Pada musim haji tahun lalu terjadi kesemrawutan berupa calon haji (Calhaj) yang tergolong dalam daftar tunggu (waiting list). Calhaj yang masuk dalam daftar tunggu ada dua jenis. Yang pertama adalah karena mereka mendaftar dalam urutan dengan nomor urut yang lebih tinggi dari jumlah kuota yang sebanyak 195 000 orang. Jadi dari Calhaj yang sejumlah 231 000 orang yang telah melunasi ONH dengan nomor urut 195 001 ke atas, masuklah ia dalam daftar tunggu. Jenis kedua adalah Calhaj yang masuk daftar tunggu karena ulah sang kolektor yang tergolong jenis preman kerah putih (white collar free man), yang memanfaatkan dahulu ONH yang telah dikoleksinya itu. Karena tidak segera disetor maka para Calhaj yang sebenarnya jauh-jauh sebelumnya sudah membayar kepada para kolektor itu nomor urutnya di atas 195 000. Pada tahun-tahun sebelumnya ulah sang kolektor yang memanfaatkan dahulu ONH yang telah dikoleksinya itu tidak berdampak apa-apa oleh karena Calhaj yang mendaftar jumlahnya di bawah jumlah kuota. Maka demikianlah masalah potensial yang luput dari antisipasi adalah pendaftar Calhaj yang telah melunasi ONH jumlahnya lebih tinggi dari jumlah kuota (lihat angka-angka di atas). Bahwa jumlah pendaftar yang melonjak jauh di atas jumlah kuota itu tidak terantisipasi, itu tidak boleh disalahkan, panitia tidak wajar dikambing hitamkan, karena jagoan statistikpun tidak pernah menyangka lonjakan yang sangat menanjak sedemikian itu.
Firman Allah:
Ya- Ayyuha- Lladziyna A-manuw Ittaquw Llaha waLtanzhur Nafsun Ma- Qaddamat liGhadin waTtaquw Llaha inna Llaha Khabiyrun biMa- Ta'maluwna (S. Al Hasyr, 18). Hai orang-orang beriman, taqwalah pada Allah dan mestilah setiap diri (manusia) mengkaji masa lalu untuk masa depan, dan taqwalah pada Allah, sesungguhnya Allah meliput semua apa yang kamu kerjakan (59:18).
Belajar dari pengalaman tahun silam itu untuk perencanaan tahun sesudahnya (waLtanzhur Nafsun Ma- Qaddamat liGhadin), maka penyelenggaraan menghadapi musim haji tahun ini sistem pendaftaran ONH telah diubah. ONH tidak boleh dicicil lagi, koordinasi dilakukan dengan cermat, sehingga memungkinkan pendaftaran segera ditutup begitu jumlah kuota tercapai. Dan alhamduliLlah tahun ini tidak terjadi lagi hal yang tidak diinginkan itu, yakni adanya Calhaj kategori daftar tunggu.
Namun tahun ini timbul masalah potensial yang luput diantisipasi oleh panitia penyelenggara haji: paspor yang terlambat datang yang jumlahnya besar. Bahwa masalah keterlambatan paspor luput dari tinjauan sebagai masalah potensial, itupun tidak dapat disalahkan, dan juga tidak perlu dan tidak ada gunanya mencari kambing hitam, karena itu membuang-buang energi saja, tidak efisien. Karena menurut pengalaman yang sudah-sudah adanya paspor yang terlambat datang adalah dianggap bukan masalah, karena jumlahnya kecil. Isteri saya juga dahulu (Kloter 1) baru menerima paspornya sekitar pukul 23.00 (11.00 malam), pada hal Kloter 1 sudah mesti meninggalkan Asrama Sudiang pada pukul 00.30 (setengah satu malam).
Penanggulangan masalah potensial ini (keterlambatan visa dalam jumlah besar) tidak semudah dengan penanggulangan masalah Calhaj daftar tunggu tahun yang lalu. Mengapa, oleh karena masalah pemberian visa ini terkait dengan organisasi yang di luar jangkauan kontrol pemerintah yang dalam hal ini Departemen Agama, yaitu Kedutaan Besar Arab Saudi. Maka sesungguhnya saya tidak dapat mengerti mengapa anak-anak kita para mahasiswa mendemo Kanwil Depag di Bonto Rannu itu.
