Idun Nahar ('Iyd An-Nahr), artinya Hari Raya menyembelih hewan qurban, sehingga disebut pula Idul Qurban ('Iyd Al-Qurbaan), dilaksanakan pada sepenggal matahari naik (al-adhhay), maka disebut pula idul Adha ('Iyd Al-Adhhay). Ada perbedaan antara qurban dgn kurban dgn korban.
Korban, hanya terkhusus atas manusia yang ditimpa musibah, bahasa Inggrisnya, victim. Mati atau tidak mati, cedera atau tidak cedera, namun mereka yang rumahnya hancur di Palestina, Afghanistan dan Iraq kena rudal para imperialis yang bengis, yaitu Israel, Amerika dan Inggris, juga disebut korban.
Kurban, yaitu pacara khurafat ritual "accera'" (mengucurkan darah), seperti contohnya kepala kerbau, atau bahkan dalam agama primitif bisa berupa manusia juga, untuk dipersembahkan kepada hantu-hantu penguasa di tempat upacara khurafat itu, ataupun untuk persembahan kepada dewa-dewa. Persembahan itu dimaksudkan agar daging dan darahnya disantap dan diminum oleh para hantu dan dewa penguasa itu. Alhasil kata kurban berarti suguhan (offering) dan sesajen yang sakral (sacrifice), dan itu dapat saja terdiri dari manusia, binatang dan makanan.
Qurban adalah bahasa Al-Quran yang dibentuk oleh akar kata 3 huruf: Qaf-Ra-Ba [QRB], dengan wazan (pola) Fa-'Ain-Lam- Alif-Nun [F'ALAN], fu'laan, menjadi [QRBAN] qurbaan, artinya dekat. Jika ditasrifkan menjadi taqarrub berarti mendekatkan diri. Seperti telah disebutkan di atas qurban ini telah diserap ke dalam bahasa Indonesia dalam bentuk korban dan kurban. Akan tetapi kata-kata korban dan kurban dalam cita-rasa bahasa Indonesia sudah menyimpang dari makna "dekat" seperti dijelaskan di atas. Namun dalam pada itu apabila [QRB] dalam bentuk qarib, yang diserap ke dalam bahasa Indonesia dalam ungkapan sahabat karib, serta bentuk tafdhil (superlatif) yaitu aqrab dalam ungkapan pergaulan yang akrab, masih terasa maknanya yang asli. Kedua kata karib dan akrab tersebut masih kental cita-rasa makna bahasa asalnya, "dekat".
***
Dalam hal permulaan puasa dan Idulfitri ada perintah spb:
-- 'An Abiy Hurayrata yaquwlu qaala nNabiyyu Sh M shuwmuw liru'yatihi wafthuruw liru'yatihi fain ghubbiya 'alaykum fakmiluw 'iddata sya'baana tsalaatsiyn, artinya:
-- Dari Abu Hurayrah (ia) berkata: Nabi SAW (telah) bersabda puasalah kamu apabila melihatnya (al Hilal) dan berbukalah apabila kamu melihatnya dan jika bulan tertutup atasmu maka sempurnakanlah bilangan Sya'ban tiga puluh (HR Bukhari).
-- FMN SyHD MNKM ALsYHR FLYSMH (s. aLBQRt, 2:185), dibaca:
-- Faman syahida minkumusy syahra falyasumhu, artnya:
-- maka siapa menyaksikan syahr (month) wajiblah ia puasa.
Jadi dalam konteks puasa dan Idul Fithri ada perintah umum kepada semua ummat Islam untuk melihat bulan sabit (HR Bukhari) atau menghitung syahr (ayat 2:185), sehingga saat mulai puasa (shuwmuw) dan Idul Fithri (wafthuruw) tergantung dari mathla', di tempat mana pada permukaan bumi ini kita berpijak, maka tidak perlu kita di Indonesia ini ataupun di mana saja harus sama dengan Makkah dalam hal waktu pelaksanaan mulai puasa ataupun Idul Fithri.
Dalam hal Idun Nahar tidak ada perintah melihat dan menghitung bulan kepada seluruh ummat Islam. Idun Nahar adalah bagian dari ibadah haji, disebut pula Lebaran Haji, sehingga penterapan metode qiyas (analogi) melihat dan menghitung hilal hanya terkhusus bagi ummat Islam di tempat pelaksanaan ibadah haji saja, yang sentralnya ialah wuquf di 'Arafah. Kantor Berita Arab Saudi SPA menyebutkan, Majelis Pengadilan tertinggi Syariah Arab Saudi telah menetapkan hari wuquf di Arafah jatuh pada hari Jumat, 29 Desember 2006, sehingga Idun Nahar 30 Desember 2006. Jadi di Indonesia dan di mana saja di permukaan bumi ini puasa sunnat 'Arafah ialah pada hari Jum'at.
Namun, di Indonesia kebanyakan menterapkan metode qiyas melihat hilal dan menghitung syahr juga dalam hal penetapan Idun Nahar. Hasilnya ialah di Indonesia 1 Dzulhijjah jatuh pada malam/hari Jum'at, sehingga Idun Nahar, 10 Dzulhijjah jatuh pada hari Ahad, 31 Desember 2006. Terjadi ganjalan di dalam qalbu --saya pakai "q", bukan "k", karena kalbu(n) berarti anjing-- kalau sehari sebelum shalat Idun Nahar melakukan puasa sunnat 'Arafah, yaitu hari Sabtu ! Sehingga dapat dimaklumi bahwa "pemerintah tidak melarang masyarakat yang hendak shalat Idul Adha pada 30 Desember 2006," itu menurut Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam, Nas(a)ruddin Umar. Yang melakukan Lebaran Haji pada hari Sabtu di antaranya: DDII, HTI dan Hidayatullah. Karena isi rumah saya puasa 'Arafah pada hari Jum'at, maka kami Lebaran Haji hari Sabtu di rumah bersama keluarga, berhubung jalan di depan rumah menganak sungai setinggi paha orang dewasa.
***
Kolom ini bertemakan, wahyu dahulu, kemudian baru akal, iman dahulu kemudian baru ilmu. Jadi tekstual dahulu baru takwil dan kontekstual.
Tekstualnya:
"Menyembelih" . Untuk menghemat tempat dituliskan artinya saja:
-- apabila telah rebah badannya (hewan sembelihan), maka makanlah sebagian darinya dan beri makanlah orang yang tidak meminta dan orang yang meminta . Tidak akan sampai kepada Allah daging-dagingnya dan tidak darah-darahnya, melainkan yang sampai kepadaNya ialah ketaqwaan kamu (22:36-37).
-- maka shalatlah bagi Maha Pemeliharamu dan sembelihlah (108:2).
-- Bersabda Nabi SAW: pertama-tama yang kita lakukan pada hari ini shalat, kemudian kita kembali, lalu menyembelih (HR Bukhari).
Takwilnya:
Allah SWT memerintahkan Isma'il diganti dengan binatang sembelihan. takwilnya menyembelih naluri kebinatangan dalam diri kita untuk taqarrub ilaLlah, mendekatkan diri kepada Allah, serta kita berkewajiban agar nilai kemanusiaan tidak diinjak-injak, yaitu kewajiban asasi manusia (KAM).
Kontekstualnya:
Karena darah dan daging hewan itu tidak sampai kepada Allah, maka orang dapat mengangkatnya ke tataran nilai berbuat baik kepada orang miskin, buat apa diberikan secara konsumtif. Dalam konteks visi produktif, lebih baik hewan Qurban itu diberikan kepada mereka itu untuk diternakkan supaya terbuka lapangan kerja. Namun pendekatan kontekstual ini bertabrakan dengan yang tekstual. Dalam hal ini akal mesti bekerja. Apabila itu dilihat dari segi pasar, maka itu sangat mempunyai nilai ekonomis. Produksi saja tanpa pasar tidak ada gunanya. Bahkan tidak kurang dalam kegiatan ekonomi harus memperluas bahkan kalau perlu menciptakan pasar. Allah SWT telah menciptakan pasar bagi peternak kelas bawah dalam bulan Dzulhijjah setiap tahun. Melalui kredit usaha tani (KUT), para peternak dapatlah berternak sapi, kambing dan biri-biri khusus "diproduksi" untuk dipasarkan sekali setahun. Dengan demikian secara kontekstual sekali-gus mempunyai nilai ekonomis, nilai sosiologis dan tidak bertabrakan dengan pendekatan tekstual. Bahkan dengan menyembelih hewan, dagingnya diberikan kepada orang miskin sekali gus terbinalah komunikasi dalam konteks psikologis, yaitu ikatan batin antara yang memberi dengan yang menerima daging yang secara langsung dapat bermakna pula sebagai nilai kesehatan, peningkatan gizi, mengkonsumsi protein. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 31 Desember 2006
31 Desember 2006
[+/-] |
760. Idun Nahar |
24 Desember 2006
[+/-] |
759. White Elephant Project |
Apa itu White Elephant Project? Yaitu sebuah proyek dengan tujuan (objective) menghasilkan kemanfaatan masyarakat (social benefit), tanpa memperhitungan keuntungan ekonomis (profit). Misalnya kapal tambang (ferry) yang menghubungkan Tanjung Bira dengan Pamatata. Tidak diharapkan betul keuntungan eknomis bahkan kalau perlu mendapat subsidi, namun social benefitnya besar sekali. Misalnya lagi di Limburg Provonsi terselatan Negeri Belanda, yang berbatasan dengan kawasan industri Ruhr di Jerman. Untuk mencegah banjirnya "commuters", penduduk melintas batas yang pulang pergi setiap hari untuk bekerja di Ruhr, maka pemerintah mendirikan pabrik yang merugi dengan tujuan untuk mengurangi commuters, namun kelihatannya tidak berhasil. Jadi White Elephant itu berbeda dengan proyek Mecu Suar, alias proyek Gagah-gagahan pada zaman Orde Lama.
Proyek Busway tergolong dalam White Elephant Project, yaitu tujuannya untuk mendapatkan social benefit dalam menata kesemrawutan lalu lintas. Para sopir Bus tidak dikejar-kejar "monyet di punggung" yaitu storan. Mereka akan digaji cukup lumayan sehingga disiplin tidak seenaknya berhenti sembarangan memungut penumpang, karena tidak mengejar target storan. Maka sudah dapat diprediksi tidak akan memperoleh keuntungan ekonomis. Dirancang Busway itu menempuh 3 koridor, yaitu ; (1) Terminal Daya-Karebosi, (2) Sungguminasa- Karebosi, dan (3) Tanjung Bunga-Karebosi.
Taqdirullah yang diungkap Newton dalam lapangan fisika, juga berlaku dalam SunnatuLlah yang berlaku dalam masyarakat, yaitu Taqdirullah dan SunnatuLlah dalam bentuk rumus Aksi = - Reaksi. Tanda kurang menyatakan arah yang terbalik, penentangan. Rancangan jalur (1) pada tgl 12 Desember 2006, hari Selasa yang baru lalu mendapat reaksi, penantangan dari para sopir pete-pete jalur Daya-Karebosi, yaitu mogok, para penumpangnya diturunkan di tengah jalan, kasihanlah perempuan tua dan anak-anak.
Ada yang menyambut gembira kenekatan Walikota Makassar, namun ada pula yang kurang gembira bahkan sama sekali tidak gembira seperti para sopir pete-pete yang mogok itu. Bahwa social benefit dalam menata kesemrawutan lalu lintas menternakkan masalah pengangguran bagi sekitar 2.000(?) orang sopir pete-pete. Pengangguran tidak telak lagi menimbulkan meningkatnya kejahatan. Perlu dipikirkan bagaimana mengurangi persaingan antara pete-pete dengan bus. Bahwa bus-bus pada Busway itu hanya beroperasi pada waktu pagi tatkala pegawai pemerintah dan karyawan perusahaan swasta masuk kerja dan anak sekolah masuk sekolah. Setelah itu pete-pete dibolehkan masuk jalur Busway sampai anak sekolah dan pegawai/karyawan pulang ke rumah.
Oleh sebab itu seiring dengan rencana White Elephant Project itu dipikirkan pula bagaimana upaya menampung para calon penganggur sebanyak 2.000(?) orang itu. Dahulu tahun enam puluhan di Makassar ini dikenal adanya "pasar senggol". Yaitu didua titik di sepanjang pantai Losari dan di ujung Jalan Jenderal Sudirman. Waktu itu pasar sentral belum ada, masih berupa pekuburan Cina. Pasar senggol mulai pada jam 16.00 dan jalanan ditutup. Walikota beserta dengan DPRD perlu mempertimbangkan menghidupkan kembali Pasar Senggol, pertama untuk menampung para calon penganggur tsb dan kedua sebagai pemecahan masalah sektor informal pedagang kaki lima, yang selalu "diusir" dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Kalau perlu diadakan pula Proyek Percontohan (Pilot Project) Pasar Senggol.
***
Rujak rasanya asam-asam manis, karena diberi asam atau cuka dan gula. Keinginan kita mengikuti selera terpenuhi dalam makan rujak dengan kriteria asam dan manis. Dalam hal perujakan kriteria asam dengan manis dapat sejalan, artinya tidak bertentangan, artinya kata penghubung di sini adalah kata dan. Namun keinginan kita dalam hidup di dunia ini tidak selamanya kriteria yang diinginkan itu senantiasa sejalan, artinya tidak selalu kita menjumpai asam-asam manis seperti dalam makan rujak. Asam berbeda dengan manis dua kriteria yang berbeda namun dapat digabungkan asam dan manis. Akan tetapi tak jarang pula kita jumpai dua kriteria yang berbeda yang tidak bisa digabung, pakai kata penghubung atau, yaitu kelompok yang bersifat mekanistik administratif pada pihak yang satu, atau kelompok yang bersifat humanisik pada pihak yang lain. Adapun kelompok kriteria yang bersifat mekanistik adminisratif itu misalnya seperti Busway, sedangkan kriteria yang bersifat humanistik seperti sektor informal dari akar rumput.
