Ibadah puasa meningkatkan derajat insan dari beriman menjadi taqwa. Taqwa melahirkan potensi yang dapat menumbuhkan kemampuan untuk memelihara diri dari segi negatifnya kekuasaan karena kedudukan serta penguasaan dalam bidang harta dan ekonomi. Taqwa berasal dari akar kata yang dibentuk oleh huruf-huruf: Waw, Qaf, Ya (WQY) berarti terpelihara. Yaitu terpelihara dari malapetaka melalaikan perintah Allah dan terpelihara dari malapetakan melanggar larangan Allah!
Ibadah puasa yang dilaksanakan atas dasar iman dan introspeksi diri, menurut sabda Nabi Muhammad SAW, niscaya akan diampuni dosanya yang silam oleh Allah SWT. Maka memasuki 1 Syawwal, yang berhasil puasanya, akan kembali seperti bayi yang baru lahir, kembali ke fithrah, 'IydulFthri, ibarat kertas yang putih bersih, bersih dari noda-noda dosa.
Di bulan puasa Al Quran diturunkan yang membawa Syari'at Islam, HDY LLNAS (2:185), dibaca: hudal linna-s, petunjuk bagi manusia. Allah Yang Maha Pencipta mencipta manusia sebagai makhluq pribadi dan makhluq sosial. Syari'at Islam menunjuki manusia sebagai makhluq pribadi untuk menjadi manusia bertaqwa. Syari'at Islam menunjuki manusia sebagai makhluq sosial dalam kehidupannya berbudaya.
Secara sederhana, kebudayaan adalah buah dari semua perbuatan dan usaha yang berpangkal dari kesadaran manusia. Manusia sadar perlu berlindung dari teriknya matahari, dari siraman hujan, dari terpaan angin. Maka tebing-tebing batu dilubangi, gubuk-gubuk, rumah-rumah, gedung-gedung dibangun. Itulah kebudayaan bangun-membangun bangunan. Manusia sadar perlu mengisi perut dan berpakaian dalam kehidupan sehari-hari. Maka ditempuhlah cara-cara untuk memperoleh rezeki. Itulah kebudayaan yang disebut ekonomi. Manusia sadar akan perlunya hiburan untuk konsumsi jiwanya. Maka lahirlah kebudayaan yang disebut kesenian. Manusia sadar akan perlunya tata-tertib dalam pergaulan hidup sehari-hari, maka lahirlah etika dan adat pergaulan, norma-norma dan aturan-aturan yang mengikat anggota masyarakat. Itulah kebudayaan hukum. Manusia sadar akan perlunya lembaga yang mempunyai kekuasaan yang harus ditaati untuk mengatur masyarakat, yang disebut pemerintah. Timbullah kelompok-kelompok yang membentuk kekuasaan (macht vorming) dan mengerahkan kekuasaan (macht aanwending), untuk dapat membentuk pemerintahan. Maka lahirlah kebudayaan yang disebut politik. Demikianlah Syari'at Islam memberi petunjuk kepada manusia sebagai makhluq sosial dalam kehidupan budaya membangun, budaya ekonomi, budaya hukum, budaya politik dan budaya berkesenian.
Selama ini Syari'at Islam telah dilaksanakan orang banyak dalam konteks sebagai makhluq pribadi dalam hal 'aqidah dan akhlaq, seperti antara lain ibadah puasa yang baru kita laksanakan untuk meningkatkan derajat insan dari beriman menjadi taqwa, yaitu mewujudkan SDM yang berkualitas. Dalam konteks Islam sebagai rahmat sesisi alam, SDM yang berkualitas itu perlu, tetapi belum cukup. Barulah perlu dan cukup apabila Syari'at Islam telah dilaksanakan di Indonesia dalam konteks manusia sebagai makhluq sosial, yaitu Syari'at Islam sebagai petunjuk dalam kehidupan berbudaya. Dan adalah suatu fakta bahwa di Indonesia Syari'at Islam belumlah dilaksanakan sebagai petunjuk dalam kehidupan budaya membangun, budaya ekonomi, budaya hukum, budaya politik dan budaya berkesenian.