Tidaklah pula wajar dan tidak rasional apabila keterlambatan pemberian visa ini ditimpakan pada Kedutaan Besar Arab Saudi, oleh karena kemampuan mekanisme yang menanggulangi pemberian visa ini tentu terbatas pula. Sementara kolom ini ditulis, diberitakan bahwa diperkirakan insya Allah minggu depan akan menjadi normal. Dengan demikian itu berarti bahwa waktu yang dibutuhkan oleh mekanisme kerja pemberian visa pada Kedutaan Arab Saudi perlu diperpanjang dua pekan, atau katakanlah perlu perpanjangan waktu sebulan. Itu kalau tidak ada lagi masalah potensial. Apakah memang tidak ada lagi masalah potensial yang perlu diantisipasi untuk tahun yang berikut?
Menurut hemat saya ada, yaitu lonjakan pembengkakan yang menanjak dari jumlah Ummat Islam yang berumrah Ramadhan. Ini tentu saja akan menambah volume kerja mekanisme yang memberikan visa pada Kedutaan Arab Saudi. Maka perlu dipertimbangkan dan dikalkulasi berapa jumlah yang berumrah Ramadhan yang dapat ditolerer, sehingga jumlah yang berumrah Ramadhan tidak berdampak untuk menjadi masalah potensial. WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 31 Maret 1996
31 Maret 1996
[+/-] |
222. Masalah Potensial |
24 Maret 1996
[+/-] |
221. Terciptanya Benda-Benda Langit dan Bumi |
Adapun orang-orang yang "membaca" benda-benda langit dan bumi sebagai ayat-ayat Allah, maka para pembaca yang demikian itu diberi predikat oleh Allah SWT sebagai Ululalbab.
Inna fiy Khalqi sSamawati walArdhi waKhtila-fi Llayli wanNaha-ri laA-ya-tin liUlilalba-b (S. Ali 'Imra-n, 190. Sesungguhnya dalam penciptaan (benda-benda) langit dan bumi, dan bersilih-gantinya malam dengan siang adalah ayat-ayat bagi Ululalbab (3:190).
Marilah kita mulai dengan membaca ayat Allah pada bola langit pada waktu hujan rintik-rintik pada waktu matahari sepenggal naik di sebelah timur ataupun pada waktu sepenggal turun di sebelah barat. Apa yang tampak pada bola langit yang bertentangan dengan letak matahari adalah sesuatu yang berbentuk setengah lingkaran berwarna-warni, yang kita sebut pelangi. Di dalam laboratorium kita dapat menyaksikan pelangi dengan melihat tembus sebuah gelas prisma. Cahaya itu diuraikan oleh prisma menjadi 7 warna, sebagaimana diuraikan pula oleh titik-titik air hujan yang kita saksikan dengan melihat tembus titik-titik hujan itu dengan berlatar belakang bola langit. Pada pelangi ke-7 warna itu tersusun menjadi spektrum yang sinambung. Ilmu spektroskop adalah ilmu yang menyangkut dengan kajian spektra. Kita dapat mengetahui misalnya jenis unsur benda langit dengan mengkaji spektrum, karena kajian ini berdasarkan atas sifat asal unsur itu: spektrum suatu unsur terbentuk oleh refraksi cahaya ibarat "cap jempol" unsur itu pada spektrum. Ada sebuah unsur yang mula-mula dikenal bukan pada bumi ini melainkan pada benda langit (matahari), yaitu helium. Kata ini berasal dari bahasa Yunani helios artinya matahari. Kita dapat pula mempelajari gerak benda-benda langit apakah sedang menjauh atau mendekat dengan mengkaji pergeseran spektrum benda langit tersebut, berdasarkan atas asas Efek Doppler. Apabila spektrum benda langit yang bercahaya itu bergeser ke arah lembayung maka benda langit itu sedang bergerak menjauh dan sebaliknya jika bergeser ke arah merah, maka benda lngit itu sedang bergerak mendekat.
Dari hasil pengamatan semua gugusan bintang yang disebut galaxy, ternyata semua galaxy itu bergerak menjauh dari kita. Sebuah galaxy terdiri atas jutaan bintang yang berkualitas seperti matahari. Dari hasil kajian spektra galaxy itu menunjukkan bahwa kecepatan radial sebuah galaxy berbanding lurus dengan jarak antara kita dengan galaxy itu. Jika sebuah bola karet diberi titik-titik pada permukaannya, lalu bola itu ditiup menjadi membesar, dan jika diambil sebuah titik sebagai titik pusat sistem koordinat, maka semua titik pada permukaan bola itu kecepatan radialnya akan berbanding lurus dengan jaraknya pada titik yang dipilih sebagai pusat sistem koordinat itu. Berdasarkan atas kenyataan bahwa semua galaxy itu kecepatan radilnya berbanding lurus dengan jarak antara galaxy itu dengan kita yang ada di bumi ini sebagai pusat sistem koordinat, maka alam semesta ini sedang dalam keadaan berekspansi.
