20 Juli 2008

837. Apa Hikmah Tulisan Bashthatan Dengan Sin di atas Shad?

Barulah saya menjawab pertanyaan Abd Kadir, seorang muallaf, melalaui e-mail seperti pada judul di atas. Saya minta maaf kepada pembaca, karena materi tsb sangat spesifik, namun saya jawab dalam kolom ini, karena selain penanya, kiranya perlu juga untuk diketahui oleh khususnya ummat Islam yang awwam (akar rumput), lebih terkhusus para muallaf.

Sebelum menjawab tertanyaan tsb, terlebih dahulu dikemukakan hal-hal yang berikut:
Firman Allah:
-- ANA NhN NZLNA ALDzKR WANA LH LhFZHWN (S. ALhJR, 15:9), dibaca:
-- inna- nahnu nazalnadz dzikra wainna- lahu- laha-fizhu-n, artinya:
-- Sesungguhnya telah Kami turunkan Al Dzikr dan sesungguhnya Kami memeliharanya.

Wahyu verbal (ayat Qawliyah) selain ditulis oleh para penulis wahyu/ayat yang ditunjuk sendiri oleh Nabi SAW semasa hidup beliau, juga dihapal oleh banyak shahabat beliau. Ada dua cara pemeliharaan Al-Dzikr, yaitu:

1) Al-Dzikr dalam wujud Bacaan (Al-Quran) berupa hafalan,
2) Al-Dzikr dalam wujud Teks tertulis (Al-Kitab) berupa Mushhaf Rasm Al 'Utsmaniy (Teks Ejaan 'Utsmani)

1) Nabi SAW memerintahkan pembacaan ayat-ayat Al Qur'an dalam shalat dan menganjurkan tadarrus Al Qur'an dalam setiap keluarga Muslim, khususnya dalam bulan Ramadhan. (Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dll). Adalah fakta bahwa tidak kurang ummat Islam bahkan anak-anak yang bisa hafal Al-Quran. Dan juga adalah fakta sejarah bahwa setiap bulan Ramadhan dalam shalat tarwih setiap malam dibaca 1 juz oleh Imam Tarwih di Masjidil Haram di Makkah yang dihadiri oleh seluruh ummat Islam dari segala penjuru dunia. Ada saja penyimpangan Imam dalam pembacaannya itu, akan ditegur/dibetulkan oleh makmum, karena wajib hukumnya makmum yang shalat di belakang imam membetulkan kesalahan bacaan Imam, dan dengan demikian Al-Quran tetap terpelihara.

2) Teks tertulis dipelihara oleh Sistem Kontrol Keterkaitan matematis sistem 19. Bagaimana pula itu?
Al Walid ibn Al Mughirah pernah berkata: Al Quran itu tidak lain hanya perkataan manusia. Ucapan Al Mughirah itu terpateri dalam Al Quran:
-- AN HDZA ALA QWL ALBSYR (S. ALMDTSR, 74:25), dibaca:
-- in ha-dza- illa- qaulul basyari (s. almuddatstsir), artinya:
-- Ini tidak lain hanya perkataan manusia.

Maka kepada Al Mughirah yang dahulu, dan semacam Al Mughirah dewasa ini serta yang akan datang, yang bervisi Al Quran itu "man made", Allah memberikan "sengatan", seperti sengatan neraka Saqar, dalam FirmanNya:
-- LWAht LLBSYR (S. ALMDTSR, 74:29), dibaca:
-- lawwa-hatul lilbasyar, artinya:
-- sengatan bagi manusia.

Berupa apa itu sengatan? Yaitu bilangan keterkaitan angka 19 seperti FirmanNya:
-- 'ALYHA TS'At 'ASYR (S. ALMDTSR, 74:30), dibaca:
-- 'alaiha- tis'ata 'asyara, artinya:
-- Padanya 19.