Kita berasumsi bahwa sudah banyak yang berhasil puasanya, ibarat bayi yang baru lahir, kembali ke fithrah, sudah terwujud SDM yang berkualitas. Kita berasumsi demikian, sebab jika tidak, maka tidak ada gunaya tulisan ini dilanjutkan, atau bahkan tidak ada gunanya tulisan ini ditulis. Dengan 1 Syawwal sebagai titik tolak, sebagai langkah awal, insan yang telah berhasil puasanya, sudah siap untuk membangun Indonesia, terkhusus melenyapkan musibah multi krisis yang berkepanjangan ini. Tetapi, ada tetapinya. Seperti yang telah dijelaskan di atas SDM yang berkualitas saja belum cukup.
Telah berkumpul para tukang yang terampil, ahli menyusun batu, ahli menyambung kayu, ahli las dsb.nya, berakhlaq baik tidak suka bertikai, bekerja dengan tekun. Namun apabila disain bangunan itu miring ibarat menara Pisa, tentu akan mudah ambruk. Atau walaupun bangunan itu tegak lurus namun titik beratnya lebih tinggi dari titik pusatnya, maka bangunan itu dalam keadaan keseimbangan yang labil (labile evenwicht). Atau bangunan itu dari segi kekuatan dapat dipertanggung-jawabkan, namun demi keindahan hampir semua dindingnya dari kaca. Jika listrik mati, AC tidak berfungsi, maka sangatlah tidak nyaman dalam ruangan karena ruang di dalam dinding kaca itu menjadi perangkap panas.
Demikian pula kedaannya dengan SDM yang berkualitas hasil ibadah puasa yang sudah siap mental dan fisik melenyapkan musibah multi krisis. Apablia disain tata-bermasyarakat dan bernegara berlandaskan paradigma sekularisme, dikhotomi theologi dengan isme-isme, ataupun sekadar isme-isme hasil otak manusia yang diberi bumbu nilai-nilai moral theologi, maka tata-masyarakat dalam negara yang demikian itu, ibarat SDM yang terampil membangun bangunan yang disainnya tidak kuat, tidak nyaman seperti ilustrasi di atas itu.
Alhasil pertanyaan seperti dinyatakan dalam judul di atas: Sesudah Kembali ke Fithrah, Selanjutnya Bagaimana?, dapatlah dijawab dengan kesimpulan seperti berikut:
Tahun baru 1 Januari 2001 adalah langkah awal meluruskan benang kusut multi krisis dengan memberikan nilai-nilai moral theologi dalam isme-isme yang dijadikan paradigma, eh salah, bukan begitu! Pelaksanaan Syari'at Islam dalam konteks petunjuk bagi manusia sebagai makhluq individu yang menghasilkan SDM yang berkualitas, yaitu bertaqwa, kembali ke fithrah, mulai 1 Syawwal 1421 haruslah ditindak lanjuti dengan mewujudkan secara formal (top down) dan informal (bottom up) Syari'at Islam sebagai petunjuk bagi manusia sebagai makhluq sosial dalam kehidupan budaya membangun, budaya ekonomi, budaya hukum, budaya politik dan budaya berkesenian. Sebab ingat SDM dapat merusak sistem, sebaliknya sistem dapat merusak SDM. WaLla-hu a'lamu bishshawa-b.