Selanjutnya marilah kita baca ayat Qawliyah, sambungan ayat yang telah dituliskan di atas itu, yang menjelaskan pengertian Ululalbab (dalam ayat tertulis Ulilalbab, karena didahului oleh li, namun kalau berdiri sendiri dibaca/ditulis Ululalbab):
Alladziyna Yadzkuruwna Llaha Qiya-man wa Qu'uwdan wa 'alay Junuwbihim wa Yatafakkatuwna fiy Khalqi sSamawati wa lArdhi Rabbana- Ma- Khalaqta Hadza- Ba-thilan Subhanaka faQina- 'Adza-ba nNa-ri (S. Ali 'Imra-n 191). (Ululalbab) yaitu yang mengingat Allah tatkala berdiri, duduk dan berbaring, dan memikirkan akan terciptanya (benda-benda) langit dan bumi (sambil berucap): Hai Maha Pemelihara kami, tidaklah Engkau menciptakan semuanya ini tanpa tujuan, Maha Suci Engkau, maka peliharakanlah kami dari siksa neraka (3:191).
Tatkala berdiri, duduk dan berbaring, kita ingat akan Allah, dalam segala sikap kita tidak terkecuali dalam mengilmu, ingat akan Allah dahulu baru memikirkan obyek ilmu. Alam semesta ini sedang berekspansi, itu artinya alam semesta ini ada permulaannya, dan pada mulanya terdiri atas satu lalu pecah dan berpisah bergerak saling menjauhi, berekspansi. Allah mulai mencipta ayat Kawniyah ini (materi, ruang dan waktu), tatkala bersabda Kun, maka dari tidak ada menjadilah ada: materi, ruang dan waktu.
Setelah membahas benda-benda langit, kita teruskan mengkaji ayat kawniyah yang lebih khusus yaitu mengkaji bumi, dan proses bersilih-gantinya malam dengan siang. Bumi adalah seperti bola yang berpusing bebas pada sumbunya dalam ruang semesta mengedari matahari yang bersinar, yang mengakibatkan terjadinya malam dan siang. Terjadinya malam dan siang tidak dapat dipisahkan dari terjadinya bumi dan matahari, tidak seperti dalam cerita Israiliyat bahwa pada hari pertama Allah menciptakan bumi, malam dan siang, sedangkan baru pada hari keempat Allah menciptakan matahari. Gerak bumi ini menghasilkan keseimbangan dinamis, yaitu posisi sumbu putarannya berayun teratur pada selubung permukaan kerucut, yang membentuk sudut 23 derajat dengan bidang ekliptika. Ini menghasilkan bervariasinya iklim yang memungkinkan bervariasinya jenis flora dan fauna.
Bumi diselimuti oleh gas yang menopang kehidupan yakni cukup renggang dan tidak beracun, dan melindungi kehidupan dari pukulan meteor, karena cukup tebal (sekitar 750 km) untuk membakar hangus sejumlah besar meteor, sehingga sangat kecil jumlahnya yang menyentuh permukaan bumi. Allah memberikan kecepatan tangensial pada bumi sedemikian rupa sehingga jarak antara bumi dengan matahari tidak terlalu jauh (semua air membeku) dan tidak terlalu dekat (semua air dalam wujud uap). Diameter bumi tidak sebesar diameter bulan, sehingga gravitasi bumi cukup kuat untuk menahan tebalnya lapisan gas, demikian pula diameter itu tidak terlalu besar, sebab kalau demikian maka gravitasi bumi menjadi terlalu besar yang mengakibatkan lapisan gas menjadi lebih mampat, sehingga orang tidak dapat bernafas, dan selubung gas menjadi lebih tipis, sehingga meteor akan leluasa menghunjam permukaan bumi. Demikianlah Allah sebagai Al Rabb, Maha Pengatur dan Maha Pemelihara, menciptakan bumi dengan sifat dan keadaannya yang seperti diuraikan itu. WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 24 Maret 1996
17 Maret 1996
[+/-] |
220. Tiga Tokoh, Empat Sahabat dan Mantera Ilmu Simpanan |
Pada malam silaturrahim, 9 Maret 1996 yang diselenggarakan oleh IMMIM beserta dengan organisasi yang terkait (Permawi, Iapim dan BKPRMI) Prof. H. Halide yang membawakan hikmah halal bi halal (baca: silaturrahim) mengemukakan sebuah simpanannya berupa ilmu mistik penangkal diri yang melibatkan keempat tokoh al Khulafa al Rasyidun: Abu Bakar al Shiddiq, 'Umar ibn Khattab, 'Utsman ibn Affan, 'Ali ibn Abu Thalib radhiyaLlahu 'anhum.
