha-fizhu-n, artinya:
-- Sesungguhnya telah Kami turunkan Al Dzikr dan sesungguhnya Kami memeliharanya.
Wahyu verbal (ayat Qawliyah) selain ditulis oleh para penulis wahyu/ayat yang ditunjuk sendiri oleh Nabi SAW semasa hidup beliau, juga dihapal oleh banyak shahabat beliau. Ada dua cara pemeliharaan Al-Dzikr, yaitu:
1) Al-Dzikr dalam wujud Bacaan (Al-Quran) berupa hafalan,
2) Al-Dzikr dalam wujud Teks tertulis (Al-Kitab) berupa Mushhaf Rasm Al 'Utsmaniy (Teks Ejaan 'Utsmani)
1) Nabi SAW memerintahkan pembacaan ayat-ayat Al Qur'an dalam shalat dan menganjurkan tadarrus Al Qur'an dalam setiap keluarga Muslim, khususnya dalam bulan Ramadhan. (Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dll). Adalah fakta bahwa tidak kurang ummat Islam bahkan anak-anak yang bisa hafal Al-Quran. Dan juga adalah fakta sejarah bahwa setiap bulan Ramadhan dalam shalat tarwih setiap malam dibaca 1 juz oleh Imam Tarwih di Masjidil Haram di Makkah yang dihadiri oleh seluruh ummat Islam dari segala penjuru dunia. Ada saja penyimpangan Imam dalam pembacaannya itu, akan ditegur/dibetulkan oleh makmum, karena wajib hukumnya makmum yang shalat di belakang imam membetulkan kesalahan bacaan Imam, dan dengan demikian Al-Quran tetap terpelihara.
2) Teks tertulis dipelihara oleh Sistem Kontrol Keterkaitan matematis sistem 19. Bagaimana pula itu?
Al Walid ibn Al Mughirah pernah berkata: Al Quran itu tidak lain hanya perkataan manusia. Ucapan Al Mughirah itu terpateri dalam Al Quran:
-- AN HDZA ALA QWL ALBSYR (S. ALMDTSR, 74:25), dibaca:
-- in ha-dza- illa- qaulul basyari (s. almuddatstsir), artinya:
-- Ini tidak lain hanya perkataan manusia.
Maka kepada Al Mughirah yang dahulu, dan semacam Al Mughirah dewasa ini serta yang akan datang, yang bervisi Al Quran itu "man made", Allah memberikan "sengatan", seperti sengatan neraka Saqar, dalam FirmanNya:
-- LWAht LLBSYR (S. ALMDTSR, 74:29), dibaca:
-- lawwa-hatul lilbasyar, artinya:
-- sengatan bagi manusia.
Berupa apa itu sengatan? Yaitu bilangan keterkaitan angka 19 seperti FirmanNya:
-- 'ALYHA TS'At 'ASYR (S. ALMDTSR, 74:30), dibaca:
-- 'alaiha- tis'ata 'asyara, artinya:
-- Padanya 19.
Demikianlah Allah SWT memberikan kepada kita alat kontrol berupa sistem keterkaitan matematis angka 19, disingkat dengan "sistem-kontrol angka 19". Yang dikontrol adalah ha (nya) yang muannats (gender perempuan), yaitu jumlah bilangan dalam Surah, ayat, bahkan huruf.
***
Selanjutnya akan dikemukakan Sistem alMuqaththa'aat. Bagaimana pula itu?
Al-Muqaththa'aat adalah potongan-potongan (dari Qaf, Tha, 'Ain, qatha'a, memotong) huruf-huruf yang terdapat dalam pembukaan surah-surah sesudah kalimah Basmalah, seperti misalnya alif-lam-mim. Yang dikemukakan dalam seri ini hanya Al-Muqaththa'aat yang relevan dengan pertanyaan seperti judul di atas.