*** Makassar, 31 Desember 2000
31 Desember 2000
[+/-] |
456. Sesudah Kembali ke Fithrah, Selanjutnya Bagaimana? |
24 Desember 2000
[+/-] |
455. Kajian Terakhir dalam Bulan Ramadhan |
Bulan suci Ramadhan sudah hampir berlalu. Bulan yang dianugerahkan Allah SWT sebagai pinjaman sekali setahun kepada para hambaNya. Betapa tidak, bukankah di dalamnya terletak kewajiban puasa? Dan bukankah ibadah puasa meningkatkan derajat insan dari beriman menjadi taqwa? Taqwa yang melahirkan potensi yang dapat menumbuhkan kemampuan untuk memelihara diri dari segi negatifnya kekuasaan dan penguasaan. Yaitu kekuasaan karena kedudukan dan penguasaan dalam bidang harta dan ekonomi. Bukankah taqwa yang akar katanya dibentuk oleh huruf-huruf: Waw, Qaf, Ya, berarti terpelihara ataupun menjaga diri? Yaitu terpelihara ataupun menjaga diri dari malapetaka melalaikan perintah Allah dan terpelihara ataupun menjaga diri dari malapetaka melanggar larangan Allah!
Bulan suci Ramadhan telah ditentukan Allah sebagai sayyidu l.ayyaam, penghulu dari segala bulan, penawar racun serta bisa yang dikandung oleh bulan-bulan lain. Bulan Ramadhan adalah perangkat halus yang sangat produktif. Dengan amal yang sedikit di dalamnya, Yang Maha Rahim menjanjikan pahala yang berlipat ganda. Dikutip dari Hadits-Hadits RasuluLlah SAW, jangankan kerja keras membanting tulang, jangankan memperbanyak sujud dan ruku', bahkan tidur karena penat bagi orang berpuasa itu adalah ibadah, diam tiada kata sepatah karena menghindari kesia-siaan tutur, itu adalah tasbih. Bila amal-amal itu bertepatan dengan LaylatulQadr, yaitu salah satu di antara sepuluh malam ganjil terakhir Ramadhan, nilai pahalanya lebih baik dari seribu bulan (83 tahun, 4 bulan).
Bulan suci Ramadhan, bukankah di dalamnya itu dinuzulkan Al Quran menjadi petunjuk bagi manusia? Dan bukankah manusia itu sekaligus makhluq pribadi dan makhluq sosial? Allah Yang Maha Tahu menganugerahkan kepada manusia Syari'at Islam sebagai pedoman hidup untuk manusia baik sebagai makhluq pribadi maupun makhluq sosial. Syari'at Islam berisikan aqidah, akhlaq dan tata-cara hubungan antara manusia dengan Khaliqnya dalam kontek manusia sebagai makhluq pribadi. Syari'at Islam berisikan pedoman hidup bagi manusia sebagai makhluq sosial dalam hal kehidupan berbudaya: berpolitik, bersosial, berekonomi dan berilmu dalam mengelola alam sekitar. Khusus dalam hal mengelola alam sekitar Syari'at Islam bukan hanya sekadar memotivasi manusia untuk mengkaji alam, akan tetapi Syari'at Islam juga mengandung petunjuk dalam mengkaji TaqdiruLlah (istilah sekulernya: hukum alam) yang berlaku di alam.
***
Yang berikut ini adalah kajian terakhir dalam bulan Ramadhan. Yaitu petunjuk Syari'at Islam dalam mengkaji terjadinya hujan dan kilat. Firman Allah SWT (transliterasi huruf demi huruf demi keotentikan):
-- ALMTR AN ALLH YZJY SHABA TSM YW^LF BYNH TSM YJ'ALH RKAMA FTRY ALWDQ YKHRJ MN KHLALH WYNZL MN ALSMA^ MN JBAL FYHA MN BRD FYSHYB BH MN YSYA^ YKAD SNA BRQH YDZHB BALABSHAR (S. ALNWR, 43), dibaca: alam tara annaLa-ha yuzji- saha-ban tsumma yuallifu baynahu- tsumma yaj'aluhu- ruka-man fataral wadqa yakhruju min khila-lihi- wayunazzilu minas sama-i min jiba-lin fi-ha- min baradin fayushi-bu bihi- may yasya-u wayashrifuhu- 'am may yasya-u yaka-du sana- barqihi- yadzhabu bil absha-r (s. annu-r, 24:43). Beberapa terjemahan:
Tidakkah engkau tahu, bahwa Allah menghalau awan, kemudian mengumpul sesamanya, kemudian menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan turun dari celah-celahnya, Allah menurunkan hujan beku (hujan manik) dari langit dari gunung salju, lalu Allah menumpahkan air itu kepada orang-orang yang dikehendakiNya dan menjauhkanNya dari orang yang dikehendakiNya. Cahaya kilatnya hampir menyambar pemandangan manusia.