Apabila akan bepergian, rantau jauh akan dijelang, tatkala mulai meginjakkan kaki dengan tumit kanan di atas tanah di bawah anak tangga terakhir maka dibaca dan diyakinkan, bahwa Abu Bakar ada di depan, 'Umar di sebelah kanan, Bagenda Ali di sebelah kiri dan 'Utsman di belakang, dikunci dengan bacaan nasaba' La Ilaha illaLlahu, Kun fa Yakun, kemudian badan diputar 360 derajat dengan bertumpu pada tumit kanan. Halide merasionalkan ilmu mistik itu dengan memberikan makna tentang sifat dan sikap keempat sahabat itu yang perlu membungkus diri kita. Di depan, diri kita berperisai dengan sifat sabar dan sikap untuk senantiasa menegakkan kebenaran seperti Abu Bakar, di sebelah kanan bertamengkan sifat dan sikap tegas yang berlandaskan keadilan seperti 'Umar, di sebelah kiri berlindungkan sifat berani dan sikap haus akan ilmu seperti Bagenda Ali dan di belakang ditopang oleh dana yang dipersonifikasikan sebagai 'Utsman.
Dalam Seri 19 (23-2-1992) telah dirasionalkan peristiwa di Telaga Mawang yang berbau mistik tentang tiga tokoh.
Lu'muka ri Antang menyulut rokoknya di titik air hujan yang menitik melalui saraungnya. Saya rasionalkan sebagai suatu sikap menanti Rahmat Allah dengan persiapan diri, yang dilambangkan sebagai saraung di atas kepala. Saraung adalah semacam topi lebar yang dipakai oleh petani di sawah ataupun nelayan di laut (bandingkan dengan sombrero bangsa Mexico). Tanpa saraung ia tidak akan mendapatkan titik air yang dikehendakinya. Dalam ruang lingkup yang lebih luas, sikap menanti Rahmat Allah SWT, adalah mereka para petani yang mengerjakan sawah tadah hujan.
Datoka ri Pa'gentungang membakar rokoknya melalui sambaran kilat. Saya rasionalkan sebagai perlambang suatu sikap yang selalu sigap untuk mendapatkan Rahmat Allah dengan meraih kesempatan yang liwat di depannya. Mereka ini adalah para entrepreneur yang sigap. Untuk menyulut rokoknya Tuanta Salamaka (diangkat menjadi Pahlawan Nasional tahun 1996) masuk ke dalam telaga, memasukkan tangannya yang memegang rokok hingga siku. Dirasionalkan sebagai sikap yang sangat bersungguh-sungguh untuk mendapatkan Rahmat Allah, tidak hanya sekadar menunggu, ataupun bukan hanya sekadar meraih kesempatan yang melintas, melainkan menyonsong datangnya Rahmat Allah.
Tersebut pula sebuah kisah tentang keempat sahabat itu. Suatu ketika seorang suku Najran yang belum Islam datang kepada RasuluLlah SAW bertanyakan tentang bagaimana sikap seorang Muslim jika pipinya ditempeleng. Maka RasuluLlah SAW menyuruhnya untuk menempeleng pipi keempat sahabat itu. Mula-mula orang Najran itu menghadang Abu Bakar sewaktu Abu Bakar sedang menuju masjid untuk shalat subuh. Ia menempeleng pipi Abu Bakar, dan dengan rasa takjub orang itu menyaksikan sikap Abu Bakar yang tidak menghiraukannya, menolehpun tidak. Orang Najran itu mendapati 'Utsman di pasar sedang menawarkan barang dagangannya. Tatkala pipi 'Utsman ditempeleng, rekasinya juga menakjubkan orang Najran itu, yakni 'Utsman tersenyum kepadanya. Singkat cerita tatkala giliran 'Umar ditempeleng, orang Najran itu hanya menempeleng angin karena 'Umar berkelit mengelak. Akhirnya ketika orang Najran itu melayangkan tangannya untuk menempeleng pipi 'Ali, tangannya ditangkap 'Ali, kemudian ia dibanting dan seterusnya perutnya diinjak oleh 'Ali. Orang Najran itu melaporkan hasil temuannya itu kepada RasuluLlah SAW, dan mendapatkan jawaban bahwa sikap keempat sahabat itu semuanya baik.