Al-Muqaththa'aat Alif, Lam, Mim, Shad dalam surah al-A'raaf:
Huruf | Jumlah |
Alif | 2572 |
Lam | 1523 |
Mim | 1165 |
Shad | 98 |
Jumlah | 5358 = 282 x 19 |
Huruf persekutuan Shad dalam ketiga surah al-A'raaf, Maryam dan Shad:
Nama Surah | Jumlah huruf Shad |
al-A'raaf | 98 |
Maryam | 26 |
Shad | 28 |
Jumlah | 152 = 8 x 19 |
Pada waktu Jibril datang kepada Nabi Muhammad SAW membawa ayat tersebut, Jibril menginstuksikan kepada Nabi Muhammad SAW agar menyuruh tulis Bashthatan dengan huruf Shad walaupun sebenarnya barus dibaca dengan bunyi sin, dan untuk itu harus dibubuhkan huruf Sin kecil di atas huruf Shad. Kata yang sama artinya dituliskan dengan Sin pada Basthatan dalam surah al-Baqarah ayat 247, karena memang harus dibaca kata itu dengan bunyi Sin. Jika ada tangan gatal mengadakan "improvisasi" menyamakan ejaan kedua kata Bashthatan dengan Basthatan itu menjadi Basthatan dengan pertimbangan menyeragamkan ejaan, maka akan dikontrol oleh sistem kelipatan 19 dalam kombinasi huruf-huruf Alif, Lam, Mim, Shad dalam surah al-A'raaf itu, akan susut menjadi 5357, yang bukan kelipatan 19, karena kekurangan satu huruf Shad. Juga huruf Shad persekutuan dari ketiga Surah: al-A'raaf, Maryam, Shad, akan susut menjadi 151 yang bukan kelipatan 19 . AlhamduliLlah dalam semua Al Quran (termasuk cetakan Indonesia) tidak ada yang lalai, semuanya dituliskan kata Bashthatan dengan huruf Shad yang di atasnya dibubuhkan huruf Sin dalam ayat 69 surah al-A'raaf.
***
Pertanyaan Abd Kadir yang muallaf itu seperti pada judul di atas tsb, sangat relevan dan tidak kurang pula pentingnya. Mengapa? Karena dewasa ini para orientalis yang membenci Islam dan ummat Muslimin, sedang sengit-sengitnya menyerang Al-Quran Mushhaf 'Utsmani, bahwa itu tidak otentik. Bukan para orientalis tersebut saja yang menyerang keotentikan Mushhaf 'Utsmani, namun para benggolan yang menamakan diri Islam Liberal turut pula dalam aktivitas itu. Cukup di sini saya sebutkan dua orang di antaranya, yaitu: Luthfi Asysyaukani, yang Editor Jaringan Islam Liberal (JIL) menulis al: "Alquran kemudian mengalami berbagai proses 'copy-editing' oleh para sahabat, tabi'in." Taufik Adnan Amal, dosen IAIN (sekarang UIN) Alauddin Makassar, aktivis JIL, al menulis: "Bagi rata-rata sarjana Muslim, keistimewaan rasm utsmani merupakan pandangan yang merupakan mitos. Tulisan kedua orang tersebut sudah dengan sendirinya disungkurkan oleh ejaan kata Bashthatan Dengan Sin di atas Shad yang tetap terpelihara hingga sekarang ini dan insya-Allah sampai hari kiamat. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 20 Juli 2008
13 Juli 2008
[+/-] |
836. Ungkap-Korupsi vs Pencemaran Nama Baik |
Ali Arifin, yang anggota Komisi D DPRD Makassar, telah membulatkan tekadnya melakukan "ungkap-korupsi", melaporkan dugaan penyelewengan yang telah dilakukan rekannya, sesama wakil rakyat. Ia telah menyerahkan sebundel data yang memperkuat indikasi terjadinya korupsi DPRD Makassar kepada pengurus Komite Pemantau Legislatif (Kopel) Sulselbar, di sekretariatnya, Jl Batua Raya IX. Koordinator Kopel Sulselbar, Syamsuddin Alimsyah berjanji akan segera menindaklanjuti laporan tersebut. Dia mengatakan data-data yang baru diterima itu segera dikirim ke Badan Pekerja Kopel untuk segera dikaji.
Upaya intimidasi yang diterima politisi PKS Ali Arifin justru membuatnya kian tegas. Kepada Ali, pengasuh kolom ini menitipkan Firman Allah:
-- YAaYHA ALDzYN aAMNWA KWNWA QWAMYN LLH SyHDAa BALQSTh WLA YRJMNKM SyNAN QWM 'ALY ALA T'ADLWA A'ADLWA HW AQRB LLTQWY WATQWA ALLH AN ALLH KhBYR BMA T'AMLWN (S.ALMAaDt, 5:8), dibaca:
-- ya-ayyuhal ladzi-na a-manu- ku-nu- qawwami-na lilla-hi syuhada-a bilqisthi wa la- yarjimannakum syana-nu qaumin 'ala- alla- ta'dilu- I'dilu- huwa aqrabu littaqwa- wattaquLla-ha innaLla-ha khairum bima- ta'malu-n, artinya:
-- Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi yang adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjalkan.