Maka dalam menghadapi masa depan kebudayaan ummat manusia, para pengambil keputusan perlu betul menimbang matang-matang dalam menjatuhkan pilihan atas salah satu dari kedua kriteria yang bertentangan itu. Firman Allah:
-- W'ASY AN TKRHWA SyYaA WHW KhYR LKM W'ASY AN ThBWA SyYaA WHW SyR LKM (S. ALBQRt, 2:216), dibaca (tanda - dipanjangkan) :
-- wa'asa- an takrahu- syaian wahuwa khairul lakum wa'asa- an tuhibu- syaian wahuwa syarrul lakum, artinya:
-- dan boleh jadi kamu benci akan sesuatu tetapi itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu senangi akan sesuatu tetapi itu buruk bagimu.
WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 24 Desember 2006
17 Desember 2006
[+/-] |
758. Nabi Muhammad SAW Melarang 'Ali ibn Abu Thalib RA Berpoligami? |
Firman Allah:
-- WAN KhFTM ALA TQSThWA FY ALYTMY FANKhWA MA ThAB LKM MN ALNSAa MTsNY WTsLTs WRB'A FAN KhFTM ALA T'ADLWA FWAhDt AW MA MLKT AYMANKUM DzLK ADNY ALA T'AWLWA (s. ALNSAa, 4:3), dibaca (tanda - dipanjangkan menyebutnya) :
-- wain khiftum alla- tuqsithu- filyata-ma- fankhu- ma- tha-ba lakum minan nisa-i mtsna- watsula-tsa, waruba-'a fainkhiftum alla- ta'dilu- fawa-hidatan aw ma- malakat aymanukum dza-lika adna- alla- ta'u-lu-, artinya:
-- Kalau kamu takut bahwa kamu tidak akan berlaku adil dalam hal anak-anak yatim, maka nikahilah olehmu perempuan-perempuan yang baik bagimu, berdua, bertiga, berempat, namun jika kamu takut tidak akan berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau (nikahilah) hamba sahaya, yang demikian itu lebih dekat kepada tidak aniaya.
Sebab turunnya ayat (4:3): Bukhari, Abu Daud, Nasa'i dan Tirmizi dari Urwah bin Zubair, bahwa ia bertanya kepada Aisyah, istri Nabi Saw tentang ayat tersebut lalu jawabnya: "Wahai anak saudara perempuanku, yatim disini maksudnya adalah anak
perempuan yatim yang ada dibawah asuhan walinya punya harta kekayaan bercampur dengan harta kekayaannya, dan hartanya serta kecantikannya membuat pengasuh anak yatim ini senang padanya lalu ia ingin menjadikan perempuan yatim ini sebagai istrinya, tetaapi tidak mau memberi mas kawin kepadanya dengan adil, yaitu memberikan mas kawin yang sama dengan mas kawin yang diberikan kepada perempuan lain. Maka pengasuh anak yatim seperti ini dilarang menikahi mereka kecuali mau berlaku adil. Jika tidak dapat berlaku adil, mereka disuruh menikah dengan perempuan lain yang disenanginya.
***
Malam Kamis lewat tengah malam, 14 Desember 2006 pada salah satu stasion TV swasta ditayangkan perdebatan "sengit" di antara dua kubu: pro-poligami vs anti-poligami. Salah seorang pembicara dari kelompok anti-poligami mengenukakan bahwa Nabi Muhammad SAW sendiri melarang 'Ali ibn Abu Thalib RA berpoligami. Hal ini perlu diluruskan, karena mustahil Nabi SAW melarang poligami, yang jelas-jelas termaktub dalam Al-Quran ayat (4:3) seperti yang dikutip di atas. Marilah kita kaji Hadits-Hadits di bawah ini:
Qutaibah meriwayatkan kepada kami dari Laits dari Ibnu Abi Mulaikah dari Miswar ibn Makhramah dia berkata, saya mendengarkan Rasulullah SAW bersabda dari atas mimbar, "Sesungguhnya Bani Hisyam ibn Mughirah meminta izin untuk menikahkan putri mereka dengan Ali ibn Abu Thalib. Maka aku tidak mengizinkan, kemudian aku tidak mengizinkan, kemudian aku tidak mengizinkan. Kecuali putra Abu Thalib ingin menceraikan putriku dan menikah dengan putri mereka. Karena dia adalah darah dagingku, membuat aku sedih apa yang menyedihkannya dan menyakitiku apa yang menyakitinya. " (HR Bukhari)
Yang berikut ini redaksional lain dari Shahih Bukhari:
Sesungguhnya Ali bin Abi Thalib melamar putri Abu Jahal sesudah dengan Fathimah RA, lalu aku mendengar Rasulullah SAW berkhutbah kepada orang-orang dalam hal itu, di atas mimbar beliau (Nabi SAW) bersabda: "Sesungguhnya Fathimah adalah (sebahagian) dari aku, dan aku sangat mengkhawatirkan bahwa ia terkena fitnah (gangguan dalam agamanya)".
Lengkapnya Hadits itu seperti berikut:
Dalam kitab Shahih Bukhori Bab: Yang Dituturkan Mengenai Baju Besi Nabi, Tongkat Beliau, Pedang Beliau, Mangkuk Beliau, Cincin Beliau, Barang-Barang Itu Yang Digunakan Oleh Khalifah Sesudah Beliau, Yang Tidak Disebutkan Pembagiannya, Mengenai Rambut Beliau,Sandal Beliau Dan Wadah-Wadah Beliau Yang Ditabaruki Oleh Para Sahabat Beliau Dan Orang-Orang Lain Sesudah Beliau (Wafat).
"Dari Ibnu Syihab, dari Ali bin Husain bahwa ketika mereka datang di Madinah dari Yazid bin Muawiyah di masa pembunuhan Husain bin Ali RA (Asyura 61H) maka Miswar bin Makhramah menjumpainya (Ali bin Husain). Miswar berkata kepadanya, "Adakah sesuatu hajat kepadaku, yang dapat kau perintahkan kepadaku?. Aku (Ali bin Husain) berkata:' Tidak ada." Dia berkata kepadanya (Ali): "Maka apakah engkau memberikan kepadaku pedang Rasulullah SAW . Karena aku khawatir kepada kaum itu akan mengalahkan kamu dan pedang itu ditangan mereka. Demi Allah, sungguh bila engkau memberikannya kepadaku maka tidaklah (pedang itu) lepas kepada mereka selama-lamanya sehingga nyawaku selesai. Sesungguhnya Ali ibn Abu Thalib melamar putri Abu Jahal sesudah dengan Fathimah RA, lalu aku mendengar Rasulullah SAW berkhutbah kepada orang-orang dalam hal itu, di atas mimbar beliau (Nabi SAW) bersabda: "Sesungguhnya Fathimah adalah (sebahagian) dari aku, dan aku sangat mengkhawatirkan bahwa ia terkena fitnah (gangguan dalam agamanya). Kemudian beliau menuturkan menantu beliau (Ash bin Rabi') dari bani Absi Syams, maka beliau memujinya dalam hubungan menantu - mertua, dimana beliau bersabda: "Dia (Ash) memberitahukan kepadaku maka dia benar kepadaku,dan dia berjanji kepadaku maka dia memenuhi kepadaku. Dan sungguh aku tidaklah mengharamkan perkara yang halal dan tidak pula menghalalkan perkara yang haram. Tetapi demi Allah, tidaklah berkumpul putri Rasulullah dengan putri musuh Allah (Juwairiyah binti Abu Jahal) selama-lamanya" .
Kemudian marilah kita perhatikan Sabda Nabi SAW yang berikut ini:
Dan sungguh aku tidaklah mengharamkan perkara yang halal dan tidak pula menghalalkan perkara yang haram. Tetapi demi Allah, tidaklah berkumpul putri Rasulullah dengan putri musuh Allah (Juwairiyah binti Abu Jahal) selama-lamanya" .
Selanjutnya kalimat ini ditambahkan dalam:
"Sesungguhnya Bani Hisyam ibn Mughirah meminta izin untuk menikahkan putri mereka dengan Ali ibn Abu Thalib. Maka aku tidak mengizinkan, kemudian aku tidak mengizinkan, kemudian aku tidak mengizinkan. Kecuali putra Abu Thalib ingin menceraikan putriku dan menikah dengan putri mereka. Karena dia adalah darah dagingku, membuat aku sedih apa yang menyedihkannya dan menyakitiku apa yang menyakitinya. "
Maka menjadilah:
"Sesungguhnya Bani Hisyam ibn Mughirah meminta izin untuk menikahkan putri mereka dengan Ali ibn Abu Thalib Maka aku tidak mengizinkan, kemudian aku tidak mengizinkan, kemudian aku tidak mengizinkan. Kecuali putra Abu Thalib ingin menceraikan putriku dan menikah dengan putri mereka. Karena dia adalah darah dagingku, membuat aku sedih apa yang menyedihkannya dan menyakitiku apa yang menyakitinya. " Dan sungguh aku tidaklah mengharamkan perkara yang halal dan tidak pula menghalalkan perkara yang haram. Tetapi demi Allah, tidaklah berkumpul putri Rasulullah dengan putri musuh Allah (Juwairiyah binti Abu Jahal) selama-lamanya" .
Jadi dengan menggabungkan kedua jalur Shahih Bukhari itu jelaslah bahwa itu tidak ada hubungannya dengan poligami, melainkan dengan siapa yang bakal menjadi madu Fatimah RA, itulah keberatan Nabi SAW, bukan poligaminya, berhubung Nabi SAW menekankan "aku tidaklah mengharamkan perkara yang halal dan tidak pula menghalalkan perkara yang haram", berhubung poligami itu tidak diharamkan. WaLlahu a'lamu bisshawab.
***
Makassar, 17 Desember 2006
10 Desember 2006
[+/-] |
757. Melindungi Perempuan? Revisi KUHP, bukan UU Perkawinan |
Dalam Tajuk Harian FAJAR edisi 6 Desember 2006 termaktub: "Sebuah peristiwa yang dari sisi hukum, moral dan agama yang dianut Aa Gym bukanlah sebuah penyimpangan. Berbanding terbalik dengan kasus adegan sang legislator dan artis Maria Eva." Pada tanggal 5 Des 2006 secara mendadak, Menteri Pemberdayaan Perempuan Meutia Farida Hatta, dipanggil ke istana. Ia diminta menyiapkan revisi undang-undang dan peraturan pemerintah soal perkawinan. Meutia Hatta datang ke kantor presiden di komplek Istana Kepresidenan bersama Dirjen Bimas Islam Departemen Agama, Nas(a)ruddin Umar, yang sebelum menjadi Dirjen pernah menulis tentang adanya Nabi Perempuan [www.suaramerdeka.com]. Menurut Seskab Sudi Silalahi yang mendampingi SBY, pertemuan itu membahas UU maupun PP tentang perkawinan yang dinilai belum memberikan perlindungan bagi kaum perempuan. Sudi Silalahi tidak menyangkal bahwa salah satu sebab SBY membahas masalah tersebut adalah protes masyarakat terkait poligami yang dilakukan Aa Gym. "HP (handphone) Bapak Presiden dan Ibu Negara sampai tidak muat menerima SMS soal itu," kata Sudi. Menurut Sudi, SBY sangat memperhatikan pentingnya perlindungan hukum bagi kaum perempuan. "Ini sebagai respons bahwa beberapa hari ini, Presiden dan Ibu Negara menerima banyak masukan dan saran dari kaum perempuan yang cukup perlu mendapat perhatian," kata Sudi. Kaum perempuan sekuler yang usil memprotes Aa Gym itu yang bagi isteri Aa Gym bukan masalah, itu adalah isyarat yang terang benderang, bahwa itu bermuatan politis, ternyata pula mendapat respons serius oleh SBY. Muatan politis itu didukung pula oleh kenyataan bahwa perzinaan yang haram yang diperbuat Yahya Zaini + pasangannya Maria Eva didiamkan saja oleh kaum perempuan sekuler yang memprotes itu. Tegasnya memang kaum sekuler itu heboh terhadap kasus poligami yang halal tidak pusing mengenai kasus zina yang haram. Mereka tidak mempunyai standar moral yang jelas.
Apa benar untuk melindungi perempuan harus merevisi UU Perkawinan dengan melarang poligami? Justru yang harus direvisi dalam konteks perlindungan gadis-gadis adalah KUHP. Untuk membicarakan hal ini kita mulai dahulu dengan pemahaman privasi! Apa itu privasi? Dalam bingkai apa dan di bumi mana? Pengertian privasi atau keleluasaan pribadi menjadi rancu, karena umumnya orang tidak menyadari bahwa kakinya berpijak di Indonesia, tetapi kepalanya di Eropah. Ini tidak wajar. Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Kalau kaki berpijak di Indonesia maka kepalapun harus ada di Indonesia, menjunjung langit Indonesia. Kalau kepala ada di Eropah, maka privasi itu adalah bagian dari humanisme yang sangat liberal, yang menjiwai semboyan Revolusi Perancis: liberte', egalite' et fraternite' (kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan) . Asal tahu saja Hak Asasi Manusia menurut Barat berlandaskan pandangan hidup humanisme agnostik tersebut.
Demikian liberalnya, berdasarkan atas filsafat humanisme agnostik ini, sehingga demi privasi itu kekuasaan negara cq kehakiman berakhir di ambang pintu masuk kamar tidur. Di dalam kamar tidur, siapapun tidak berhak menggangu privasi orang-orang ataupun pasangan yang ada di dalamnya, kecuali jika salah seorang ataupun keduanya dari pasangan itu isteri atau suami seseorang. Yang laki-laki melanggar privasi suami perempuan teman sekamarnya dan yang perempuan melanggar privasi isteri laki-laki teman sekamarnya itu. Pemahaman privasi yang demikian itu (kepala di Eropah, kaki di Indonesia) terikut masuk ke Indonesia melalui Wetboek van Straftrecht voor Nederlandsch Indie. Setelah kita merdeka, menurut pasal VI UU 1946 no.1, diubah menjadi Wetboek van Strafrecht, atau (K)itab (U)ndang-Undang (H)ukum (P)idana.