***
Ilmu mistik penangkal diri dengan melibatkan keempat sahabat itu perlu dirasionalkan. Sebab kalau tidak, akan terjadi salah kaprah, bahwa keempat sahabat itu menangkal diri kita dari bahaya yang datangnya dari keempat penjuru mata angin, dan ini akan menjerumuskan pengamal ilmu itu jatuh ke dalam jurang kemusyrikan. Dengan merasionalkannya maka terungkap muatan pesan-pesan nilai yang sangat berharga dari sifat dan sikap dari keempat sahabat utama RasuluLlah SAW, dan yang paling penting pengamal ilmu itu luput dari bahaya jatuh ke dalam jurang kemusyrikan.
Umumnya ilmu-ilmu simpanan itu "manteranya" diberi nilai Tawhid, yaitu dikunci dengan bacaan nasaba' (disebabkan oleh) La Ilaha illaLlahu, Kun fa Yakun. Sayangnya kunci mantera itu walaupun diberi nilai Tawhid terjadi kerancuan, oleh karena disertai pula dengan Kun fa Yakun. Dikatakan rancu sebab kalimah Kun ini adalah Sabda Allah SWT, yang outputnya adalah ayat Kawniyah (alam semesta) sesuai dengan FirmanNya: Innama- Amruhu Idza- Ara-da Syayan an Yaquwla lahu Kun faYakuwnu (S. Yasin, 82). Sesungguhnya urusanNya bila Ia menghendaki (untuk mengadakan) sesuatu, Ia bersabda jadilah, maka jadilah (36:82).
Apa yang diceritakan pengarang hikayat Tuanta Salamaka di telaga Mawang itu mengandung ilmu yang tersirat, yang disajikan dalam gaya perumpamaan, yang kelihatannya berbungkus mistik. Inilah gaya para ilmuwan nenek moyang kita. Inilah gaya dalam ilmu tradisional, yang tidak disodorkan secara langsung, melainkan harus disimak apa yang tersirat dibalik bungkusan mistik itu. Sedangkan cerita orang Najran vs keempat sahabat itu menurut Allahu Yarham Syuhudi Ismail (Prof.DR H.Syuhudi Ismail, pakar hadits) bukanlah Hadits. Yang berarti itu adalah termasuk karya sastra, imajinasi sahibulhikayat yang mencoba menjelaskan watak, kepribadian dan temperamen keempat sahabat itu dalam bentuk cerita. WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 17 Maret 1996
10 Maret 1996
[+/-] |
219. Bolehkah Rasionalisasi Pesan-Pesan Religi yang Terkandung dalam Ibadah Ritual? |
Saya akan mulai dengan mengutip bagian kecil dari tulisan H.Jalaluddin Rahman yang berjudul Syawal dan Fasilitas Kesetahunannya dalam rubrik OPINI Harian FAJAR, Jum'at 8 Maret 1996: Meski dasarnya teks Hadits Nabi, seorang yang berjuang menangkap pesan-pesan religi dan keimanan secara rasional dapat saja mengupayakan pengungkapan maksudnya secara rasional. Usaha pemakaian rasio ini tidak berarti bahwa seseorang mengakal-akali soal agama, tetapi menggunakan akal dalam menangkap makna agama. Hal ini sangat dihargai dan didorongkan oleh AlQuran. Saya dapat menyetujui pendapat tersebut, akan tetapi bukan tanpa reserve, artinya dalam bingkai tertentu. Yaitu dalam upaya mengungkapkan maksud pesan-pesan religi secara rasional itu, haruslah tetap terjaga keaslian pesan-pesan religi yang sifatnya ritual. Seperti misalnya dalam ibadah ritual berkurban dengan memotong hewan sembelihan. Pesan-pesan nilai dalam berkurban itu dapat saja dirasionalkan bahwa digantinya Ismail dengan seekor binatang sembelihan menekankan bahwa betapapun tinggi sasaran yang ingin dicapai tidak boleh mengurbankan nilai kemanusiaan. Pesan-pesan menyembelih binatang sembelihan mengandung makna ekonomis dilihat dari segi marketing. Penyembelihan hewan kurban yang berkualitas secara besar-besaran merupakan pasar yang tersedia setiap tahun bagi para produsen peternak dan merupakan tantangan bagi para peternak itu untuk tetap menjaga kualitas ternaknya. Selanjutnya dapat pula dirasionalisasikan penyembelihan hewan itu yakni untuk memenuhi hasrat manusia yang normal yaitu kesenangan berpesta. Orang miskinpun mempunyai kesempatan berpesta makan daging hasil sembelihan itu. Demikianlah pesan religi ibadah ritual 'Iydu nNahr dirasionalkan dengan tetap menjaga keaslian pelaksanaan menyembelih binatang itu. FaShalli liRabbika waNhar (S. Al Kawtsar, 2). Maka shalatlah engkau karena Maha Pemeliharamu dan sembelihlah (kurbanmu).