Menjadi saksi yang adil, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa, itulah hendaknya yang senantiasa dipegang teguh oleh Ali, sehingga intimidasi yang diterimanya itu tidak akan mempan menyurutkan tekadnya untuk menjadi pelapor kasus korupsi yang data-datanya telah diserahkan kepada pengurus Kopel tersebut. Upaya Ali Airifn tersebut secara faktual mendapat dukungan luas. Sejumlah pihak menyatakan siap mendampingi Ali hingga ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Para pendukung Ali di antaranya Abdul Aziz Qahhar Muzakkar, (anggota DPD RI asal Sulsel) Reza Ali (Ketua Partai Demokrat Sulsel) Djusman AR (LP Sibuk), Selle KS Dalle (Koordinator Rumah Aspirasi DPD Sulsel). "DPD siap mendorong ke KPK. Saya sangat siap untuk mengambil peran," tulis Aziz Qahhar dalam short message service (sms) kepada Fajar, Jumat (20/6). "Kami siap mendukung untuk kepentingan rakyat," timpal Reza Ali, juga melalui SMS. Selle menambahkan, bahwa dia sudah melakukan koordinasi dengan Kopel Sulsel terkait dukungan terhadap perjuangan Ali Arifin.
Dukungan luas itu perlu, karena menurut SunnatuLlah setiap aksi akan menimbulkan perlawanan berupa reaksi. Pelapor ungkap-korupsi tidak jarang mndapatkan perlawanan dari yang dilapor berupa pengaduan pencemaran nama baik. Ini bukan karangan kosong (wishful thinking), melainkan berdasarkan fakta. Ilustrasi di bawah ini menunjukkan hal itu.
***
Ungkap-Korupsi Pengadaan Buku Rp 1,6 Miliar, Ketua DPRD Bengkulu bahkan divonis masuk bui
Senin, 07 Juli 2008
BENGKULU - Ironi terjadi di dunia hukum Bengkulu. Ketua DPRD Kota Bengkulu Ahmad Zarkasi SP (Kader Partai Ke'adilan Sejahtera) yang mengungkap dugaan korupsi proyek pengadaan buku Diknas malah dijebloskan ke penjara. Hukuman tersebut harus diterima setelah dia dilaporkan dengan tuduhan pencemaran nama baik. Atas tindakannya itu, dia divonis bersalah dengan
hukuman satu bulan penjara.
Sedangkan laporan korupsi yang disampaikan tidak jelas penyelidikannya. "Mengapa bukan kasus korupsinya yang diusut dulu. Jika tidak terbukti, baru pencemaran nama baiknya yang diperiksa," sesalnya, sesaat sebelum eksekusi putusan pengadilan atas dirinya kemarin (6/7). Sejak pukul 19.15 Jumat malam lalu, politisi PKS itu resmi menjalani masa hukumannya di Lapas Kelas II A Malabero. Dia ''diantar'' Kasi Pidum Kejari Bengkulu Fauzi SH dan Kasi Penyidikan Kejati Bengkulu yang juga menjadi
jaksa penuntut umum kasusnya, Agus Irawan.
Insiden kecil terjadi saat Zarkasi hendak dinaikkan ke mobil tahanan kejaksaan. Ban kiri depan mobil yang diparkir di depan rumah dinas Zarkasi tiba-tiba meletus. "Ini bukan kesengajaan. Mungkin pertanda Zarkasi tidak boleh dieksekusi," kata anggota DPRD Kota Bengkulu Irman Sawiran. Setiba di lapas, puluhan kader PKS menyambut Zarkasi dengan bentangan spanduk. ''Ketua DPRD mengungkap kasus korupsi Rp 1,6 M justru dipenjara, di mana keadilan itu.''