Pemahaman privasi itu kita jumpai dalam KUHP pasal 284: ayat (1) menyatakan bahwa diancam pidana seorang pria kawin yang melakukan zina, seorang wanita kawin yang melakukan zina; ayat (2) menyatakan bahwa tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/isteri yang tercemar. Secara tersurat yang dilarang oleh undang-undang adalah bermukah, yaitu perzinaan yang dilakukan oleh laki-laki dan atau perempuan yang sudah kawin, bahasa Makassarnya, assangkili', bahasa Belandanya "overspel" (keliwat main), dan itupun cuma delik aduan. Sesungguhnya pasal 284 tersebut substansinya bukanlah larangan bermukah, melainkan pada hakekatnya yang tersirat adalah pelanggaran privasi bagi suami dari isteri yang bermukah atau pelanggaran privasi bagi isteri dari suami yang bermukah.
Oleh sebab itu polisi tidak dapat menangkap orang yang berzina jika suami perempuan berzina itu atau isteri laki-laki yang berzina itu tidak berkeberatan. Polisi tak dapat berbuat apa-apa walaupun menyarakat sekelilingnya melapor ke polisi tentang perzinaan itu. Maka gadis yang hamil karena berzina dengan seorang jejaka, tidaklah dapat ia mengadukan musibah kehamilannya itu ke polisi, berhubung gadis itu tidak punya suami ataupun jejaka itu tidak punya isteri yang akan berkebaratan. Dengan demikian jejaka yang menghamilkan itu tidak dapat diseret oleh polisi untuk disodorkan ke jaksa, untuk selanjutnya didudukkan di kursi terdakwa dalam ruang pengadilan. KUHP tidak melindungi perempuan. Justru inilah yang harus diubah, bukan UU Perkawinan. Yayasan Jurnal Perempuan dan konco-konconya yang sekuler itu salah tembak, karena matanya juling (cross-eyed) , sehingga poligami dilihatnya sebagai bentuk kekerasan terhadap perempuan.
Pasal 284 tersebut harus diganti dengan undang-undang yang lebih efektif sesuai dengan Syari'at Islam, untuk mencegah perzinaan (pelacuran, hubungan seks secara liar). Betapa tidak! Sanksinya hanya maksimum 9 bulan, yang dapat dituntut hanya yang bermukah, hanya delik aduan, dan pengaduan dapat ditarik kembali. Undang-undang pengganti pasal 284 KUHP tersebut, harus melarang perzinaan, baik yang masih belum kawin, ataupun lebih-lebih lagi yang sudah kawin, bukan delik aduan, siapa saja yang mengadukan kepada yang berwajib harus dilakukan penuntutan, pengaduan tidak boleh ditarik kembali. Dengan demikian maka hal memalukan Lembaga Legislatif karena perbuatan anggotanya Yahya Zaini yang bertzina dengan Maria Eva (pengurus AMPI?), andaikata KUHP sejak dahulu direvisi, keduanya akan berhadapan dengan hukum.
Firman Allah:
-- WLA TQRBWA ALZNY ANH KAN FAhSyt WSAa SBYLA (S. BNY ASRAaYL, 17:32), dibaca:
-- wala- taqrabuz zina- innahu- ka-n fa-hisyatan wasa-a sabi-lan, artinya:
-- Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu sangat keji dan jalan yang amat jahat.
Mendekati saja sudah dilarang, betapa pula melakukannya. Ini semua tidak dilihat oleh Yayasan Jurnal Perempuan dan konco-konconya yang sekuler yang matanya juling itu. WalLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 10 Desember 2006
3 Desember 2006
[+/-] |
756. Nasr Hamid Abu Zayd |
Firman Allah swt::
-- MN ALDzYN FRQWA DYNHM (S. ALRWM, 30:32), dibaca:
-- minal ldzi-na farrqu- di-nahum (tanda - dipanjangkan) , artinya:
-- (orang-orang musyrik) Yaitu yang memecah-belah agama mereka[1169]
-------
[1169] Maksudnya: meninggalkan agama tauhid dan menganut pelbagai kepercayaan menurut hawa nafsu mereka. Ini catatan kaki terjemahan dari Departemen Agama RI.
Saya tambah penjelasannya:
Memecah-belah agama, maksudnya ajaran Islam dipecah dicampur dengan berbagai kepercayaan dan ideologi menurut bikinan manusia, seperti, sekularisme, liberalisme, pluralisme, kejawen, ajaran anand kreshna, dll., serta ajaran nabi-nabi palsu, seperti Mirza Ghulam Ahmad, Mirza Ali Muhammad, Bahaullah, Lia Aminuddin.
***
Dipetik dari surat Ulil Abshar-Abdalla, pengelola Jaringan Islam Liberal (JIL): Kami meneruskan dan sekaligus menyertai langkah-langkah yang ditempuh oleh orang-orang seperti Muhammad Abduh, Sir Ahmad Khan, Syed Ameer Ali, Fazlur Rahman, Qasim Amin, Mohammad Arkoun, Nasr Hamid Abu Zayd, Muhammad Sa'id Al-'Asymawi, Jamal al-Banna, Abdullahi Ahmed Anna'im, Fatima Mernissi, Riffat Hassan, Amina Wadud, Tareq Ramadan, Nurcholish Madjid, Abdurrahman Wahid, KH. Ibrahim Hosein M. Hasbie Asshiddiqie, Harun Nasution, Abdul Aziz Sachedina, Fareed Essack, Ebrahim Moosa, Khaled Abou El-Fadl, dan para sarjana lain yang tersebar di seluruh penjuru dunia.
Ulil menyisipkan nama-nama seperti Muhammad Abduh, Tariq Ramadhan KH. Ibrahim Hosein M. Hasbie Asshiddiqie sebagai tameng. Sebenarnya nama-nama para pemikir liberal dapat dilihat pada petikan dari Hidayatullah. com:
Beberapa hari lalu, Menteri RI Maftuh Basuni memberikan sinyal akan mengubah kurikulum di perguruan tinggi Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Sebagaimana diketahui, sorotan masayarakat terhadap lembaga kampus Islam ini dalam dua tahun terakhir datang dari mana-mana. Rektor UIN Yogyakarta baru saja menerbitkan buku Islamic Studies. Isinya memuja dan menjadikan pemikiran para pemikir liberal, seperti Nasr Hamid Abu Zayd, Mohammed Arkoun, Fazlur Rahman, Fatima Mernisi, Syahrur, sebagai rujukan, tanpa sikap kritis. Nasr Hamid yang di Mesir sudah divonis murtad dan banyak dikritik,(*) di sini malah diagung-agungkan.
***
Siapa sebenarnya Nasr Hamid Abu Zayd? Ia orang Mesir asli, lahir di Tantra, 7 Oktober 1943. Pendidikan tinggi, dari S1 sampai S3, jurusan sastra Arab, diselesaikannya di universitas Cairo, tempatnya mengabdi sebagai dosen sejak 1972. Namun ia pernah tinggal di Amerika selama dua tahun (1978-1980), saat memperoleh beasiswa untuk penelitian doktoralnya di Institute of Middle Eastern Studies, University of Pennsylvania. Abu Zayd mengakui pengalamannya belajar di Amerika sungguh-sungguh membawa hasil, dan ia menyatakan sangat berhutang budi atas kesempatan yang diberikan kepadanya itu. Di sanalah ia terbelalak matanya bertemu ilmu yang belum pernah terlintas dalam benaknya selama ini, yaitu hermeneutika. Baginya, hermeneutika adalah ilmu baru yang bermanfaat dalam berolah otak. "My academic experience in the United States turned out to be quite fruitful. I did a lot of reading on my own, especially in the fields of philosophy and hermeneutics. Hermeneutics, the science of interpreting texts, opened up a brand-new world for me. I owe much of my understanding of hermeneutics to opportunities offered me during my brief sojourn in the United States"
Keputusan Mahkamah al-Isti'naf Qahirah (Cairo) menyatakan Abu Zayd telah keluar dari Islam alias murtad. Abu Zayd mengajukan banding. Sementara itu, Front Ulama al-Azhar yang beranggotakan 2000 alim ulama, meminta Pemerintah turun tangan: Abu Zayd mesti disuruh bertaubat atau-kalau yang bersangkutan tidak mau-maka ia harus dikenakan hukuman mati. Tidak lama kemudian, 23 Juli 1995, bersama istrinya, Abu Zayd terbang melarikan diri ke Madrid, Spanyol, sebelum akhirnya menetap di Leiden, Belanda, sejak 2 Oktober 1995 sampai sekarang. Mahkamah Agung Mesir pada 5 Agustus 1996 mengeluarkan keputusan yang sama: Abu Zayd dinyatakan murtad.
Menurut Dr.M. Emarah, dari sudut latarbelakang pemikiran, Nasr merupakan seorang kader "Sosialis"-" Marxis" Arab muda, sehingga kunci untuk memahami pemikiran Nasr ada pada methodologi dialektika Marxisme-Materialis me yang ia gunakan dalam menelaah al-Qur'an, kenabian dan wahju, aqidah, syari'ah, serta "historiografi" nash-nash dan hukum. Dari sudut latarbelakang pemikiran, Nasr merupakan seorang kader "Sosialis"-" Marxis" Arab muda.
Nasr menjelaskan bahwa al-Quran adalah hasil budi daya atau produk budaya, yaitu Al Quran terbentuk dalam realita dan budaya selama dua puluh tahun. Jadi menurut Nasr budaya menjadi fa'il (subyek), sedangkan Al Quran hanya merupakan maf'ul (obyek). Nasr beranggapan bahwa kenabian tidaklah melampaui batas undang-undang materi dan tabi'at serta realita, sesungguhnya ia hanya merupakan tingkatan yang kuat dari ingkatan-tingkatan khayal yang timbul dari efektifitas daya khayal manusia. Para Nabi adalah sejenis dengan sufi, pujangga dan paranormal yang daya khayal mereka hanya berbeda secara gradual. Efektivitas daya khayal manusia, yang dimiliki oleh para Nabi, sufi, pujangga dan paranormal masih dalam konteks pilihan dan fitrah. Perbedaan antara para Nabi, sufi, pujangga dan paranormal dengan manusia biasa hanyalah dalam hal para Nabi, sufi dan pujangga mempunyai kemampuan pengkhayalan yang lebih tinggi dibanding manusia biasa. Kekuatan khayal orang-orang biasa tidak dapat mencapai puncaknya kecuali saat mereka tidur karena dalam kondisi seperti ini semua indera sedang tidak aktif untuk sibuk memindahkan pengalaman-pengalam an dari alam luar ke dalam. Sedangkan Nabi, sufi, pujangga dan paranormal mampu menggunakan kemampuan efektifitas khayalan dibanding orang-orang lainnya, baik dalam kondisi tidur ataupun sedang bangun.
Ini semua menguatkan bahwa pemikiran Nasr bertumpu pada paradigma filsafat positivisme, menganggap fenomena wahyu bukanlah merupakan fenomena yang berbeda dengan realitas dalam arti yang dapat dideteksi oleh panca-indera, bukan sesuatu yang terjadi diluar undang-undang materialisme. Konsekwensinya bagi Nasr aqidah dibangun diatas landasan persepsi-persepsi "mitos", dalam kebudayaan komunitas manusia, sehingga aqidah sifatnya tidaklah konstan. Aqidah sangat terkait dengan dinamika komunitas. Demikianlah Nasr menentang "absolotisme" .
Ada hal yang kontradiktif dalam sistem berpikir Nasr, yaitu ia menentang "absolutisme" akan tetapi pada sisi lain ia menganggap benar secara absolut metode dialektika dalam menganalisis historische materialisme. Adapun strategi untuk menyungkurkan pola-pikir Nasr adalah dengan menebas teori dialektika historische materailisme dengan senjata latar belakang sejarah juga. Hal ini telah dikemukakan dalam Seri 418, berjudul: Pandangan Marxisme Tentang Sejarah dan Negara. WaLlahu a'lamu bisshawab.
***
Makassar, 3 Desember 2006
-------------------------------
(*)
Mahkamah Agung Mesir pada 5 Agustus 1996 mengeluarkan keputusan: Abu Zayd dinyatakan murtad dan perkawinannya dibatalkan. Dalam putusan tersebut, kesalahan-kesalahan Abu Zayd disimpulkan sebagai berikut:
1. Berpendapat dan mengatakan bahwa perkara-perkara ghaib yang disebut dalam al-Qur'an seperti 'arasy, malaikat, syaitan, jinn, surga dan neraka adalah mitos belaka.
2. Berpendapat dan mengatakan bahwa al-Qur'an adalah produk budaya (muntaj tsaqafi), dan karenanya mengingkari status azali al-Qur'an sebagai Kalamullah yang telah ada dalam al-Lawh al-Mahfuz.
3. Berpendapat dan mengatakan bahwa al-Qur'an adalah teks linguistik (nashsh lughawi) [Ini sama dengan mengatakan bahwa Rasulullah Saw telah berdusta dalam menyampaikan wahyu dan al-Qur'an adalah karangan beliau].
4. Berpendapat dan mengatakan bahwa ilmu-ilmu al-Qur'an ('ulum al-Qur'an), adalah "tradisi reaktioner" serta berpendapat dan mengatakan bahwa Syari'ah adalah faktor penyebab kemunduran Umat Islam.