Dalam upaya J. Rahman merasionalkan pesan nilai puasa enam hari Syawal tidaklah mengubah keaslian ibadah sunnat yang ritual itu, sehingga tentu saja upaya itu dapat diterima dan dihargai sepenuhnya. Bahkan dalam kolom ini ingin saya menambahkan dua butir lagi mengenai puasa enam hari bulan Syawal itu.
Pertama, karena hanya enam hari di antara dua puluh sembilan atau tiga puluh hari, maka ada kecenderungan orang untuk menggampangkannya dalam arti selalu menunda-nundanya. Akhirnya tenggelam dalam keasyikan menunda-nunda itu, maka akibatnya menjadi kepepet bahkan keliwatan sehingga waktu lowong enam hari bulan Syawal sudah lewat. Lebih-lebih lagi jika yang menunda-nunda itu adalah kaum Hawa yang haid dalam pertengahan bulan Ramadhan. Maka tanpa disadarinya karena keasyikan menunda itu sang bulan (bukan bulan yang di langit) tiba-tiba datang menjenguk. Hilanglah kesempatan yang enam hari itu. Kecenderungan menunda-nunda karena banyaknya waktu lowong ini biasa pula terjadi dalam pelaksanaan ibadah shalat 'Isya bagi orang yang tidak berkesempatan bershalat jama'ah di masjid. Waktu 'Isya adalah waktu shalat yang terpanjang, sehingga ditunda dari jam ke jam hingga larut malam, tambahan pula untuk waktu 'Isya ini kita mendapatkan fasilitas untuk tidak menyegerakan (lebih baik melanggar kaidah EYD sehingga lebih jelas: mensegerakan) shalat pada permulaan waktu. Sebenarnya shalat 'Isya larut malam dapat lebih khusyu', asal saja tidak diserang kantuk lebih dahulu.
Kedua, rasionalisasi puasa sunnat enam hari bulan Syawal secara kuantitatif, dihubungkan dengan nilai kuantitatif kesetahunan. 29 hari puasa Ramadhan ditambah 6 hari puasa Syawal, menjadi 35 hari. Atau kalau bulan Ramadhan jumlah harinya 30, ditambah dengan 6 hari bulan Syawal, menjadi 36 hari. Kalau dirata-ratakan (35 + 36) : 2 = 35,5 hari. Satu tahun kalender Qamariyah berselang antara 354 dngan 355 hari.
Berdasarkan Hadits Nabi: Barang siapa berpuasa Ramadhan kemudian melanjutkan 6 hari Syawal laksana berpuasa terus-menerus (selama setahun), maka 35,5 hari dinilai 355 hari, yang berarti amal puasa kita dinilai 10 kali lipat. Jadi sama dengan nilai ibadah shalat yang mula-mula diterima RasuluLlah SAW pada waktu Mi'raj sebanyak 50 kali sehari semalam, maka atas permohonan RasuluLlah yang mendapatkan saran dari Nabi Musa AS untuk minta keringanan, akhirnya Allah SWT memperkecil intensitasnya menjadi 5 kali saja, namun tetap dinilai 50 kali.