Demikianlah Allah SWT memberikan kepada kita alat kontrol berupa sistem keterkaitan matematis angka 19, disingkat dengan "sistem-kontrol angka 19". Yang dikontrol adalah ha (nya) yang muannats (gender perempuan), yaitu jumlah bilangan dalam Surah, ayat, bahkan huruf.

***

Selanjutnya akan dikemukakan Sistem alMuqaththa'aat. Bagaimana pula itu?
Al-Muqaththa'aat adalah potongan-potongan (dari Qaf, Tha, 'Ain, qatha'a, memotong) huruf-huruf yang terdapat dalam pembukaan surah-surah sesudah kalimah Basmalah, seperti misalnya alif-lam-mim. Yang dikemukakan dalam seri ini hanya Al-Muqaththa'aat yang relevan dengan pertanyaan seperti judul di atas.

Al-Muqaththa'aat Alif, Lam, Mim, Shad dalam surah al-A'raaf:

HurufJumlah
Alif2572
Lam1523
Mim1165
Shad98
Jumlah5358 = 282 x 19


Huruf persekutuan Shad dalam ketiga surah al-A'raaf, Maryam dan Shad:
Nama SurahJumlah huruf Shad
al-A'raaf98
Maryam26
Shad28
Jumlah152 = 8 x 19

Pada waktu Jibril datang kepada Nabi Muhammad SAW membawa ayat tersebut, Jibril menginstuksikan kepada Nabi Muhammad SAW agar menyuruh tulis Bashthatan dengan huruf Shad walaupun sebenarnya barus dibaca dengan bunyi sin, dan untuk itu harus dibubuhkan huruf Sin kecil di atas huruf Shad. Kata yang sama artinya dituliskan dengan Sin pada Basthatan dalam surah al-Baqarah ayat 247, karena memang harus dibaca kata itu dengan bunyi Sin. Jika ada tangan gatal mengadakan "improvisasi" menyamakan ejaan kedua kata Bashthatan dengan Basthatan itu menjadi Basthatan dengan pertimbangan menyeragamkan ejaan, maka akan dikontrol oleh sistem kelipatan 19 dalam kombinasi huruf-huruf Alif, Lam, Mim, Shad dalam surah al-A'raaf itu, akan susut menjadi 5357, yang bukan kelipatan 19, karena kekurangan satu huruf Shad. Juga huruf Shad persekutuan dari ketiga Surah: al-A'raaf, Maryam, Shad, akan susut menjadi 151 yang bukan kelipatan 19 . AlhamduliLlah dalam semua Al Quran (termasuk cetakan Indonesia) tidak ada yang lalai, semuanya dituliskan kata Bashthatan dengan huruf Shad yang di atasnya dibubuhkan huruf Sin dalam ayat 69 surah al-A'raaf.

***

Pertanyaan Abd Kadir yang muallaf itu seperti pada judul di atas tsb, sangat relevan dan tidak kurang pula pentingnya. Mengapa? Karena dewasa ini para orientalis yang membenci Islam dan ummat Muslimin, sedang sengit-sengitnya menyerang Al-Quran Mushhaf 'Utsmani, bahwa itu tidak otentik. Bukan para orientalis tersebut saja yang menyerang keotentikan Mushhaf 'Utsmani, namun para benggolan yang menamakan diri Islam Liberal turut pula dalam aktivitas itu. Cukup di sini saya sebutkan dua orang di antaranya, yaitu: Luthfi Asysyaukani, yang Editor Jaringan Islam Liberal (JIL) menulis al: "Alquran kemudian mengalami berbagai proses 'copy-editing' oleh para sahabat, tabi'in." Taufik Adnan Amal, dosen IAIN (sekarang UIN) Alauddin Makassar, aktivis JIL, al menulis: "Bagi rata-rata sarjana Muslim, keistimewaan rasm utsmani merupakan pandangan yang merupakan mitos. Tulisan kedua orang tersebut sudah dengan sendirinya disungkurkan oleh ejaan kata Bashthatan Dengan Sin di atas Shad yang tetap terpelihara hingga sekarang ini dan insya-Allah sampai hari kiamat. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 20 Juli 2008