5. Berpendapat dan mengatakan bahwa iman kepada perkara-perkara ghaib merupakan indikator akal yang larut dalam mitos.
6. Berpendapat dan mengatakan bahwa Islam adalah agama Arab, dan karenanya mengingkari statusnya sebagai agama universal bagi seluruh umat manusia.
7. Berpendapat dan mengatakan bahwa teks al-Qur'an yang ada merupakan versi Quraisy dan itu sengaja demi mempertahankan supremasi suku Quraisy.
8. Mengingkari otentisitas Sunnah Rasulullah Saw.
9. Mengingkari dan mengajak orang keluar dari otoritas "teks-teks agama" [maksudnya: al-Qur'an dan Hadits].
10. Berpendapat dan mengatakan bahwa patuh dan tunduk kepada teks-teks agama adalah salah satu bentuk perbudakan.
Kesepuluh butir itu digali dari karangan Abu Zayd:
[1] "al-Ittijah al-'Aqliy fi-t Tafsir: Dirasah fi Mafhum al-Majaz 'inda al-Mu'tazilah." Beirut 1982 (Rasionalisme dalam Tafsir: Studi Konsep Metafor menurut Mu'tazilah)
[2] "Falsafah at-Ta'wil: Dirasah fi Ta'wil al-Qur'an 'inda Muhyiddin ibn 'Arabi." Beirut, 1983 (Filsafat dan a'wil: Studi ta'wil al-Qur'an menurut Muhyiddin ibn 'Arabi),
[3] "Mafhum an-Nashsh: Dirasah fi 'Ulum al-Qur'an." Qahirah 1987 (Konsep Teks: Studi Ulumul Qur'an)
[4] "Isykaliyyat al-Qira'ah wa Aliyyat Hermeneutic. Qahirah, 1992 (Problematika Pembacaan dan Mekanisme hermeneutik)
[5] "Naqd al-Khithab ad-Diniy." 1992 (Kritik Wacana Agama)
[6] "al-Imam asy-Syafi'i wa Ta'sis Aidulujiyyat al-Wasathiyyah." Qahirah 1992 (Imam Syafi'i dan Peletakkan Dasar Ideologi Tengah)
26 November 2006
[+/-] |
755. Najasi dari Habasyah vs Rombongan dari Najran |
Hari Sabtu, 11 November 2006, saya menghadiri upacara Milad (Dies Natalis) XLI Universitas Islam Negeri Alauddin dan Penerimaan Jabatan Guru Besar Tetap Prof.DR.H.Ahmad M Sewang, MA. Sebelumnya, 9 November dalam acara halalbihalal (menurut Prof.Ahmad Sewang penulisan yang baku kata itu harus dituliskan bersambung) di IMMIM meminta kepada saya untuk memberi umpan balik nanti dalam hubungannya dengan isi Pidato Pengukuhan beliau dua hari yang akan datang itu. Adapun Pidato Pengukuhan Guru Besar tsb., yaitu Hubungan Antarumat Beragama di Masa Nabi Muhammad SAW (Bahasan Buku Sirat Nabawiyah Ibn Hisyam).
Saya kutip halaman 19-23:
Dialog Ja'far ibn Abi Talib dengan Najasi.
Ketika kaum Quraisy mengetahui bahwa sebagian kaum Muslim hijrah ke negeri Habsyah, maka mereka mengutus dua orang, Amr ibn As dan Umarah ibn al-Walid, untuk mempersembahkan beberapa hadiah dengan harapan agar orang-orang yang berhijrah itu diekstradisi. Najasi berkata kepada keduanya. "Aku tidak akan menyerahkan kepada mereka, sebelum saya mengundang dan melakukan konfirmasi kepada mereka." Ummu Salamah mengemukakan jawaban Ja'far sebagai pimpinan Muhajirin atas pertanyaan Najasi.
Keterangan Ja'far ibn Abi Talib itulah yang mempengaruhi Najasi untuk memberikan perlindungan keamanan kepada para Muhajirin. Sekalipun demikian , utusan Quraisy tadi tetap berusaha mempengaruhi Najasi bahwa ajaran Muhammad sesungguhnya menghina dan merendahkan Nabi Isa dan ibunya, Maryam. Mendengar penyampaian utusan Quraisy tersebut , maka raja meminta agar Ja'far menjelaskan tentang pandangan Islam terhadap Nabi Isa dan ibunya. Ja'fa rkemudian membacakan QS Maryam (19): 30-33,
QAL ANY 'ABD ALLH aATNY ALKTB WJ'ALNY NBYA 30 WJ'ALNY MBARKA AYN MA KNT WAWShNY BALShWt MA DMT hYA 31 WBRA BWALDTY WLM YJ'ALNY hBARA SyQYA 32 WASLAM 'ALY YWM WLDT WYWMAB'ATs Hya 33 (transliterasi huruf demi huruf) 30. Berkata Isa: "Sesungguhnya aku Ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan dia menjadikan aku seorang nabi, 31. Dan dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; 32. Dan berbakti kepada ibuku, dan dia tidak menjadikan Aku seorang yang sombong lagi celaka. 33. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari Aku dilahirkan, pada hari Aku meninggal dan pada hari Aku dibangkitkan hidup kembali".
Ummu Salamah menceritakan bahwa mendengar Alquran dibacakan, Al-Najasi menangis hingga janggutnya basah oleh air mata. Para uskup juga menangis hingga air mata mereka membasahi mushaf-mushaf mereka, ketika mendengar apa yang dibacakan pada mereka. Kemudian Najasi mengambil sebatang tongkat dan menggoreskannya ke tanah. Dengan gembira Najasi berkata. "Antara agama tuan-tuan dan agama kami sebenarnya tidak lebih dari garis ini."
***
Selanjutnya saya kutip halaman 34-35:
Di antara delegasi itu terdapat mereka yang sudah memeluk agama Kristen yang berasal dari Najran, tinggal di Jazirah Arabia bagian selatan. Wilayah tersebut termasuk bagian kekuasaan Byzantium. Rombongan mereka 60 orang yang dipimpin oleh Abdul Masih, Abu Al-Harif ibn Alqamah dan Ibn a-Harit.
Rombongan dari Najran tersebut diterima Nabi di Masjid Madinah, sebagian menginap di masjid itu dan sebagian lainnya di rumah sahabat. Mereka tinggal beberapa hari, bahkan sempat melakukan kebaktian di Masjid Nabawi. Selama di Madinah terjadi dialog antara Nabi dan pimpinan delegasi tersebut. Ada beberapa perbedaan antara Nabi dan mereka berkaitan dengan teologis, terutama menyangkut dengan Nabi Isa. Perbedaan itulah yang kemudian menjadi latar belakang turunnya QS Ali 'Imran (3): 59-61.
(Untuk menghemat ruangan ayat aslinya tidak ditransliterasi, langsung artinya saja-HMNA-):
59. Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, Kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), Maka jadilah Dia.
60. (Apa yang telah kami ceritakan itu), Itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, Karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu.
61. Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), Maka Katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; Kemudian marilah kita bermubahalah( *) kepada Allah dan kita minta supaya la'nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.
______________________
(*) Mubahalah ialah masing-masing pihak diantara orang-orang yang berbeda pendapat mendoa kepada Allah dengan bersungguh-sungguh, agar Allah menjatuhkan la'nat kepada pihak yang berdusta. nabi mengajak utusan Nasrani Najran bermubahalah tetapi mereka tidak berani-HMNA-
***
Inilah umpan balik dari saya.
Flavius Valerius Aurelius Constantinus (280 - 337) M, Roman emperor (306 - 377) M. Persuaded to adopt Chritianiy, became sole Emperor of the West (312) M; called the great Council of Nicaea (325) M at which Nicene Creed was adopted. [Webster's Biographical Dictionary, Spring field, USA, pg. 342]. The Creed of Nicaea: "We believe in one God the Father, Almighty, maker of all things visible and invisible; and in one Lord Jesus Christ, the Son of God, begotten of the Father, only begotten that is, from the substance of the Father; God from God, light from light, Very God from Very God".." (The History of Christianity, a Lion handbook, p. 177). Creed ini menguatkan doctrine Athanasius, di mana dalam council doctrine Athanasius memenangkan secara mayoritas doctrine Arius Alexander bahwa hanya ada satu Tuhan, yaitu Tuhan yang selalu Ada dan tidak mempunyai asal usul, Dia Ada tanpa keberadaan sebelumnya. Dalam hal ini Arius membedakan antara unsur keistimewaan yang tetap ada di dalam Tuhan, yang merupakan kekuatan yang kekal dengan unsur keistimewaan Jesus sebagai suatu kelebihan yang diberikan oleh Tuhan selayaknya seorang Nabi.
Penganut doctrine Athanasius kemudian dikenal dengan Trinitarian Christian yang mayoritas sampai sekarang, sedangkan doctrine Arius dikenal dengan Unitarian Christian, yang sekarang merupakan golongan minoritas, yaitu ummat Qibthi (Copti) di Mesir. Secara teologis Unitarian Christian ini sangat dekat dengan ajaran Islam, seperti yang didemontrasikan oleh Najasi sebagai garis sambil berkata: "Antara agama tuan-tuan dan agama kami sebenarnya tidak lebih dari garis ini." Ini menunjukkan bahwa Najasi penganut doctrine Arius Alexander. Sedangkan para delegasi dari Najran adalah pengatut Trinitarian Chistian, sehingga secara teologis tidak bisa ketemu dengan ajaran Islam, yang menjadi asbabun nuzul, latar belakang turunnya ayat tentang mubahalah. Wallahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 26 November 2006
19 November 2006
[+/-] |
754. Rajawali Keok oleh Merpati |
Rajawali (hawk) lambang Partai Republik juga telah menjadi sebutan bagi para politisi dan birokrat garis keras yang cenderung menggunakan kekuatan bersenjata dan kekerasan untuk menghalau musuh-musuhnya. Tampil di puncak kekuasaan Washington, orang-orang berbahaya ini sekarang mengepung Presiden Bush yang tidak paham benar masalah kebijakan luar negeri. Peristiwa 11 September telah berhasil menguatkan kedudukan kelompok garis keras itu. Dengan menciptakan opini publik tentang bahaya terror yang masih terus mengancam keamanan Amerika Serikat maka rakyat Amerika yang dibayangi ketakutan terus menerus, memberikan dukungan yang melimpah kepada kebijakan Bush. Dukungan luas publik Amerika melalui polling berbagai media arus utama (main stream) ini kemudian digunakan untuk menekan Kongres dan Senat AS. Tekanan itu membuat Kongres dan Senat mengabulkan berbagai kemauan Bush. Model pertama yang dipraktekkan adalah Afghanistan. Di depan kadet West Point Bush menyampaikan doktrin baru Gedung Putih tentang strategi pre-emption, yakni pukul dulu urusan belakangan. Strategi ini diperuntukkan bagi negara-negara yang dipersepsikan oleh Amerika Serikat sebagai pihak yang dapat menimbulkan ancaman bagi mereka. Tidak peduli apakah ancaman itu sudah terlaksana atau dibuktikan, AS merasa berhak untuk menyerang dan menghabisi kekuatan mereka. Dengan strategi pukul dulu urusan belakangan ini menyusul serangan ke Iraq dengan alasan yang belum terbukti, yaitu Iraq memiliki senjata pemusnah massal (SPM), yang ternyata tidak terbukti sampai sekarang.
Menjelang pemilihan umum legislatif AS, 7 November 2006 lalu, Bush dengan pongahnya bersesumbar: "Jika Partai Demokrat menang, maka terroris menang dan AS kalah." Gembar-gembor Bush itu justru menjadi penggali lubang kubur kemenangan partainya. Dia lupa, bhwa agresi dan pendudukan atas Iraq dengan strategi pre-emption telah menewaskan hampir 3.000 tentara AS. Rakyat Iraq lebih banyak lagi, sekitar 650 ribu orang meninggal. Diapun mengakui, situasi di Iraq sudah seperti di Vietnam menjelang kekalahan Amerika dulu. Hal ini semakin membuat dunia antipati terhadap Bush. Bahkan para prajurit Amerika di Iraq pun sudah membuat mosi tidak percaya pada kebijakan perang Bush untuk disampaikan pada Kongres.
Akhirnya Bush baru tahu rasa, Partai Demokrat akhirnya memenangkan pemilihan di Amerika, Rajawali keok oleh Merpati. Dengan berakhirnya hegemoni Partai Republik, sang Rajawali, maka pemerintahan George W Bush pun tinggal menghitung hari. Partai Republik mempunyai ideologi konservatif, lebih suka perang dalam menyelesaikan masalah perbedaan pendapat dengan negara lain. George W Bush sendiri mengakui dirinya adalah 'Presiden Perang'. Ia juga dengan enteng mengobarkan perang sambil menyebut istilah crusade, 'terroris', 'iblis', dan istilah-istilah kebencian lainnya. Tokoh-tokoh internasional pun memberi Bush gelar yang sesuai dengan kepemimpinannya, misalnya The Master of Empty Promises, The Big Satan, The Big Evil, Warmonger, atau War Maniac.
***
"George W Bush halal darahnya." Bayangkan," demikian Ahmad Sumargono, "seorang Soetardjo Soerjogoeritno atau Mbah Tarjo, sampai mengatakan demikian itu terhadap Presiden Amerika Serikat George W Bush. Sedemikian menolaknya terhadap kunjungan Bush ke Indonesia 20 November nanti, sampai-sampai Mbah Tarjo menjatuhkan vonis yang membenarkan eksekusi mati terhadap Bush. Utusan FUI (Forum Umat Islam) yang menemuinya kemudian menyambut dengan memberikan aplus panjang." "Allahu Akbar,'' seru Mbah Tardjo dengan bersemangat. " (Republika: Senin, 13 Nopember 2006)
"Vonis" politisi senior itu menandai betapa massifnya penolakan terhadap kedatangan Bush ke Tanah Air yang disuarakan berbagai elemen masyarakat. Ormas-ormas Islam HTI, FPI, KAMMI, MMI, Hizbullah, seia sekata menolak Bush. Mereka telah mengerahkan massa demo hari ini dalam jumlah terbesar sebagai puncak demo selama sepekan ini. Ketua MPR maupun mantan ketua MPR, juga bersikap sama. Bahkan sopir-sopir angkot, anak sekolah, sampai barisan artis pun menolak menerima kehadiran Bush di negeri ini.
