24 Desember 2000

455. Kajian Terakhir dalam Bulan Ramadhan

Bulan suci Ramadhan sudah hampir berlalu. Bulan yang dianugerahkan Allah SWT sebagai pinjaman sekali setahun kepada para hambaNya. Betapa tidak, bukankah di dalamnya terletak kewajiban puasa? Dan bukankah ibadah puasa meningkatkan derajat insan dari beriman menjadi taqwa? Taqwa yang melahirkan potensi yang dapat menumbuhkan kemampuan untuk memelihara diri dari segi negatifnya kekuasaan dan penguasaan. Yaitu kekuasaan karena kedudukan dan penguasaan dalam bidang harta dan ekonomi. Bukankah taqwa yang akar katanya dibentuk oleh huruf-huruf: Waw, Qaf, Ya, berarti terpelihara ataupun menjaga diri? Yaitu terpelihara ataupun menjaga diri dari malapetaka melalaikan perintah Allah dan terpelihara ataupun menjaga diri dari malapetaka melanggar larangan Allah!

Bulan suci Ramadhan telah ditentukan Allah sebagai sayyidu l.ayyaam, penghulu dari segala bulan, penawar racun serta bisa yang dikandung oleh bulan-bulan lain. Bulan Ramadhan adalah perangkat halus yang sangat produktif. Dengan amal yang sedikit di dalamnya, Yang Maha Rahim menjanjikan pahala yang berlipat ganda. Dikutip dari Hadits-Hadits RasuluLlah SAW, jangankan kerja keras membanting tulang, jangankan memperbanyak sujud dan ruku', bahkan tidur karena penat bagi orang berpuasa itu adalah ibadah, diam tiada kata sepatah karena menghindari kesia-siaan tutur, itu adalah tasbih. Bila amal-amal itu bertepatan dengan LaylatulQadr, yaitu salah satu di antara sepuluh malam ganjil terakhir Ramadhan, nilai pahalanya lebih baik dari seribu bulan (83 tahun, 4 bulan).

Bulan suci Ramadhan, bukankah di dalamnya itu dinuzulkan Al Quran menjadi petunjuk bagi manusia? Dan bukankah manusia itu sekaligus makhluq pribadi dan makhluq sosial? Allah Yang Maha Tahu menganugerahkan kepada manusia Syari'at Islam sebagai pedoman hidup untuk manusia baik sebagai makhluq pribadi maupun makhluq sosial. Syari'at Islam berisikan aqidah, akhlaq dan tata-cara hubungan antara manusia dengan Khaliqnya dalam kontek manusia sebagai makhluq pribadi. Syari'at Islam berisikan pedoman hidup bagi manusia sebagai makhluq sosial dalam hal kehidupan berbudaya: berpolitik, bersosial, berekonomi dan berilmu dalam mengelola alam sekitar. Khusus dalam hal mengelola alam sekitar Syari'at Islam bukan hanya sekadar memotivasi manusia untuk mengkaji alam, akan tetapi Syari'at Islam juga mengandung petunjuk dalam mengkaji TaqdiruLlah (istilah sekulernya: hukum alam) yang berlaku di alam.

***

Yang berikut ini adalah kajian terakhir dalam bulan Ramadhan. Yaitu petunjuk Syari'at Islam dalam mengkaji terjadinya hujan dan kilat. Firman Allah SWT (transliterasi huruf demi huruf demi keotentikan):
-- ALMTR AN ALLH YZJY SHABA TSM YW^LF BYNH TSM YJ'ALH RKAMA FTRY ALWDQ YKHRJ MN KHLALH WYNZL MN ALSMA^ MN JBAL FYHA MN BRD FYSHYB BH MN YSYA^ YKAD SNA BRQH YDZHB BALABSHAR (S. ALNWR, 43), dibaca: alam tara annaLa-ha yuzji- saha-ban tsumma yuallifu baynahu- tsumma yaj'aluhu- ruka-man fataral wadqa yakhruju min khila-lihi- wayunazzilu minas sama-i min jiba-lin fi-ha- min baradin fayushi-bu bihi- may yasya-u wayashrifuhu- 'am may yasya-u yaka-du sana- barqihi- yadzhabu bil absha-r (s. annu-r, 24:43). Beberapa terjemahan:

Tidakkah engkau tahu, bahwa Allah menghalau awan, kemudian mengumpul sesamanya, kemudian menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan turun dari celah-celahnya, Allah menurunkan hujan beku (hujan manik) dari langit dari gunung salju, lalu Allah menumpahkan air itu kepada orang-orang yang dikehendakiNya dan menjauhkanNya dari orang yang dikehendakiNya. Cahaya kilatnya hampir menyambar pemandangan manusia.