Sebelum menuju lapas, Zarkasi sempat mengadakan jumpa pers. Sambil memegang Al-qQran, bapak delapan anak itu mengungkapkan kekecewaannya atas sikap aparat hukum Bengkulu. Kasus pencemaran nama baik terlebih dahulu, sementara dugaan korupsi diabaikan. Meski belakangan BPK menjelaskan ada dugaan penyimpangan dana dalam proyek tersebut sebesar Rp 1,5 miliar. (sumber: jawapos)
***
Mudah-mudahan saja apa yang terjadi di Bengkulu itu tidak terjadi di Makassar ini. Sikap aparat hukum Bengkulu yang memproses pencemaran nama baik terlebih dahulu ketimbang memproses kasus korupsi, sungguh-sungguh tidak dapat diterima, itu bertentangan dengan kata hati nurani yang bersih dan bertentangan dengan pertimbangan akal sehat. Mengapa?
Pertama, tabuh genderang perang terhadap korupsi sedang sengitnya dipukul bertalu-talu.
Kedua, kepentingan orang banyak (memproses korupsi) harus didahulukan ketimbang kepentingan perseorangan (pencemaran nama baik)
Ketiga, menurut logika sehat, pencemaran nama barulah diproses, jika kasus korupsi tidak terbukti. WaLlahu a'lamu bisshawab.
***
Makassar, 13 Juli 2008
6 Juli 2008
[+/-] |
835. Bukan Karena Kelerengnya Tetapi Permainannya |
Jubir Komite Bangkit Indonesia (maaf, lupa namanya yang baru sekali itu muncul, dan saya malas mencatatnya waktu itu) dalam talk show di media elektronika pada malam Kamis ybl (2/7-'08), menuduh Pemerintah cq polisi bertindak represif karena adanya perbedaan pendapat antara Pemerontah SBY-JK vs pendapat Komite Bangkit Indonesia (KBI). Namun sebaliknya Jubir Pemrintah, Andi Alfian Mallarangang (AAM), menepis pendapat Jubir KBI tsb, bahwa itu bukan karena perbedaan pendapat, melainkan dalam hal penghasutan, pembakaran, dan perusakan dalam hubungannya dengan unjuk rasa yang anarkis di depan Gedung DPR dan Kampus Universitas Atmajaya, Selasa yang silam, yang merugikan banyak pihak. Bayangkan, selain jatuh korban luka, mobil dibakar, menimbulkan kemacetan, pagar megah Gedung Wakil Rakyat pun jebol. Pagar setinggi empat meter dan panjang 523 meter itu dibangun pada tahun 2006 dengan biaya sekitar Rp 4 miliar. Singkatnya apa yang dipaparkan oleh AAM bukan perbedaan pendapat (baca: kelereng), melainkan cara unjuk rasanya (baca: permainannya). Judul "Bukan Karena Kelerengnya Tetapi Permainannya" itu ditimba dari pepatah Belanda: "Het gaat niet om de knikker maar om het spel."
***
Untuk dapat menilai apakah itu kelereng atau permanan, elok kiranya dikemukakan dahulu siapa itu Sekjen KBI yang juga Ketua Umum Dewan Tani Indonesia, Ferry Sonneville, eh salah, itukan nama salah seorang di antara para pahlawan Tim Bulu Tangkis Indonesia yang mula pertama memboyong Thomas Cup ke Indonsia, mestinya Ferry Juliantono yang dahulu adalah juga aktivis Forum Kota (Forkot). Asal tahu saja itu Forkot adalah ahli dalam membentrokkan mahasiswa yang berdemo melawan polisi, yaitu memprovokasi Polisi sehingga naik pitam (maklum polisi itu mansusia juga, bukan malaikat, mana tahan dimaki-maki, ya seperti AKKBB yang memaki-maki FPI, yang juga bukan malaikat).
Sekadar refreshing, menjelang sidang Istimewa (SI) MPR 1998, mahasiswa yang menyuarakan aspirasi murni secara damai itu dibawa larut dalam bentrokan dengan polisi, oleh mahasiswa radikal yang berupaya menggagalkan SI MPR. Mengapa? Gerakan murni mahasisiwa disusupi oleh mahasiswa radikal berintikan Forkot, yang ingin memebentuk Komite Rakyat. Tehnik (bukan teknik) mahasiswa radikal ini membentrokkan pengunjuk rasa dengan polisi, yaitu dengan cara menyusup ke dalam para mahasiswa pengunjuk rasa yang masih murni menyampaikan aspirasi secara damai kepada SI MPR. Mereka mengambil posisi proaktif pada bagian depan, menyaingi teriakan korlap. Setelah berdekatan dengan petugas keamanan, mereka memprovokasi mengejek, memaki-maki petugas keamanan. Setelah polisi naik pitam, mereka membuka jalan, sehingga mahasiswa yang murni hendak menyampaikan aspirasi secara damai pada lapisan di belakangnya yang menjadi korban emosi petugas keamanan.