Hanya saja jangan sampai analisa kuantitatif itu disalah gunakan. Bahwa karena Allah SWT bermurah hati satu kali dibayar 10 kali, maka kita cukup berpuasa tiga hari saja dalam bulan Ramadhan, satu kali permulaan, satu kali pertengahan dan satu kali pada akhir Ramadhan, dengan demikian sudah senilai sebulan penuh Ramadhan. Itu namanya salah kiprah, itu main akal-akalan namanya. Kalau diwajibkan sebulan penuh, maka mesti melaksanakannya sebulan penuh. Dilanjutkan dengan 6 hari Syawal dinilai 10 kali lipat, menjadilah seperti puasa terus menerus hingga bulan Ramadhan yang berikutnya. WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 10 Maret 1996
3 Maret 1996
[+/-] |
218. Saddam Husain Sang Penjagal |
Ketika Saddam Husain dikeroyok oleh pasukan multi nasional dalam perang teluk, serta-merta masyarakat umum di Indonesia berpihak dan bersimpati kepada Saddam Husain. Saya menerima deringan telefon yang intensif sehubungan tulisan saya dalam Seri 040, 064 dan 067, yang melawan arus simpati masyarakat itu. Deringan itu ringkas saya jawab: Tunggu kita lihat saja nanti. Berikut cuplikan inti dari ketiga Seri itu.
Melalui pertumpahan darah, Saddam Husain berhasil merebut tampuk kekuasaan di Baghdad. Pada 17 Juli 1968 Saddam Husain bersama Ahmad Hasan Bakir berhasil menyingkirkan Abd. Rahman Arif dengan kudeta berdarah. Setelah Bakir meninggal karena serangan jantung tahun 1976, Saddam Husain menjadi penguasa tunggal Iraq, sampai sekarang. Saddam Husain memerintah dengan partai tunggal, Partai Ba'ats, yang berhaluan sosialisme kiri. Ba'ats dari akar kata ba, 'ain, tsa artinya bangkit.
Tahun 1980 Saddam menyerbu Iran, yang waktu itu Iran sedang berbenah diri, sesudah Imam Khomeini berhasil menjatuhkan Syah Iran. Saddam mengira Iran adalah makanan empuk, karena Iran yang sedang berbenah diri itu belum sempat memperkuat angkatan perangnya.
Dalam perang delapan tahun melawan Iran itu (1980 - 1988), Iraq babak belur, walaupun dibantu persenjataan modern oleh Amerika dan Uni Sovyet. Uni Sovyet membantu Iraq karena ideologi yang seiring. Amerika juga membantu Iraq, karena secara ideologik Iran adalah lawan Amerika, lagi pula Syah Iran adalah anak mas dan sekali gus pion dari Amerika.
Karena babak belur itu Iraq tentu saja turun pamornya. Maka mulailah Saddam Husein menegakkan benang basah yang pertama. Pada hari Kamis 2 Agustus 1990 Saddam melancarkan Blitzkrieg atas Kuwait. Betul-betul Blitzkrieg, karena hanya membutuhkan waktu satu hari. (Blitz = kilat, Krieg = perang). Alasan yang nyata Iraq mengapa menyerang Kuwait adalah alasan ekonomis, mengklaim daerah minyak dalam wilayah Kuwait. Namun alasan yang tersirat, Iraq berusaha menaikkan pamornya yang telah turun itu. Inilah yang dimaksud dengan menegakkan benang basah.
Amerika Serikat yang begitu bernafsu menguasai negeri-negeri yang kaya minyak itu melihat kesempatan. Selama ini strategi Amerika hanya terbatas menciptakan Amerika Kecil di Asia Kecil untuk menanamkan kukunya. Tentu kita semua sudah tahu siapa Amerika Kecil ini, yaitu Israel. Lalu dengan penyerangan Iraq atas Kuwait itu terbukalah pintu bagi Amerika, untuk terjun dalam lapangan. Melalui formalitas Dewan Keamanan, Amerika mempunyai alasan menjadi pahlawan pembela Kuwait terhadap kezaliman Iraq. Yang juga sekaligus pahlawan pelindung Arab Saudi dari kemungkinan serbuan Iraq.