Hast thou not seen that it is Allah drives the clouds, then joint them together, then piles them up sothat thou seest rain issue forth from the mids thereof? He sends down from the sky clouds like mountains wherein is hail, and He smites therewith whom He pleases, and turns it away from whom He pleases. The flash of its lightning may well-nigh take away the sight.
Zie gij niet, dat God de wolken voortdrijft, (en) ze daarna verzamelt, (en) ze daarna opeenstapelt, zoodat gij den regen uit haar midden ziet voorkomen? En Hij zendt van de wolken neder wat (als) bergen zijn, waarin hagel is, daarmede treffende wien hij wil en het afwendende van wien Hij wil; de straal van zijn bliksem neemt echter het gezicht weg.
Sebelum pembahasan dilanjutkan akan dikemukakan dahulu perbedaan terjemahan dari "minas sama-i min jiba-lin fi-ha-", yaitu: dari langit dari gunung salju, from the sky clouds like mountains, van de wolken neder wat (als) bergen zijn.
Ha- (nya) pada fi-ha- (di dalamnya) menunjuk pada assama-u (langit). Telah dijelaskan dalam seri-seri yang lalu bahwa langit dalam bentuk mufrad (tunggal), assamaau, berarti ruang angkasa, sedangkan langit dalam bentuk jama', assama-wa-tu, berarti benda-benda yang mengisi ruang angkasa. Artinya gunung itu ada di angkasa. Gunung itu tak lain dari awan yang bertumpuk-tumpuk di angkasa. Maka terjemahan Inggris dan Belanda yang betul, bukan gunung salju, melainkan gunung awan, the sky clouds like mountains, de wolken als bergen zijn. Hal ini perlu ditegaskan lebih dahulu, oleh karena gunung awan yang disebutkan ayat (24:43) mengandung dua hal yang penting. Pertama menunjukkan bahwa Al Quran itu adalah mu'jizat, oleh karena gunung awan itu baru dapat dipantau tentang adanya, setelah orang dapat terbang di angkasa. Sebelumnya, mana bisa gunung awan itu diketahui orang tentang adanya. Kedua, ayat (24:43) mengisyaratkan bahwa terjadinya kilat itu ada keterkaitan dengan barad(un) (hujan es, hail, hagel) di dalam awan yang berbentuk gunung atau gunung awan itu.
Ayat (24:43), mengajarkan kepada kita bahwa terjadinya gunung awan itu melalui tiga tahap. Tahap pertama, awan itu dihalau, tahap kedua setelah dihalau lalu mengumpul, tahap ketiga menumpuk menjadi gunung awan di angkasa, disebabkan oleh bagian tengahnya terangkat vertikal ke atas. Menurut hasil observasi puncak gunung awan itu dapat mencapai ketinggian 8 sampai 10 km di atas angkasa. Dengan demikian daerah puncak gunung awan itu mencapai daerah dingin, sehingga turun hujan dari celah-celahnya. Ini adalah tahap keempat. Pada tahap kelima turun barad (hujan es, hail, hagel).