***
Kalaulah memang masalah perbedaan pendapat pengunjuk rasa dengan Pemerintah yang menyebabkan polisi bertindak represif menurut Jubir KBI dalam talk show itu, mengapa hanya Ferry Juliantono yang dahulu aktivis Forkot yang ditahan? Dan masih dalam pencarian sejumlah oknum lain yang diduga terlibat dalam penghasutan, pembakaran, dan perusakan dalam hubungannya dengan unjuk rasa yang anarkis di depan Gedung DPR dan Kampus Universitas Atmajaya itu! Sekali lagi kalaulah memang masalah perbedaan pendapat pengunjuk rasa dengan Pemerintah dalam hal kenaikan BBM, mengapa pengunjuk rasa dari HTI, MMI tidak ditangkapi juga? Terkhusus FPI yang juga berseberangan pendapat dengan Pemerintah dalam hal BBM, ada beberapa anggotanya serta Ketua FPI dan Kepala Laskar Islam yang ditahan, bukan karena perbedaan pendapatnya dengan Pemerintah, bukan pula karena cara unjuk rasanya, melainkan karena kekerasan fisik vs kekerasan non-fisik.
Polisi sudah hampir adil dalam menindak pelanggar hukum dalam hubungannya tindak kekerasan. Dikatakan hampir adil, mengapa? Para pentolan yang di belakang layar, semacam "Ferry Juliantono"-nya AKKBB yang sengaja mengambil posisi di Monas pada 1 Juni lalu itu untuk apa? Padahal ditunjukkan oleh polisi supaya bertempat di Bundaran HI? Untuk apa, untuk apa dan untuk apa? Ibarat ayam putih terbang siang hinggap di kayu ranggas, sangat jelas untuk apa? Untuk dapat memprovokasi FPI. Terhadap FPI ini bukan karena kelerengnya, bukan juga pada permainannya, melainkan dalam rangka skenario untuk character assassination (pembunuhan karakter) atas FPI. Tindak kekerasan fisik dari FPI adalah akibat/reaksi, sedangkan penyebabnya/aksi adalah kekerasan non-fisik dari pihak AKKBB yang sengaja mengambil posisi di Monas dalam 1 Juni 2008 yang lalu.
Dihimbau supaya polisi tidak "melupakan" para pelaku intelektual kekerasan non-fisik dari AKKBB yang sengaja melanggar ketentuan polisi supaya tidak mengambil posisi di Monas. Manusia bukan malaikat, betapapu sabarnya manusia itu tidak akan tahan terhadap kekerasan non-fisik dimaki-maki, ya, seperti pada petugas keamanan menghadapi ulah Forkot dalam tahun 1998 yang lalu itu. Sekali lagi dihimbau supaya polisi betul-betul adil dalam hal menindak para pelanggar norma hukum. Firman Allah:
-- AN ALLH YaMR BAL'ADL WALAhSN (S. ALNhL, 16:90), dibaca:
-- innaLla-ha ya'muru bil'adli walihsa-n (tanda – dipanjangkan membacanya), artinya:
-- Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat ihsan
Yang dimaksud berbuat ihsan, Yaitu mereka yang dengan ikhlas memberikan kepada orang lain hak yang berlebihan atau memilih kewajibannya lebih besar dari haknya. Contohnya, bapak-bapak dengan ikhlas memberikan hak kepada ibu-ibu adanya Hari Ibu dengan tidak menuntut adanya Hari Bapak. Seorang suami yang dengan ikhlas mengganti popok bayinya. Bukankah mengganti popok itu kewajiban sang isteri? Sang suami menambah kewajibannya mengganti popok, karena bayinya menangis-nangis, pada hal sang isteri sedang berkadahajat di WC. WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 6 Juli 2008