Karena sudah berada di ujung tanduk, kekuasaan Bush bisa dikatakan sudah tidak efektif lagi. Seruan perangnya semakin tidak menarik untuk mengundang investor Amerika ke Indonesia. Bahkan bantuan-bantuan ke Indonesia dengan atas nama 'perang melawan terorisme' seperti proyek Detasemen Khusus (Densus)-88, bisa jadi habis riwayatnya. Sebaliknya, kelak Partai Demokrat akan menggunakan langgam pendekatan politik yang lebih menekankan kepada upaya HAM.
Maka kita sangat menganjurkan kepada SBY-JK supaya mengapresiasi aspirasi yang betapa massifnya penolakan terhadap kedatangan Bush ke Tanah Air yang disuarakan berbagai elemen masyarakat itu. Tidak perlu menolak kedatangan Bush, andaikata Bush tetap tidak tahu diri ngotot datang di negeri kita ini, walalupun kekuasaannya seperti telur di ujung tanduk, yaitu tidak perlu Bush diterima di Istana Bogor, cukup mendengarkan saran Amien Rais yang mantan ketua MPR dan mantan Ketua PP Muhammadiyah, yaitu: "Berikanlah penghormatan, terimalah di Bandara, siapkan nasi goreng yang enak, kopi panas, kemudian silakan bicara seperlunya dan persilakan pulang," Jika saran Amien Rais yang simpatik ini diterima SBY-JK, "helipad" di Bogor tidak jadi dimanfaatkan, dirikanlah bentuk tugu kecil di atasnya dengan tulisan: Tugu Peringatan Menolak Bush.
Maka jika demikian, queen of the night terbebas dari ancaman, yaitu hempasan angin dari baling-baling helikopter Super Puma seberat enam ton. Ratu malam adalah teratai yang tumbuh dekat "helipad" itu terbalik dan hampir patah diterpa oleh angin keras baling-baling Super Puma tersebut, akibat ulah uji-coba "helipad".Teratai raksasa atau teratai amazon (Victoria amazonica) termasuk jenis tanaman langka di dunia yang hanya dapat ditemui di Sungai Amazon, Brasil. Daun teratai ini memiliki diameter hingga 1,5 meter dengan struktur daun yang tebal. Teratai raksasa itu juga punya keunikan berupa kemampuan menahan beban seberat 12 kg. Anak-anak umur 2-3 tahun bisa duduk di atasnya, tidak akan tenggelam. Tanaman yang memiliki bunga berwarna putih dan dapat berubah menjadi merah jambu setelah 2-3 hari kemudian tersebut, sangat indah.
Firman Allah untuk orang-orang beriman, resep untuk jiwa supaya tidak rendah diri, kurang PD:
-- WLA THNWA WLA ThZNWA WANTM ALA'ALWN ANKNTM MWaMNYN (S. AL 'AMRAN, 3:139), dibaca:
-- wala- tahinu- wala- tahzanu- waantumul a'lawna ingkuntum mu'mini-n (tanda - untuk memanjangkan membacanya), artinya:
-- Janganlah kamu lemah, dan janganlah kamu risau, kamu lebih unggul jika kamu beriman. Wallahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 19 November 2006
12 November 2006
[+/-] |
753. Is-Al, ya Bush |
Is-Al dalam judul di atas bukan is dari to be (Inggeris) atau dari zijn (Belanda), dan al bukan kata sandang dari bahasa Arab ataupun berarti sudah dalam bahasa Belanda, melainkan singkatan dari kata asli bahasa Bugis, digubah oleh almarhum Andi Baso Amir. Pada waktu proklamator almarhum Bung Hatta puluhan tahun yang silam datang di Makassar ini, pernah menyatakan kekagumannya di rumahnya almarhum H.F. Luran. "Ada dua orang kepala daerah di daerah ini yang saya kagumi, Andi Baso Amir sebagai Bupati Bone dan Patompo' sebagai Walikota KMM. A.B. Amir seorang seniman, mampu menjadi Bupati dan Patompo' dalam keadaan tight money policy mampu membangun Makassar".
Firman Allah:
-- AN ALLH LA YGhYR MA BQWM hTY YGhYRWA MA BANFSHM (S. ALRa'D, 13:11), dibaca:
-- InnaLla-ha la- yughayyiru ma- biqawmin hatta- yughayyiru- ma- bianfusihim (tanda - dipanjangkan membacanya), artinya:
-- Allah tidak akan mengubah hal atas suatu kaum, hingga mereka itu mengubah hal pada diri mereka.
Anfus(un) adalah bentuk jama' dari Nafs(un) yang berasal dari akar Nun, Fa, Sin yang berarti diri atau jiwa. Dalam bahasa Bugis Nafs(un) disebut ale. Is-Al, Issengi Alemu, artinya tahu dirilah.
Bagian judul berikutnya, yaitu Bush, elok kiranya jika dikutip dari Seri 518:
Coba dicermati sepak terjang AS pasca 11 September 2001. Di samping motif ekonominya, AS sesungguhnya memerangi terorisme dalam rangka operasi "doktrin prasangka" Samuel Huntington terhadap Islam yang katanya membahayakan demokrasi. AS membidik terorisme yang laras bedilnya diarahkan kepada Islam dan kaum Muslim. Sejak hari pertama Peristiwa 11 September 2001, misalnya, George W. Bush (yang ditujukan kepada Dunia) telah melakukan "state terrorism" lewat pernyataannya agar Dunia memilih: berada di belakang AS atau di belakang teroris! Bush tak segan-segan menyebut tindakan balasan yang akan diambilnya sebagai "Crusade" yang mengingatkan kita pada Perang Salib di masa lalu. Tanpa bukti apa pun, AS mengarahkan tuduhannya kepada Usamah bin Laadin dan Thaliban, yang segera disusul dengan perang membabi-buta melawan ummat Islam di Afganistan.
Sejumlah bukti faktual menunjukkan bahwa propaganda anti-terrorisme yang diserukan AS tidak lebih merupakan "state terrorism" yang ditujukan kepada Islam dan kaum Muslim. Tujuannya tidak lain adalah untuk menghancurkan ideologi Islam yang dituding oleh Huntington sebagai ancaman berikutnya bagi ideologi demokrasi / kapitalisme / liberalisme barat pasca runtuhnya komunisme. Dengan menebar "state terrorism" di Dunia Islam, AS tampaknya berharap agar Islam dan kaum Muslim tetap terpojok sehingga tidak ada kesempatan bagi mereka selain menuruti apa pun yang dikehendaki AS.
Dengan rencana kedatangan Bush di Indonesia ini, Amien Rais menilai, penerimaan Presiden Amerika Serikat George W Bush sebagai tamu negara ke Indonesia dinilai sudah sangat berlebihan. "Berikanlah penghormatan, terimalah di Bandara, siapkan nasi goreng yang enak, kopi panas, kemudian silakan bicara seperlunya dan persilakan pulang," katanya ketika menghadiri acara ulang tahun WS Rendra, di Depok. Ia memyayangkan sikap pemerintah yang memasang "helipad" dari lapis-lapis baja yang demikian mahal dan merusak ekologi konservasi tanaman tersebut. "Ini sudah keterlaluan, " katanya. Helipad untuk kedatangan Presiden Bush itu dipasang khusus di Kebun Raya Bogor (KRB), yang sebenarnya adalah Pusat Konservasi Tumbuhan di bawah otoritas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kemudian, kata Amien Rais, karena terlalu hormatnya pemerintah pada George W Bush maka telepon selular diputuskan jaringan telepon dan sinyal seluler di wilayah Bogor saat Bush berada di "Kota Hujan" itu, hingga beberapa radius kilometer. Dengan melakukan persiapan penyambutan yang berlebihan tersebut, kata dia, pemerintah sudah benar-benar menghina diri sendiri. "Kita ini bangsa yang besar, bermartabat, dan berdaulat. Jadi kalau Bush mau ke sini, perlakukan dia seperti tokoh-tokoh lain seperti Perdana Menteri Australia John Howard, mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Muhammad, dan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, " katanya. "Ketika mereka datang ke sini juga biasa saja, tapi kenapa kedatangan Bush ini seakan-akan dielu-elukan sebagai dewa. Ini kan sudah menghina bangsa sendiri," tambah Guru Besar Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu. Padahal di sejumlah negara lain, lanjutnya, Bush sedang dianggap sebagai penjahat perang yang telah menghilangkan ratusan ribu rakyat Afghanistan dan Irak yang meninggal dunia akibat pemboman yang gegabah dan menghancurkan sejumlah bangunan bersejarah. "Tiba-tiba orang yang tidak diterima di berbagai negara itu kita hormati seperti malaikat," kata mantan Ketua PP Muhammadiyah itu.
Selanjutnya perlu disimak Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dari Nu'man ibn Basyir seperti berikut:
-- ALMW^MNYN FY TRAHMHM WTWADHM WT'AATHFHM KMTSL ALJSD ADZA ASYTKY 'ADHWA TDA'AY LH SA^R JSDH BALSHR WALHMY, dibaca:
-- Almu'mini-na fi- tara-humihim watawa-dihim wata'a- thifihim kamatsalil jasadi idzasy taka- 'udhwan tada-'a- lahu sa-iru jasadihi bissahri walhumma, artinya:
-- Para mu'min dalam kasih mengasihi, cinta mencintai, tolong menolong, ibarat tubuh, jika ada salah satu anggota yang terkena luka, seluruh tubuh ikut menderita tidak dapat tidur dan ditimpa demam. (The example of the believers in their mutual love, compassion and mercy is like a single body.If there is a pain in any part of the body, the whole body feels it).
Dengan rencana kedatangan Bush di Indonesia ini, mengingat perlakuan state terrorism AS yang dinakodai oleh Bush yang dengan mesin perangnya telah membantai ummat Islam penduduk sipil orang tua anak-anak dan perempuan di dua negeri Islam, yaitu Afghanistan dan Iraq, maka ummat Islam yang menjiwai Shahih Bukhari di atas itu, tidaklah terperikan bagaimana perihnya jiwa ummat Islam mengenai perlakuan state terrorism AS tersebut. Sehingga dimana-mana di seluruh Indonesia terdengar suara-suara keras menolak kedatangan Bush di negeri ini.
Wahai Bush, Is-Al, Issengi Alemu, tahu dirilah, urungkanlah maksudmu berkunjung ke negeri kami ini. Engkau tidak disenangi di sini. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 12 November 2006
5 November 2006
[+/-] |
752. Nabi Perempuan dalam Isu Gender |
Saya pungut dari cyber space tulisan Qosim Nursheha Dzulhadi, alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo-Jurusan Tafsir dan 'Ulumu'l-Qur' an dan peminat Kajian Quran & Kristologi, yang membantah dengan telak pendapat aktivits Jaringan Islam Liberal (JIL), Abd Moqsith Ghazhali, yang menulis tentang "Nabi Perempuan" dalam situs JIL (www.islamlib. com, 25/10/2006). Abd Moqsith Ghazhali menyimpulkan dengan menyatakan: "Namun, setelah saya cek ke sejumlah kitab, ternyata status kenabian tak hanya dimonopoli kaum laki-laki. Ada juga nabi dari kalangan perempuan, yaitu Ibunya Musa, Sarah dan Maryam. Al-Quran telah menunjukkan bahwa Tuhan tak melakukan diskrminasi jenis kelamin dalam perkara pewahyuan sekaligus penabiaan."" Ia menyandarkan kesimpulannya itu pada kutipan Ibnu Katsir yang dalam al-Bidayah wa al-Nihayah (Juz II, hlm. 59) mengutip satu pendapat yang menyatakan bahwa tak tertutup pintu bagi hadirnya nabi perempuan. Pendapat yang dikutip itu bersandar pada ayat Al-Qur'an:
-- W AWhYNA ALY AM MWSY AN ARDh'AYH FADzA KhFT 'ALYH FALQYH FY ALYM (S. ALQShSh, 28:7),
dibaca:
-- wa awhaina- ila- ummi mu-sa- an ardhi'i-hi fa idza- khifti 'alaihi, fa alqi-hi fil yammi (tanda - dipanjangkan) ,
artinya:
-- Dan Kami wahyukan kepada ibu Musa; susukanlah dia, dan apabila kamu khawatir kepadanya maka hanyutkanlah ia ke dalam sungai (Nil).
Menurut Qosim Nursheha kesimpulan Moqsith terlalu dini anti-klimaks. Hanya berdasarkan pendapat Ibnu Katsir di dalam al-Bidayah wa al-Nihayah-nya dan ayat yang menyatakan tentang wahyu dia langsung menyimpulkan bahwa benar-benar ada "nabi perempuan". Moqsith sangat tidak komprehensif ketika membahas makna "wahyu" dalam Islam, maka wajar jika konklusinya "nyeleneh". Tulisannya yang singkat dan sangat sederhana itu pun terkesan "tendensius" dan dipaksaan. Sepertinya dia sedang "geram" pada sementara pendapat yang ada dalam masalah ini. Dengan telak Qosim Nursheha menyatakan bahwa apa yang disimpulkan oleh Moqisth adalah keliru. Anggapan ulama yang menganggap Ayarikha (ibu Nabi Musa AS), Sarah (ibu Nabi Ishaq AS dan istri Nabi Ibrahim AS itu) dan Maryam (ibu Nabi 'Isa AS) sebagai "nabi" harus dilihat lagi secara kritis. Karena tidak ada penjelasan rinci yang menyatakan bahwa ketiganya dianggap sebagai "nabi". Sampai hari ini, tidak ada pendapat atau buku yang menjelaskan bahwa Ayarikha, Sarah dan Maryam menyampaikan risalah, atau memberi peringatan (al-indzar).