Air yang membeku melepaskan panas laten (latent heat). Dengan demikian pada tahap kelima yaitu terbentuknya barad dari hujan air, maka sekitar barad itu suhunya lebih tinggi dari daerah gunung awan. Lalu terjadilah loncatan elektron dari daerah dingin ke daerah panas. Atom yang kehilangan elektron akan bermuatan positif dan menjadi lebih ringan. Sedangkan atom yang kelebihan elektron akan bermuatan negatif dan menjadi lebih berat. Yang bermuatan positif yang lebih ringan bergerak ke atas, sedangkan yang bermuatan negatif yang lebih berat akan bergerak ke bawah. Akumulasi muatan negatif ataupun muatan positif menyebabkan loncatan bunga api listrik, itulah kilat yang menyambar pemandangan manusia. Kilat yang mencambuk udara menjadikan tempat cambukan itu udara menjadi hampa, dan setelah kilat berlalu udara bertaut kembali, ibarat biduk lalu kiambang bertaut. Pertautan udara itu kembali menimbulkan gelegar yang disebut halilintar. Dan seiring dengan itu terbentuklah ozon yang membubung naik ke angkasa membentuk lapisan ozon yang melindungi kita dari gempuran fraksi sinar ultra lembayung dari sinar matahari. Insya Allah perkara ozon ini akan dibicarakan nanti. WaLla-hu a'lamu bishshawa-b.
*** Makassar, 24 Desember 2000
17 Desember 2000
[+/-] |
454. Memperingati NuzululQuran |
Kita mulai dahulu dengan cara menuliskan NuzululQuran. Sesungguhnya terdiri atas dua kata NZL (Nuzulu) dan ALQRAN (AlQuran). Jadi kalau dituliskan secara terpisah dalam huruf Latin, seharusnya Nuzulu AlQuran. Tetapi kalau demikian cara menulisnya maka mengucapkannya menjadi salah. Supaya cara mengucapkannya benar, maka pada umumnya orang menuliskan Nuzulul Quran. Maka bertemulah kita dengan buah si malakama. Dimakan mati ayah, tidak dimakan mati ibu. Dituliskan Nuzulu Al Quran, tulisannya benar, tetapi cara mengucapkannya menjadi salah. Dituliskan Nuzulul Quran cara mengucapkannya benar, tetapi cara menulisnya salah, sebab huruf l terakhir bukan milik Nuzulu, melainkan milik Quran. Maka untuk menghindarkan makan buah si malakama, kita tulisknlah seperti dalam judul di atas NuzululQuran.
***
Dalam rangka memperingati NuzululQuran. kita akan membahas penggalan sebuah ayat, yaitu seperti berikut (transliterasi huruf demi huruf demi keotentikan):
-- SYHR RMDHAN ALDZY ANZL FYH ALQRAN HDY LLNAS WBYNT MN ALHDY WALFRQAN (S. ALBQRT, 185), dibaca: syahru ramadha-nal ladzi- unzila fi-hil qur.a-nu hudal linna-si wabayyina-tim minal huda- walfurqa-ni (s. albaqarah), artinya: Bulan Ramadhan, yaitu di dalamnya diturunkan Al Quran, petunjuk bagi manusia, dan kejelasan dari petunjuk itu dan Al Furqan (2:185). Yang dimaksud dengan Al Furqan dalam ayat (2:185) itu menyangkut dengan nilai mutlak. Furqan dibentuk oleh akar yang terdiri dari tiga huruf FRQ (fa, ra, qaf), artinya memotong, memisahkan. Al Furqan berarti pemisah antara yang baik dengan yang buruk, antara yang benar dengan yang salah. Al Furqan adalah petunjuk mengenai akhlaq.
Manusia adalah sekaligus makhluq individu dan makhluq sosial. Sebagai makhluq individu petunjuk itu berupa aqidah dan ajaran akhlaq, serta tata-cara ataupun hukum-hukum yang menyangkut hubungan antara manusia dengan Allah. Sebagai makhluq sosial petujuk itu berupa pedoman operasional dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, serta petunjuk dalam mengkaji sunnatuLlah (istilah sekulernya: hukum alam) dan mengelola alam sekitar. Keseluruhan petunjuk itu disebut Syari'at Islam.