Setelah Saddam terdesak dalam perang teluk ia mulai lagi menegakkan benang basah yang kedua. Mengibarkan panji Islam. Memaklumkan perang suci, jihad fiy sabiyli Llah. Mana mungkin, Saddam yang begitu fanatik dengan Partai Ba'atsnya yang berideologi sosialisme kiri itu, lagi pula menyerang Republik Islam Iran, akan betul-betul secara ikhlas mengibarkan panji Islam. Dalam keadaan tersesak dan terdesak Saddam ingin memanfaatkan emosi keagamaan Ummat Islam sedunia. Hasilnya nihil, benang yang sudah terlanjur basah itu tidak dapat ditegakkan lagi.
Siapa suruh menyulut perang. Baru empat tahun memegang tampuk kekuasaan Iraq, Saddam sudah menyerbu Iran. Baru dua tahun berhenti perang dengan Iran, Saddam menyerbu Kuwait. Fahal 'Asaytum lin Tawallaytum an Tufsiduw fiy lArdhi, maka apakah kiranya jika kamu berkuasa, kamu akan membuat kerusakan di muka bumi? (S.Muhammad, 22).
Setelah perang teluk Amerika berhasil masuk secara langsung ke negeri-negeri kaya minyak. Artinya Amerika tidak memerlukan Amerika Kecil lagi. Itulah sebabnya Amerika memprakarsai perundingan damai Arab-Israel. Pamor Amerika dapat naik sebagai pahlawan perdamaian. Walhasil perang teluk yang disulut oleh Iraq dengan menyerbu Kuwait menguntungkan Amerika, menyengsarakan rakyat Iraq. (Dari Seri 040, 2 Agustus 1992)
Iraq dalam personifikasi Saddam Husain tidak henti-hentinya menklaim Kuwait sebagai bagian dari Iraq berdasarkan hak sejarah. Tuntutan wilayah kepada suatu negara tertentu ataupun wilayah tertentu berdasarkan hak sejarah akan mengacaukan dunia. Lihatlah contohnya Israel sekarang. Orang-orang Yahudi membentuk negara Israel di tengah-tengah wilayah orang Arab berdasarkan hak sejarah, seperti yang dalam Perjanjian Lama. Kalau ini dapat dibenarkan, maka Malaysia dapat mengklaim Singapura sekarang ini. Hubungan Malaysia dengan Pilipina pernah menjadi runyam, karena ulah Pilipina menklaim Sabah, berdasarkan hak sejarah. Katanya Sabah dahulu adalah bagaian dari Kerajaan Sulu yang sekarang bagaian dari Pilipina. Nederland dapat menklaim Luxemburg dan lain sebagainya. (Dari Seri 064, 17 Januari 1993).
Menurut pakar sejarah dan sosiologi Ibnu Khaldun penguasa yang mendapatkan kekuasannya dengan jalan kekerasan, pertumpahan darah, maka penguasa yang demikian itu tidak akan mau mundur.
Dan walaupun Saddam dapat digulingkan secara paksa, maka belum tentu dapat memecahkan persoalan. Hanya ada manfaatnya jika kelompok yang menggulingkan itu menyelenggarakan pemilihan umum untuk membentuk pemerintahan baru. Lalu Partai Ba'ath dibubarkan, karena ideologi partai ini dengan kepemimpinan otoriter merupakan satu sistem. Semua pintu yang dapat memungkinkan Amerika masuk ke negeri-negeri kaya minyak ditutup. Yaitu dengan politik dalam dan luar negeri yang segar dan terbuka. Kebijakan dalam negeri memberi otonomi kepada kelompok Syi'ah di selatan dan Kurdi di utara akan menutup pintu bagi Amerika untuk masuk campur tangan dengan kemasan melindungi rakyat Iraq seperti misalnya non fly zone. Politik luar negeri harus berdasar atas hidup bertetangga secara damai, yang berarti ambisi ekspansi wilayah dengan mengklaim Kuwait atas dasar hak sejarah dihentikan. Maka tertutup pulalah pintu bagi Amerika untuk masuk dengan kemasan melindungi negara-negara tetangga Iraq dari ambisi ekspansi Iraq. (Dari Seri 067, 31 Januari 1993).
Apa yang diberitakan tentang Saddam Husein sehabis Ramadhan tahun ini? Berita yang memuakkan tentang Saddam Husein sang penjagal yang masih terus memburu setiap saudara dan kerabat yang tersisa dari yang terjagal Hussein Kamel Hassan dan Saddam Kamel Hassan termasuk perempuan dan anak-anak, serta melumatkan beberapa perkampungan suku Kurdi. WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 3 Maret 1996