Ibnu Katsir sendiri, ketika menjelaskan ayat (28:7), menyatakan, "Wahyu ini adalah wahyu dalam arti "ilham" dan "irsyad" (petunjuk), seperti firman Allah yang berbunyi:
-- W AWhY RBK AL ALNhL (S. ALNhL, 16:68),
dibaca:
-- wa awha- rabbuka ilan nahli,
artinya:
-- Dan Maha Pengaturmu mewahyukan kepada lebah,
Menurut Ibnu Katsir, wahyu dalam ayat (16:68) bukanlah wahyu dalam arti "kenabian" (al-nubuwwah) , sebagaimana menurut oleh Ibnu Hazm dan para Mutakallimin lainnya. Yang benar adalah al-ilham wa al-irsyad, ilham dan petunjuk seperti yang dijelaskan oleh Abu al-Hasan al-'Asy'ari dari kelompok Ahlu Sunnah wal Jama'ah. Dengan demikian, menurut Qasim Nusheha pendapat Moqsith adalah pendapat yang tidak lebih dari sekadar "berwacana" yang 'miskin' makna.
***
Sebenarnya lima tahun sebelum Qasim Nursheha menyengat Moqsith yang bertanggal 1 November 2006, di situs www.suaramerdeka.com, Jumat, 23 Maret 2001, termaktub "Karangan Khas" oleh Nas(a)ruddin Umar yang menulis tentang Wacana Jender dan Wahyu untuk Ibu Nabi Musa AS, ada Nabi yang wanita. Ini dibuktikan dengan sebuah wahyu yang menyebutkan. ...''dan kami wahyukan kepada ibu Nabi Musa''. Wahyu adalah pesan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada seorang Nabi dan bukan orang sembarangan. Hanya karena pada saat wahyu itu turun, dunia (Arab khususnya) sangat tidak bersahabat dengan perempuan; maka nabi perempuan sangat tidak populer, demikian menurut Nas(a)ruddin Umar.
Isu gender yang diusung oleh komunitas Jaringan Islam Liberal memakai isu gender tersebut sebagai paradigma. Bertolak dari paradigma itu para aktivis JIL dengan "tendensius" dan "memaksakan" (kita pinjam istilah yang dipakai Qasim Nursheha) bahwa ayat (16:68) mengisyaratkan adanya Nabi Perempuan.
Padahal kalau dikembalikan kepada Al-Quran sebagai kamus, kriteria tntang Nabi dengan telak dijelaskan:
-- FB'ATs ALLH ALNBYN MBSyRYN WMNDzRYN WANZL M'AHM ALKTB BALhQ LYhKM BYN ALNAS FYMA AKhTLFWA FYH (S. ALBQRt, 2:213),
dibaca:
-- faba'atsa Lla-hun nabiyyi-na mubasysyiri- na wamundziriyna waanzala ma'ahumul kita-ba bil haqqi liyahkuma baynan na-si fi-makh talafu- fi-hi,
artinya:
-- Maka Allah membangkitkan nabi-nabi untuk penggembira dan penggentar dan menurunkan Kitab bersama mereka itu di atas kebenaran untuk (menetapkan keputusan) hukum (siapa yang benar) di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.
Jadi menurut ayat [2:213] barulah perlu dan cukup tentang kriteria seorang Nabi ialah mendapat wahyu dan mendapatkan Kitab sebagai rujukan untuk menetapkan keputusan hukum (yahkum). Komunitas JIL membuat definisi "seenak" benaknya mengenai ta'rif (definisi) Nabi. Tidak ada keterangan dalam Nash bahwa Allah SWT menurunkan Kitab kepada ibu Nabi Musa AS. Tampaklah pula ciri-khas pola pikir penganut JIL yaitu konfigurasi akal mengatasi wahyu. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 5 November 2006
--------------------------------
(*)
Ini adalah koreksi Al-Quran atas Perjanijan Lama, yang tidak menyebutkan Ibu Musa mendapat wahyu:
KJVR-Exo 2:
1 And there went a man of the house of Levi, and took to wife a daughter of Levi.
2 And the woman conceived, and bore a son: and when she saw him that he was a goodly child, she hid him three months.
3 And when she could not longer hide him, she took for him an ark of bulrushes, and daubed it with slime and with pitch, and put the child therein; and she laid it in the flags by the river's brink.
LAI:
1 Seorang laki-laki dari keluarga Lewi kawin dengan seorang perempuan Lewi;
2 lalu mengandunglah ia dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tiga bulan lamanya.
3 Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil;
(**)
Salah satu sifat Allah adalah Mutakallim (Maha Berkata-kata tak pernah putus) kepada seluruh makhluqNya. Khusus kepada para Nabi Allah berkata-kata menurunkan wahyu al-nubuwwah dan kepada manusia biasa dalam wujud al-ilham wa al-irsyad, ilham dan petunjuk. Wahyu al-nubuwwah tidak diturunkan lagi setelah Nabi Muhammad SAW KhatamunNabiyyin.
29 Oktober 2006
[+/-] |
751. Al-Asmaa' Al-Husnay vs Hoax Rekayasa Antropolog |
Orang atheist mengatakan bahwa tidak ada tuhan. Tuhan hanya ciptaan manusia saja. Apa benar begitu? Manusia mencipta tuhan di dalam benaknya? Itu ada benarnya, tetapi tidak seluruhnya benar. Hasil ciptaan manusia dalam benaknya, itulah dia yang disebut ila-h(un) dalam wujud mempertuhankan berhala, mempertuhankan manusia, mempertuhankan materi berupa harta benda kekayaan, mempertuhankan ideologi, mempertuhankan nasionalisme, mempertuhankan HAM dll. Itulah yang dinafikan (disangkal, deny) dalam LA ALH (dibaca: la- ila-ha), tidak ada itu ila-h(un) hasil ciptaan manusia dalam benaknya, yang Ada adalah Pencipta alam semesta. Sewaktu manusia belum ada di permukaan bumi ini, ila-h(un) itu juga belum ada, karena itu adalah hasil ciptaan manusia dalam benaknya. Jadi ma'na laa ila-ha illaLla-h, adalah tidak ada ilah hasil ciptaan manusia dalam benaknya, Yang Ada adalah Allah. Itulah dia ma'na tiada ilah selain Allah.
Para antropoloog (yang juga diikuti oleh Nurcholis Madjid) katanya setelah mengadakan penelitian atas bangsa-bangsa Semit mendapatkan bahwa orang-orang Semit ada yang menyembah air, sumur (= mata air), ada yang menyembah bulan, maka mereka berkesimpulan bahwa ila-h(un) itu adalah dewa air, dewa sumur, dewi bulan. Selanjutnya para antropoloog itu membuat hoax (kebohongan "ilmiyah") dengan trick (akal-akalan) permainan semantik. Mereka membubuhkan imbuhan definitif "al" di depan ilah, sehingga menjadi al-ilah, itulah dewa air, dewa sumur, dewi bulan. Membubuhkan al pada ilah adalah suatu yang sangat kontradiktif. Ilah yang telah dinafikan itu, sangat bertentangan dengan pembubuhan "al". Itulah yang disebut hoax rekayasa antropolog. Kemudian al-ilah disulap menjadi Allah, itulah yang disebut permainan akal-akalan semantik.
Waktu Abel Tasman ke bagian timur kepulan Nusantara ini banyak kelasi kapalnya meninggal karena penyakit scheurbuik (nanti pada abad ke-20 ketahuan bahwa penyakit itu disebabkan oleh kekurangan vitamin C). Maka Abel Tasman singgah di Ambon mengambil kelasi. Tiba pada suatu waktu Abel Tasman yang sedang berdiri bersama dua orang kelasi Ambon, tampaklah dari jauh sebuah pulau/daratan. Kelasi Ambon yang berdiri di tengah segera menunjuk sambil berseru: "Itu ada pulo." Abel Tasman bertanya: "Wat is de naam van het pulo," dan serempak dengan itu kelasi Ambon yang satu bertanya pula kepada temannya: "Mana itu pulo." Karena jengkel kepada temannya mengapa pulau yang sudah jelas kelihatan itu tidak dilihatnya, ia balik bertanya: "Ose tra lia'," (engkau tidak lihat)? Segera Abel Tasman dengan rasa puas karena mendapat jawaban, masuk ke dalam kamarnya, menulis dalam log-boeknya: Pada jam sekian, tanggal sekian, tahun sekian, kami menjumpai daratan baru bernama Australia. Maka hoax permainan semantiknya antropolog "al-ilah menjadi Allah", tidaklah berbeda dengan hoax dalam dongengan tentang lahirnya nama Australia, dengan permainan semantik dari Osetralia.
***
Nama Allah adalah Nama Diri (Proper Name) yang Allah sendiri memberikan NamaNya sejak Nabi Ibrahim AS, seperti termaktub dalam Al-Quran:
-- FLMA BLGh M'AH ALS'AY QAL YBNY ANY ARY FY ALMNAM ANY ADzBhK FANDzR MADzA TRY QAL YAaBT AF'AL MA TWaMR STJDNY AN SYAa ALLH MN ALShBRYN (S. ALShFT 37:102),
dibaca:
-- falamma- balagha ma'ahus sa'ya- qa-la Ya- bunayya inni- ara- fil mana-mi anni- adzbahuka fanzhur ma-dza- tara- Qa-la Ya- abatif'al ma- tu'maru satajiduni- insya- ALla-hu minash sha-biri-na (tanda - dipanjangkan membacanya),
artinya:
-- Tatkala putra itu sudah balig dan telah sanggup membantu bekerja, berkatalah (Ibrahim): Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam tidurku bahwa aku menyembelihmu, maka bagaimanakah pendapatmu mengenai hal ini. Berkata (Isma'il): Hai ayah, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, engkau akan mendapati aku, insya Allah, termasuk golongan orang yang tabah.
Allah adalah Nama Diri, yang tidak dijabarkan dari kata apapun juga dan tidak mempunyai arti yang terkait dengan sifat dan perbuatan apapun juga:
-- WLM YKN LH KFWA AhD (S. ALAKhLASh, 112:4),
dibaca:
-- Walam yakul lahu- kufuwan ahad,
artinya:
-- dan tak satu juapun yang sekufu (setara) denganNya.
Menurut ayat (37:102), Allah telah memberitahukan Nama DiriNya kepada Nabi Ibrahim AS seperti diucapkan oleh Isma'il: "satajiduni- insya- ALla-hu minash sha-biri-n". Kepada Nabi Muhammad SAW Allah memberi tahu 99 Al-Asmaa' Al-Husnay (Nama-Nama Terbaik) yang dikaitkan kepada sifat dan perbuatan Allah. Firman Allah:
-- WLLH ALASMAa ALhSNY FAD'AWH BHA WDzRWA ALDzYN YLhDWN FY ASMAaH SYJZWN MA KANWA Y'AMLWN (S. ALA'ARAF, 7:180),
dibaca:
-- waliLla-hil asma-ul husna- fad'u-hu biha- wadzarul ladzi-na yulhidu-na fi- asma-ihi- sayujzauna ma- kanu- ya'malu-n,
artinya:
-- Bagi Allah Nama-Nama Terbaik, sebab itu berdo'alah kepadaNya dengan Nama-Nama itu dan biarkanlah orang-orang memutar-mutar Nama Allah, nanti mereka akan dibalasi apa yang mereka perbuat.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam ayat (7:180) tersebut. Pertama, jika berdoa kepadaNya pakailah Nama-Nama terbaik itu, seperti antara lain yang dalam Basmalah, Ar-Rahman (Maha Pengasih), Ar-Rahim (Maha Penyayang). Kedua, peringatan bagi antropolog dalam kalangan ummat Islam untuk tidak membeo kepada antropolog orang-orang kafir itu memutar-mutar Nama Allah (misalnya dari al-ilah). Sampai lumpuh otak antropolog orang-orang kafir itu tidak akan bisa mengakal-akali bikin hoax dari mana asal 99 kata itu. Itulah sebabnya sampai sekarang dan sampai kiamat para antropolog itu tidak sanggup mengutak-katik dengan otaknya yang sejemput itu dari mana asal kata ke-99 Nama-Nama Terbaik dari Allah.
Alhasil, Nama Allah telah diturunkan Allah sebelum penyembah berhala menciptakan dalam benak manusia yang melahirkan kebudayaan Semit nama-nama Ilah seperti tiga-serangkai/ trimurti Arab-jahiliyah: Al-Lat (dewi kesuburan dan peperangan), Al-Uzza (dewi kekuatan), dan Al-Manat (dewi peruntungan) . Pada zaman Nabi Isma'il AS orang Arab di Makkah masih beragama Tawhid, menyembah Allah, seperti diajarkan oleh Nabi Isma'il AS. Dalam perjalanan sejarah agama Tawhid yang diajarkan oleh Nabi Isma'il AS, walaupun nama Allah masih tetap dipelihara (nama ayahanda Nabi Muhammad SAW adalah Abdullah), namun agama Tawhid dikotori oleh kebudayaan jahiliyah hasil olahan benak masyarakat jahiliyah penyembah berhala itu, yang menghasilkan tuhan ciptaan manusia, seperti tiga-serangkai Arab-jahiliyah tersebut.
***
Manusia keturunan Nabi Adam AS dan Sitti Hawa punya cirikhas yang berhubungan ke-99 Al-Asmaa' Al-Husnay. Periksalah telapak tangan anda yang sebelah kanan di situ tertera alur(*) berbentuk angka Arab ١٨ (18) (membaca angka Arab dari kiri ke kanan, berbeda dengan membaca tulisan Arab dari kanan ke kiri). Pada telapak kiri tertera angka ٨١ (81). Cobalah jumlahkan: 18 + 81 = 99 jumlah Nama-Nama Allah Terbaik. Coba susun: 1881, bagilah 19, 1881:19 = 99. Pada bagian dalam sampul (inner cover) Al-Quran awal dan akhir ada tertera ke-99 Nama-Nama Terbaik dari Allah. WaLlahu a'lamu bisshawab.