***
Sesungguhnya multi krisis yang melanda sekarang ini berakar dari pelanggaran Syari'at Islam sebabagi petunjuk bagi manusia sebagai makhluq sosial, berupa pedoman operasional dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Orde Baru membangun negara ini dengan strategi akselerasi modernisasi. Konseptor strategi tersebut adalah CSIS, yang dibentengi Ali Murtopo, diotaki oleh mafia Berkely, dengan tokohnya Emil Salim. Strategi itu mempercepat pertumbuhan ekonomi, memperbesar kue pembangunan yang diukur dalam GNP. Maka muncullah para taipan, yaitu konglomerat keturunan yang dekat istana, seperti Liem Siu Liong, yang disusul oleh anak-anak Soeharto, lahirlah kronisme dan nepotisme. Konglomerat keturunan itu dan anak-anak Soeharto memberi imbas kepada para birokrat yang menumbuh suburkan kolusi dan korupsi. Mafia Berkely bersinergi dengan tradisi "kebulatan tekad" yang dimotori oleh Harmoko di bidang politik menjelang setiap pemilihan presiden. Itulah sesungguhnya yang bertanggung-jawab secara moral dan intelektual timbulnya KKN.
Kroni Soeharto itu menguasai peredaran dana sekitar 70%, padahal jumlah mereka tidak cukup 200 orang. Perekonomian yang ditopang oleh para kroni Soeharto itu yang juga mempunyai bank, yang menarik dana dari masyarakat, kemudian diputar oleh perusahaan milik taipan itu pula. Juga meminjam dana dari luar. Tatkala tiba masanya pinjaman itu harus dikembalikan bersama bunganya, maka dollar dikejar-kejar, yang berujung pada krisis moneter. Bersinergi pula dengan kredit macet yang menyebabkan bank-bank sakit parah.
Oleh karena dana itu hanya sekitar 30% yang beredar dalam kalangan pengusaha menengah dan kecil yang jumlahnya ribu-ribuan, maka struktur bangunan perekonomian ibarat kerucut terbalik menjadi sangat rapuh. Lalu dengan ambruknya kebanyakan dari konglomerat itu karena menanggung utang luar negeri yang tak sanggup mereka bayar, maka ambruk pula struktur bangunan perekonmian kita, timbullah krisis ekonomi.
KKN, anak haram yang dilahirkan oleh strategi akselerasi modernisasi, beranak pula yaitu krisis akhlaq dan krisis hukum. Jadi multi krisis itu berakar dari strategi akselerasi modernisasi, penumpukan (konglomerasi) dana pada segelintir konglomerat. Ini bertentangan dengan Syari'at Islam dalam bidang ekonomi dan keuangan, seperti Firman Allah (transliterasi huruf demi huruf demi keotentikan):
-- KY LA YKWN DWLT BYN ALAGHNYAa MNKM (S. ALHSYR, 7), dibaca: kay la- yaku-na du-latam baynal aghniya-i mingkum (a. alhasyr), artinya: supaya kedaulatan (ekonomi) itu jangan beredar di kalangan orang-orang kaya di antara kamu (59:7).
Dalam pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid sekarang ini kurang jelas ke mana arahnya kebijakan ekonomi itu, karena tidak ada sinkronisasi di antara para menteri bersangkutan. Rizal Ramli cenderung seperti mafia Berkely, berbaik-baik, bertegur sapa dengan konglomerat, sedangkan Bungaran Siregar, yang sangat memperhatikan petani beras, berteriak-teriak karena kredit mereka tidak keluar-keluar, berhubung perbankan tidak mendukung. Adalah tanggung jawab Wakil Presiden Megawati untuk mempertemukan menteri-menteri bersangkutan dalam satu majelis meja bundar. Namun yang terpenting apabila Syari'at Islam tidak diperhatikan dalam menjalankan roda pemerintahan, maka jangan harap multi krisis dapat ditanggulangi. WaLla-hu a'lamu bishshawa-b.
*** Makassar, 17 Desember 2000
10 Desember 2000
[+/-] |
453. Allah Menurunkan Besi |
Seperti telah dibahas dalam Seri 450, bahwa Syari'at Islam tidak hanya terbatas dalam hal petunjuk bagi manusia dalam kehidupannya berbudaya, melainkan juga Syari'at Islam merupakan petunjuk pula dalam mengkaji TaqdiruLlah (istilah sekulernya: hukum alam), seperti yang telah ditunjukkan misalnya dalam hal petunjuk untuk membuat kriteria dalam klasifikasi bintang-bintang. Yaitu menurut Syari'ah klasifikasi itu berdasar atas kriteria keadaan fisik bintang-bintang yaitu kawkab yang seperti cermin memantulkan cahaya dan najm yang memancarkan sinar sendiri. Seperti telah dibahas dalam Seri 449 klasifikasi bintang-bintang dalam jenis planet dan bintang tetap, berdasar atas kriteria geraknya, sudah ketinggalan zaman, karena tidak sesuai dengan fakta falakiyah.
Judul di atas berbicara pula bahwa Syari'ah menjadi petunjuk dalam mengkaji TaqdiruLlah yaitu yang berhubungan dengan ilmu permesinan, terkhusus dalam ilmu logam, ilmu kekuatan material (sterekte leer, strength of materials) bahkan energi nuklir dalam hubungannya dengan proses pembentukan atom besi, seperti yang akan dibahas berikut ini.
Firman Allah SWT (transliterasi huruf demi huruf demi keotentikan):
-- WANZLNA ALHDYD FYH BAS SYDYD WMNAF'A LLNAS (S. ALHDYD, 25), dibaca: wa anzalnal hadi-da fi-hi bi'sun syadi-duw wamana-fi'u linna-s (s. alhadi-d, 57:25), artinya: dan Kami turunkan (adakan) besi, untuk (mendapat) kekuatan yang sangat dan beberapa manfaat bagi manusia (s. besi, 25).
Adapun terjemahan ayat ini diambil dari terjemahan H.Mahmud Junus. Sedangkan yang berikut ini dituliskan dua terjemahan dalam bahasa Inggris berturut-turut oleh Muhammad M. Pikthall dan M.H.Shakir, serta satu terjemahan dalam bahasa Belanda oleh Soedewo. And He revealed iron, wherein is mighty power and (many) uses of mankind. And We have made the iron, wherein a great violence and avantages to men. En Wij hebben het ijzer gemaakt, waarin groot geweld en voordeelen voor de menschen zijn.
Catatan dalam terjemahan bahasa Inggris. Ada ketidak-sesuaian di antara kedua terjemahan Inggris itu, yakni He revealed iron dengan We have made the iron. Yang mana yang benar di antara kedua terjemahan itu? Itulah latar belakangnya mengapa setiap menuliskan Firman Allah selalu ada anak kalimat yang berbunyi: "transliterasi huruf demi huruf demi keotentikan". Pembaca akan segera tahu mana terjemahan yang benar. Dalam transliterasi huruf demi huruf demi keotentikan dapat dilihat WANZLNA, jadi terjemahan "We" dan "revealed" yang benar. Alhasil terjemahan itu semestinya: "We revealed iron".
Catatan dalam terjemahan bahasa Belanda. Masih memakai ejaan lama yaitu voordeelen dan menschen, yang dalam ejaan baru dituliskan voordelen dan mensen. Kata gemaakt (telah membuat) dicetak miring dengan catatan pinggir: "Ar. nedergezonden", maksudnya dalam bahasa aslinya yaitu Arab berarti menurunkan.
Catatan dalam terjemahan bahasa Indonesia. Sisipan (adakan) adalah tafsiran dengan maksud agar pembaca dapat mencerna makna ayat dengan "common sense".