Makassar, 29 Oktober 2006
--------------------------
(*) Alur pada telapak tangan sebelum diturunkan wahyu ttg Al-Asmaa' Al-Husnay yang jumlahnya 99 itu dan sebelum dikenal simbol bilangan sistem desimal angka Arab, masih merupakan rahasia yang belum dapat dibaca manusia.
22 Oktober 2006
[+/-] |
750. Masalah Berlebaran Bersama dan Sekali lagi Al-Muaqaththa’aat |
Di Makassar 29 puasa Ahad petang 22 Oktober, matahari terbenam 17:55:25 LT dan bulan pada 17:56:50 LT, beda waktu 1 menit 25 detik, tinggi titik pusat Al-Hilal 2'51" ('=menit busur, "=detik busur), ijtima' pada 13:15:08 LT. Al-Hilal tidak bisa diru'yah, sedangkan secara hisab, mutasyabihat, remang-remang, karena data itu menunjukkan Makassar pada wilayah bidang batas Ramadhan dengan Syawwal. Di sebelah barat bidang batas itu baik ru'yah maupun hisab jelas sudah halal mengakhiri puasa pada hari Senin, namun di sebelah timur bidang batas itu masih haram mengakhiri puasa pada hari Senin. Al-halalu bayyinun, walharamu bayyinun wa bainahuma mutasyabihat. Yang halal jelas, yang haram jelas dan di antara keduanya remang-remang. Di dalam Hadits Shahih riwayat Muslim dinyatakan bahwa masing-masing kawasan adalah dengan rukyahnya sendiri-sendiri (Hadits nomor 1087). Oleh sebab itu tidak berlebaran bersama dalam hari yang sama itu keniscayaan, dan itu bukan perpecahan namanya, itu tidak relevan dengan isu persatuan dan kesatuan ummat. Maka secara pribadi saya putuskan menggenapkan puasa 30 hari, Senin masih berpuasa. inal-'Aaidiyn wal-Faaiziyn, TaqabbalaLla-hu Minnaa waMinkum.
***
Dalam Seri 749 ybl telah diperlihatkan Al-Muqaththa'aat adalah salah satu dari Mu'jizat Nabi Muhammad SAW. Pendekatan numerik Al-Muqaththa'ah/Al-Muqaththa'aat itu menunjukkan bahwa tidak mungkin ada manusia sampai kiamatpun yang mampu menyusun buku dengan kata-kata yang jumlah huruf-hurufnya terkait dengan sistem kelipatan 19 itu. Al-Muqaththa'ah/Al-Muqaththa'aat yang sinkron dengan sistem 19 itu melemahkan semua hasil kajian orientalis yang memutar otaknya memakai hermeneutika menentang dengan menyatakan bahwa Al-Quran itu "man made" dan Orientalis bersama antek-anteknya Orientalis berupa pseudo-Muslim yang menentang keotentikan teks Mushhaf 'Usmaniy. Satu huruf saja yang tidak otentik, maka keterkaitan data numerik Al-Muqaththa'aat itu tidak akan sinkron dengan sistem 19. Apa yang diperlihatkan hasil lacakan/obesrvasi menganai data numerik itu dengan telak melemahkan ('ajaza, Mu'jizat) semua upaya yang sia-sia dari para Orientalis dan antek-anteknya pseudo-Muslim itu. Mu'jizat Nabi Muhammad SAW itu dapat disaksikan di mana saja, kapan saja dan oleh siapa saja.
***
Kemudian dari pada itu saya terima e-mail Japri oleh Usamah yang menanyakan atas dasar apa angka 19 dipilih, apakah karena 19 terdiri atas kombinasi single digit terendah (1) dan single digit tertinggi (9), ataukah diambil dari 12 bulan setahun dan 7 hari seminggu: 12 + 7 = 19. Saya sudah kirim e-mail Japri kepadanya, dan saya pikir tentu tidak kurang pembaca yang seperti Usamah yang belum mengikuti secara sinambung Serial WAHYU DAN AKAL – IMAN DAN ILMU ini, sehingga saya merasa perlu menuliskan jawaban saya itu kepadanya dalam Seri 750 ini.
***
Al-Walid ibn Al-Mughirah pernah berkata: Al-Quran itu tidak lain hanya perkataan manusia. Ucapan Al-Mughirah itu terpateri dalam Al-Quran:
-- AN HDZA ALA QWL ALBSYR (S. ALMDTSR, 74:25),
dibaca:
-- in ha-dza- illa- qaulul basyari (tanda - memanjangkan),
artinya:
-- Ini tidak lain hanya perkataan basyar.
Maka kepada Al-Mughirah yang dahulu, dan semacam Al-Mughirah dewasa ini serta yang akan datang, yang bervisi Al-Quran itu "man made", Allah memberikan "sengatan", dalam FirmanNya:
-- LWAht LLBSYR (S. ALMDTSR, 74:29),
dibaca:
-- lawwa-hatul lilbasyar,
artinya:
-- Sengatan bagi basyar.
Berupa apa itu sengatan? Untuk itu silakan dibaca Surah al-Muddatstsir ayat-ayat (24-30) yang berikut (hanya artinya saja untuk menghemat ruangan):
(24)Lalu dia berkata: Ini tidak lain dari sihir yang dipelajari.
(25)Ini tidak lain hanya perkataan basyar.
(26)Aku akan memasukkannya ke dalam Saqar.
(27)Tahukah kamu apakah Saqar itu.
(28)Tidak meninggalkan dan tidak membiarkan.
(29)Sengatan bagi basyar.
(30)Padanya sembilan belas.
Apa itu basyar? Kalau Al-Quran dijadikan sebagai kamus, yaitu prinsip ayat menjelaskan ayat, maka dari 37 ayat yang mengandung kata basyar, dapatlah didefinisikan kata basyar tsb, yaitu: manusia yang berdarah daging yang makan dan minum, berkembang biak, mempunyai keturunan dan berkeluarga yang masih hidup di atas muka bumi ini. Jadi basyar itu tidak disentuh oleh neraka Saqar, karena hanya manusia yang sudah mati saja yang akan menghuni neraka Saqar. Jadi "Sengatan bagi basyar" dalam ayat (29) tidaklah menunjuk pada ayat sebelumnya, tidak menunjuk kepada Saqar, melainkan menunjuk pada ayat sesudahnya, yaitu ayat:
-- 'ALYHA TS'At 'ASYR (S. ALMDTSR, 74:30),
dibaca:
'alaiha- tis'ata 'asyara,
artinya:
Padanya 19.
Jadi sengatan itu berupa bilangan interlock yang mengontrol Al-Mushhaf bil-Rasm Al-'Utsmaniy (Teks Al-Quran Ejaan 'Utsmani), yaitu sistem keterkaitan matematis angka 19. Ayat (74:30), adalah satu-satunya ayat dalam Al-Quran yang menyebutkan bilangan tanpa substansi. Sehingga jumlah 19 bisa mengenai apa saja dalam Al-Quran, pokoknya yang bergender perempuan, sebab HA adalah dhamir ghaybah (kata ganti ketiga gender perempuan). Jadi bisa investigasi dilakukan pada Surah, atau pada ayat samada berupa kalimat, berupa kata, atau berupa huruf, termasuklah Al-Muqaththa'ah/Al-Muqaththa'at.
Alhasil, pemilihan angka 19 itu adalah atas petunjuk Allah SWT dalam S. Al-Muddatstsir ayat 30, sebagai mekanisme untuk memelihara keotentikan Al-Quran, seperti FirmanNya:
-- AN NhN NZLNA ALDzKR WANLH LhFZhWN (S. ALhJR, 15:9),
dibaca:
-- inna- nahnu nazzlnadz dzikra wa inna- lahu- laha-fizhu-n,
artinya:
-- Sesungguhnya Kami turunkan Adz-Dzikr (nama lain dari Al-Quran) dan sesungguhnya Kami memeliharanya.
WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 22 Oktober 2006
15 Oktober 2006
[+/-] |
749. Al-Muqaththa’aat Salah Satu Mu’jizat |
Dalam rangka peringatan NuzululQuran Seri 749 ini membicarakan seperti judul di atas Al-Muqaththa’aat Salah Satu Mu’jizat. Al-Muqaththa'aat adalah potongan dan/atau rangkaian potongan-potongan (akarnya dari Qaf, Tha, 'Ain, qatha'a, memotong) huruf-huruf yang terdapat dalam pembukaan surah-surah sesudah kalimah Basmalah. Mu'jizat (akarnya dari 'Ain, Jim, Zai, 'ajaza, melemahkan) adalah sesuatu yang dimiliki oleh seorang Nabi untuk melemahkan kehandalan pikiran dan upaya orang kafir dalam menentang seorang Nabi.
Al-Muqaththa'aat itu sesungguhnya kode matematis. Setelah mengadakan istinbath (penggalian) mengenai Al-Muqathth'aat ini diperoleh qaidah numerik seperti berikut:
Pertama, Kaitan numerik jumlah Surah yang dibuka dengan Al-Muqaththa'ah dan Al-Muqaththa'aat ditambah dengan jumlah Al-Muqaththa'ah dan Al-Muqaththa'aat ditambah dengan jumlah huruf-huruf yang membentuk Al-Muqaththa'ah dan Al-Muqaththa'aat, maka jumlah keseluruhan itu kelipatan 19.
Kedua, Al-Muqaththa'ah dan Al-Muqaththa'aat yang membuka sebuah Surah setelah Basmalah memberikan isyarat bahwa jumlah huruf dalam Surah bersangkutan adalah kelipatan 19.
Ketiga, huruf dan huruf-huruf persekutuan yang membentuk Al-Muqaththa'ah dan/atau Al-Muqaththa'aat yang terdapat dalam semua Surah yang sama-sama memiliki huruf dan/atau huruf-huruf persekutuan tersebut, jumlahnya adalah kelipatan 19.
Keempat, jumlah huruf atau huruf-huruf yang dinyatakan oleh Al-Muqaththa'ah dan Al-Muqaththa'aat dalam beberapa Surah yang sama-sama memiliki Al-Muqaththa'ah dan Al-Muqaththa'aat tersebut, adalah kelipatan 19.
Menurut penuturan guru saya Allahu Yarham DR S.Majidi, penjelasan yang paling effektif, yaitu memberikan contoh. Maka contoh-conth itu diilustrasikan di bawah:
Contoh Qaidah pertama:
Ada 29 surah yang dibuka dengan Al-Muqaththa'ah dan Al-Muqaththa'aat sesudah Basmalah, yaitu Surah-Surah ke- 2, 3, 7, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 19, 20, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 36, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 50, 68. Al-Muqaththa'ah dan Al-Muqaththa'aat itu 14 buah, yaitu:
1. | Alif-Lam-Mim | (2, 3, 29, 30, 31, 32) |
2. | Alif-Lam-Ra | (10, 11, 12, 14, 15) |
3. | Alif-Lam-Mim-Ra | (13) |
4. | Alif-Lam-Mim-Shad | (7) |
5. | ha,Mim | (40, 41, 43, 44, 45, 46) |
6. | 'Ain,Sin,Qaf ha,Mim | (42) |
7. | Tha,Sin | (27) |
8. | Tha-Sin-Mim | (26, 28) |
9. | Kef-Ha-Ya-'Ain-Shad | (19) |
10. | Ya-Sin | (36) |
11. | Tha-Ha | (20) |
12. | Shad | (38) |
13. | Qaf | (50) |
14. | Nun | (68) |
Huruf yang membentuk Al-Muqaththa'ah dan Al-Muqaththa'aat 14 buah: (1)Alif, (2)Lam, (3)Mim, (4)Ra, (5)Kef, (6)ha, (7)Ya, (8)'Ain, (9)Shad, (10)Tha, (11)Sin, (12)Qaf, (13)Nun, (14) Ha.
Marilah kita jumlahkan angka 29 (jumlah Surah yang dibuka dengan Al-Muqaththa'ah dan Al-Muqaththa'aat), ditambahkan dengan 14 (jumlah Al-Muqaththa'ah dan Al-Muqaththa'aat), ditambahkan lagi dengan 14 (huruf dan huruf-huruf yang membentuk Al-Muqththa'ah dan Al-Muqaththa'aat, maka akan diperoleh: 29 + 14 + 14 = 57 = 3 x 19.