Jika disimak keempat terjemahan itu hanya Muhammad M. Pikthall yang menterjemahkan dengan apa adanya, tidak memberi komentar, sayangnya ia salah menterjemahkan dengan He. Ada kesan saya bahwa Pikthall menyerahkan hal itu pada kemajuan ilmu pengetahuan sebagai ilmu bantu untuk dapat menjelaskan makna ANZLNA (revelead) itu. Kalau memang demikian visi Pikthall, yakni menyerahkannya pada kemajuan ilmu pengetahuan sebagai ilmu bantu untuk dapat menjelaskan makna ayat Al Quran, maka visi itulah yang seharusnya yang terbaik. Sebab menyerahkan pada kemajuan ilmu pengetahuan sebagai ilmu bantu untuk dapat menjelaskan makna ayat Al Quran, adalah suatu sikap keimanan bahwa Al Quran itu suatu mukjizat.
***
Saya sendiri menterjemahkan ayat (57:25) seperti berikut: Kami turunkan besi, yang mengandung kekuatan besar dan bermanfaat bagi manusia. Dalam ilmu logam kekuatan besar itu berwujud kekuatan dalam hal menahan beban tarik-tekan, beban lengkung dan puntir serta kekuatan kekerasan permukaan. Paduan (alloy) besi-karbon merupakan kajian tersendiri dalam metalurgi. Mahasiswa mesin yang mengambil sub-program ilmu logam dalam skripsinya, harus mengenal betul, seperti mengenal isi dompetnya, tentang hal kurva dalam sistem sumbu regangan (strain) - tegangan (stress) yang terkait dengan percobaan tarik paduan besi-karbon. Jangan harap akan mendapatkan nilai B apa pula nilai A jika ia terseok-seok dalam menjelaskan kurva regangan-tegangan yang elementer itu, demikian keterangan seorang dosen bergelar Doktor dalam metalurgi.
MNAF'A LLNAS, besi bermanfaat bagi manusia. Adalah kenyataan sejarah bahwa logam besi itu memegang peranan penting dalam sejarah perkembangan kebudayaan dan peradaban ummat manusia. Dinasti Fir'aun, yang menganggap dirinya titisan ataupun penjelmaan dewa Ra, diputuskan oleh dinasti Hyksos (Raja Gembala, dalam Al Quran disebut Al Malik) selama sekitar 150 tahun, karena pasukan Hyksos bersenjatakan besi, sedangkan pasukan Fir'aun hanya bersenjatakan dari material tembaga.
Mengapa dikatakan Allah "menurunkan" besi?! Kata turun dalam Al Quran dibentuk oleh akar kata dari tiga huruf: NZL (nun, zay, lam). NZL dalam Al Quran dipergunakan untuk hal yang abstrak dan konkret. Penggalan ayat (57:25) yang dikutip di atas itu didahului oleh penggalan: WANZLNA M'AHM ALKTB WALMyZAN LYQWM ALNAS BALQSTH, dibaca: wa anzalna- ma'ahumul kita-ba wal mi-za-na liyaqu-man na-su bil qisthi, artinya: dan Kami turunkan Kitab beserta mereka (para Rasul), supaya manusia konsisten di atas keadilan. Kitab diturunkan dari alam ghaib ke alam syahadah (alam nyata, physical world). NZL, turun dalam hal ini bermakna abstrak. Sedangkan NZL dalam hal besi diturunkan bermakna konkret di alam nyata. Dalam ilmu falak gerak dari angkasa luar menuju bumi disebut "turun" oleh manusia di atas bumi. Dalam makna konkret "naik" berarti keluar dari bumi dan "turun" berarti menuju ke bumi.
Menurut ilmu pengetahuan kontemporer dalam hal energi yang dibutuhkan dalam proses pembentukan satu butir atom besi, besarnya adalah empat kali dari seluruh energi yang terdapat dalam sistem tata-surya (matahari dan satelit-satelitnya). Jadi tidak mungkin menurut TaqdiruLlah pembentukan atom besi itu berproses di bumi ini. Artinya besi itu dijadikan Allah di luar bumi, bahkan di luar tata-surya. Itulah makna Allah menurunkan besi, artinya Allah mendatangkan besi dari luar bumi. WaLla-hu a'lamu bishshawa-b.
*** Makassar, 10 Desember 2000