Contoh Qaidah kedua:
Surah al-A'raaf (7)
Alif | Lam | Mim | Shad | Alif + Lam + Mim + Shad |
2572 | 1523 | 1165 | 98 | 5358 = 19 x 282 |
*******
Surah Yuwnus (10)
Alif | Lam | Ra | Alif + Lam + Ra |
1319 | 913 | 257 | 2489 = 19 x 131 |
*******
Surah al-Ra'd (13)
Alif | Lam | Mim | Ra | Alif + Lam + Mim + Ra |
625 | 479 | 260 | 137 | 1501 = 19 x 79 |
******
Surah Tha-Ha (20)
Tha | Ha | Tha + Ha |
28 | 314 | 342 = 19 x 18 |
*******
Surah Maryam (19)
Kef | Ha | Ya | 'Ain | Shad | Kef + Ha + Ya + 'Ain + Shad |
137 | 168 | 345 | 122 | 26 | 798 = 19 x 42 |
*******
Surah Ya-sin (36)
Ya | Sin | Ya + Sin |
48 | 237 | 285 = 19 x 15 |
*******
Surah asy-Syuwray (42)
ha | Mim | 'Ain | Sin | Qaf | Qaf ha + Mim + 'Ain +Sin +Qaf |
53 | 308 | 53 | 99 | 57 | 570 = 19 x 30 |
*******
Surah Qaf (50)
Qaf |
57 = 19 x 3 |
*******
Surah alQalam (68)
Nun |
133 = 19 x 6 |
*******
Contoh Qaidah ketiga:
Jumlah huruf Alif persekutuan yang terdapat dalam Surah-Surah 2, 3, 7, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 29, 30, 31, 32 berturut-turut seperti berikut:
4592 + 2578 + 2572 + 1353 + 1402 + 1335 + 625 + 594 + 503 + 784 + 545 + 348 + 268 = 17499 = 19 x 921
*******
Jumlah huruf Lam persekutuan yang terdapat dalam Surah-Surah 2, 3, 7, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 29, 30, 31, 32 berturut-turut seperti berikut:
3204 + 1885 + 1523 + 912 + 788 + 812 + 479 + 452 + 323 + 554 + 396 + 298 + 154 = 11780 = 19 x 620
*******
Jumlah huruf Mim persekutuan yang terdapat dalam Surah-Surah 2, 3, 7, 13, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46 berturut-turut seperti berikut:
2195 + 1251 + 1165 + 260 + 489 + 461 + 347 + 318 + 177 + 158 + 389 + 276 + 308 + 317 + 145 + 200 + 227 = 8683 = 19 x 457
*******
Jumlah huruf Ra persekutuan yang terdapat dalam Surah-Surah 10, 11, 12, 13, 14, 15 berturut-turut seperti berikut:
257 + 324 + 258 + 137 + 160 + 99 = 1235 = 19 x 65
*******
Jumlah huruf Shad persekutuan yang terdapat dalam Surah-Surah 7, 19, 38, berturut-turut seperti berikut:
98 + 26 + 28 = 152 = 19 x 8
*******
Contoh Qaidah keempat:
No | Surah | Alif | Lam | Ra | Alif + Lam + Ra |
11. | Huwd | 1370 | 794 | 325 | 2489 |
12. | Yuwsuf | 1306 | 812 | 257 | 2375 |
14. | Ibraahiym | 585 | 452 | 160 | 1197 |
15. | al-hijr | 493 | 323 | 96 | 912 |
Jumlah | 3754 | 2381 | 838 | 6973 = 19 x 367 |
Tabel Alif,Lam,Mim
No | Surah | Alif | Lam | Mim | Alif + Lam + Mim |
2. | al-Baqarah | 4592 | 3204 | 2195 | 9991 |
3. | Ali 'Imraan | 2578 | 1885 | 1251 | 5714 |
7. | al-A'raaf | 2572 | 1523 | 1165 | 5260 |
13. | al-Ra'd | 625 | 479 | 260 | 1364 |
29. | al-'Ankabuwt | 784 | 554 | 347 | 1685 |
30. | al-Ruwm | 545 | 396 | 318 | 1259 |
31. | Luqmaan | 348 | 298 | 177 | 823 |
32. | al-Sajadah | 268 | 154 | 158 | 580 |
Jumlah | 12312 | 8493 | 5871 | 26676 = 1404 x 19 |
Alhasil, pendekatan numerik Al-Muqaththa'ah/Al-Muqaththa'aat di atas itu menunjukkan bahwa tidak mungkin ada manusia sampai kiamatpun yang mampu menyusun buku dengan kalimat-kalimat yang redaksionalnya terkait dengan sistem kelipatan 19 itu. Al-Muqaththa'ah/Al-Muqaththa'aat yang sinkron dengan sistem 19 itu melemahkan semua hasil kajian orientalis yang memutar otaknya memakai hermeneutika menentang dengan menyatakan bahwa Al-Quran itu "man made" dan Orientalis bersama antek-anteknya Orientalis berupa pseudo-Muslim yang menentang keotentikan teks Mushhaf 'Usmany. Satu huruf saja yang tidak otentik, maka keterkaitan data numerik di atas itu tidak akan sinkron dengan sistem 19. Apa yang diperlihatkan hasil lacakan/obesrvasi mengenai data numerik itu dengan telak melemahkan semua upaya yang sia-sia dari para Orientalis dan antek-anteknya pseudo-Muslim itu. Melemahkan, 'ajaza, Mu'jizat Nabi Muhammad SAW yang dapat disaksikan di mana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 15 Oktober 2006
-----------------------------
(*) Tabel Alif,Lam,Ra dikoreksi di seri 750
8 Oktober 2006
[+/-] |
748. Tanda-Tanda Ketuaan dan Tekonologi yang Bisa Zalim |
Selesai shalat Jum'at kemarin dulu seperti biasa dlam bulan Ramadhan tidak langsung pulang, melainkan duduk-duduk dahulu berbincang-bincang. Titik berat perbincangan hari itu menyangkut seperti pada judul di atas "Tanda-Tanda Ketuaan". Beberapa ciri atau tanda dikemukakan, selain rambut, pendengaran dan penglihatan. Pada umumnya yang berbincang itu mengemukakan bahwa kalau sujud dalam shalat sudah tidak sanggup lagi lutut dahulu baru telapak tangan bertumpu pada lantai. Ya hampir semua mengatakan telapak tangan dahulu baru lutut. Itu salah satu tanda ketuaan. Haji Abrurrahman, itu dosen senior Universitas Islam Negeri (dahulu: IAIN) mengatakan sudah lama tidak bisa memenuhi undangan buka puasa, pasalnya begitu makanan masuk, perut terangsang untuk mengeluarkan isinya, jadi repot nanti ditempat buka puasa. "Wah, sama dengan saya, hanya saja itu terjadi jika makanan yang masuk itu, bukan yang khusus biasa di makan di rumah yang bisa berdamai dengan perut, itulah sebabnya saya tidak sempat hadir pada hari Syukuran Harian Fajar 1 Oktober 2006 yang lalu," saya menyahut. Saya tambahkan pula: "Kalau mau ke walimah (resepsi) perkawinan, saya makan dahulu di rumah makanan yang bisa berdamai dengan perut itu. Kalau undangan untuk berbuka puasa mana bisa makan dahulu baru datang untuk buka bersama. Bermacamlah tanda-tanda ketuaan dikemukakan yang pada umumnya dialami oleh majelis kecil yang berbincang itu. Kalau duduk di lantai mesti mencari tempat bersandar.
Saya tersenjum, ingat tanggal 30 September yang lalu, saya menyisih sedikit untuk bersandar pada podium di lantai bawah (aula) Masjid Al-Markaz dalam rangka diskusi seperti pada judul di atas Teknologi yang Bisa Zalim. Akan diperbincangkan di bawah nanti. Kembali kepada ciri ketuaan antara lain yaitu shalat Tarwih tidak bisa lagi berjama'ah di masjid, karena betul-betul shalat Tarwih, yang artinya santai. Seperti diketahui dalam rangkaian pelaksanaan ibadah Haji dimulai pada Yawm al-Tarwiyah yaitu pada 8 DzulHijjah. Disebut demikian karena pada hari itu RasuluLlah SAW dalam perjalanan beliau ke Arafah melepaskan dahaga, bersantai (Tarwiyah) di Mina.
-- Azh Zhahra wa l'Ashra Yawma tTarwiyati biMinay, shalat Zhuhur dan 'Asar pada hari Tarwiyah di Mina (Rawahu Bukhariy).
Shalatullayl artinya shalat tengah malam --shalat Tarwih itu sesungguhnya shalatullayl yang dikerjakan secara berjama'ah dalam bulan Ramadhan-- yang saya laksanakan sejak berusia kepala tujuh sungguh-sungguh shalat Tarwih dalam arti santai, seperti yang dikerjakan para sahabat sebelum diorganiser oleh Khalifah 'Umar ibn Khatttab RA. Sesudah salam sehabis 2 raka'at para sahabat itu bersantai, makan-makan kurma. Itulah sekelumit tentang tanda-tanda ketuaan.
***
Hari Sabtu 30 September 2006 bersama dengan Fuad Rumi saya menjadi nara sumber dalam diskusi dengan tema: Musibah dalam Prospektif Agama dan Tekonologi, bertempat pada lantai bawah masjid Al-Markaz seperti telah disebtkan di atas. Dalam diskusi itu saya antara lain mngemukakan bahwa teknologi itu bermanfaat untuk manusia karena mempermudah dan mempercepat proses kehidupan zahir, aktivitas jasmani dan juga membantu beberapa hal dalam 'ibadah mahdhah utamanya mikrofon dan laudspiker. Saya kemukakan dalam kesempatan menjadi nara sumber itu apa itu yang dimaksud dengan teknologi. Secara gampangnya, teknologi adalah suatu proses yang memberikan nilai tambah suatu barang / komoditi. Mengubah gabah menjadi beras yang sudah punya nilai tambah, itulah teknologi. Di dalam kita berkomunikasi sehari-hari, pemakaian istilah teknologi menjadi rancu. Barang / komoditi yang telah mempunyai nilai tambah sebagai hasil teknologi, disebut dengan teknologi juga. Teknologi diartikan sekali gus sebagai proses dan output / hasil. Namun kalau disimak, tidak seluruhnya salah. Mesin penggiling beras misalnya adalah hasil teknologi, diproses dari bungkahan ataupun lembaran logam. Pada gilirannya, mesin penggiling beras sebagai hasil teknologi dipakai pula untuk memproses gabah menjadi beras. Jadi teknologi mesin penggiling beras ini adalah sekali gus hasil dan proses. Demikian pula truk misalnya adalah hasil teknologi. Namun truk ini dapat memberikan jasa, dengan jalan memproses pemindahan komoditi dari pedalaman ke pasar. Komoditi yang sudah di pasar mempunyai nilai tambah ketimbang komoditi yang masih ada di pedalaman. Jadi juga dalam hal ini teknologi truk adalah sekali gus pula sebagai hasil dan proses. Makin canggih teknologi, akan menghasilkan barang yang juga makin tinggi nilai tambahnya. Bungkahan dan keping logam misalnya, yang diproses dengan teknologi canggih menjadi kapal terbang yang tinggi pula nilai tambahnya.
Menurut Fuad Rumi yang betul ialah mesin penggiling padi. Saya katakan pola pikir orang Melayu dan etnik Bugis-Makassar- Mandar-Torja itu output oriented. Menanak nasi, bukan menanak beras, appalu kanre bukan appaluu berasaq, mannasu nanre tania mannasu werreq (Bgs), mappiapi ande (Mdr), mannasu bo'bo' (Trj). Kalau rumah sakit itu pola pikir Belanda, sebab kata itu diadopsi dari zieken huis (ziek = sakit, huis = rumah). Jadi kalau pakai pola pikir Melayu dan etnik Bugis-Makassar- Mandar-Torja yang otuput oriented seharusnya rumah sehat. Secara psikologis istilah rumah sehat itu punya pengaruh sejuk, pikiran baik si sakit maupun keluarga si sakit diarahkan pada optimisme, sehat. Dalam manajemen ada juga yang pakai paradigam output oriented ini, yakni Management by Objectives, gampang untuk evaluasi.
Baik Fuad rumi maupun saya dalam diskusi itu mengemukakan dua ayat yang sangat relevan dengan tema: Musibah dalam Prospektif Agama dan Tekonologi, yaitu:
-- ZhHR ALFSAD FY ALBR WA ALBhRI BMA KSBT AYD ALNAS LYDzYQHM B'ADh ALDzY 'AMLWA L'ALHM YRJ'AWN (S. ALRWM, 30:41),
dibaca:
-- zhaharal fas-du fil barri wak bahri bima- kasabat aidin na-s liyudzi-qahum ba'dhal ladzi- 'amilu- la'alahun yarji'u-n (tanda - memanjangkan) ,
artinya:
-- zahirlha bencana di darat (dan udara di atasnya) dan di laut (dan udara di atasnya), karena perbuatan tangan-tangan manusia, demikainlah dirasakan kepada mereka sebagian dari (balasan) yang mereka perbuat, supaya mereka kembali (sadar).
-- WATQWA FTNt LA TUShYBN ALDzYN ZhLMWA MNKM KHASht WA'ALMWA AN ALLH SyDYD AL'AQAB (S. ALANFAL, 8:25),
dibaca:
-- wattaqu- fitnatal la- tushi-bannal ladzi-na zhalamu- mingkum kha-shshatan wa'lamu- annaLla-ha sydi-dul 'ika-b,
artinya:
-- waspadalah kamu akan fitnah (prahara) yang tiada (hanya) menimpa orang-orang yang zalim saja di antara dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaannya.
Dalam membahas ayat (8:25) di mana ada kata zalim di dalamnya merambatlah pembicaraan mengenai musibah lumpur di Sidoarjo. Siapa yang zalim di Sidoarjo itu. Saya kemukakanlah bahwa yang zalim itu adalah sistem industri, yaitu orang-orang bersama teknologinya. Hal ini bisa diterima oleh majelis mujadalah. Namun waktu saya kemukakan bahwa teknologi itu an sich bisa zalim, saya dibantah oleh seorang peserta Sitti Hawa, bahwa teknologi itu polos (ini juga pendapat Prof. Ahmad Sewang), yang zalim adalah manusia yang menggerakkan teknologi itu. Saya jawab bahwa sungguh-sungguh ada kalanya teknolgi itu bias zalim walaupun orang yang menggerakkannya tidak zalim. Yang datang kemari berdiskusi naik kedfaraan bermotor roda dua atau roda empat. Apa saudara-saudari itu mau disebut zalim. Tidak mau bukan?, karena memang tidak zalim. Yang zalim itu gas buang yang keluar dari knalpot kendaraan yang mencemari, menzalimi udara Makassar dengan zat beracun. Diskusi selesai pukul 17:00, sehingga saya mempunyai kesempatan pulang berbuka puasa di rumah, tidak di al-Markaz. WalLalahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 8 Oktober 2006