Hast thou not seen that it is Allah drives the clouds, then joint them together, then piles them up sothat thou seest rain issue forth from the mids thereof? He sends down from the sky clouds like mountains wherein is hail, and He smites therewith whom He pleases, and turns it away from whom He pleases. The flash of its lightning may well-nigh take away the sight.

Zie gij niet, dat God de wolken voortdrijft, (en) ze daarna verzamelt, (en) ze daarna opeenstapelt, zoodat gij den regen uit haar midden ziet voorkomen? En Hij zendt van de wolken neder wat (als) bergen zijn, waarin hagel is, daarmede treffende wien hij wil en het afwendende van wien Hij wil; de straal van zijn bliksem neemt echter het gezicht weg.

Sebelum pembahasan dilanjutkan akan dikemukakan dahulu perbedaan terjemahan dari "minas sama-i min jiba-lin fi-ha-", yaitu: dari langit dari gunung salju, from the sky clouds like mountains, van de wolken neder wat (als) bergen zijn.

Ha- (nya) pada fi-ha- (di dalamnya) menunjuk pada assama-u (langit). Telah dijelaskan dalam seri-seri yang lalu bahwa langit dalam bentuk mufrad (tunggal), assamaau, berarti ruang angkasa, sedangkan langit dalam bentuk jama', assama-wa-tu, berarti benda-benda yang mengisi ruang angkasa. Artinya gunung itu ada di angkasa. Gunung itu tak lain dari awan yang bertumpuk-tumpuk di angkasa. Maka terjemahan Inggris dan Belanda yang betul, bukan gunung salju, melainkan gunung awan, the sky clouds like mountains, de wolken als bergen zijn. Hal ini perlu ditegaskan lebih dahulu, oleh karena gunung awan yang disebutkan ayat (24:43) mengandung dua hal yang penting. Pertama menunjukkan bahwa Al Quran itu adalah mu'jizat, oleh karena gunung awan itu baru dapat dipantau tentang adanya, setelah orang dapat terbang di angkasa. Sebelumnya, mana bisa gunung awan itu diketahui orang tentang adanya. Kedua, ayat (24:43) mengisyaratkan bahwa terjadinya kilat itu ada keterkaitan dengan barad(un) (hujan es, hail, hagel) di dalam awan yang berbentuk gunung atau gunung awan itu.

Ayat (24:43), mengajarkan kepada kita bahwa terjadinya gunung awan itu melalui tiga tahap. Tahap pertama, awan itu dihalau, tahap kedua setelah dihalau lalu mengumpul, tahap ketiga menumpuk menjadi gunung awan di angkasa, disebabkan oleh bagian tengahnya terangkat vertikal ke atas. Menurut hasil observasi puncak gunung awan itu dapat mencapai ketinggian 8 sampai 10 km di atas angkasa. Dengan demikian daerah puncak gunung awan itu mencapai daerah dingin, sehingga turun hujan dari celah-celahnya. Ini adalah tahap keempat. Pada tahap kelima turun barad (hujan es, hail, hagel).

Air yang membeku melepaskan panas laten (latent heat). Dengan demikian pada tahap kelima yaitu terbentuknya barad dari hujan air, maka sekitar barad itu suhunya lebih tinggi dari daerah gunung awan. Lalu terjadilah loncatan elektron dari daerah dingin ke daerah panas. Atom yang kehilangan elektron akan bermuatan positif dan menjadi lebih ringan. Sedangkan atom yang kelebihan elektron akan bermuatan negatif dan menjadi lebih berat. Yang bermuatan positif yang lebih ringan bergerak ke atas, sedangkan yang bermuatan negatif yang lebih berat akan bergerak ke bawah. Akumulasi muatan negatif ataupun muatan positif menyebabkan loncatan bunga api listrik, itulah kilat yang menyambar pemandangan manusia. Kilat yang mencambuk udara menjadikan tempat cambukan itu udara menjadi hampa, dan setelah kilat berlalu udara bertaut kembali, ibarat biduk lalu kiambang bertaut. Pertautan udara itu kembali menimbulkan gelegar yang disebut halilintar. Dan seiring dengan itu terbentuklah ozon yang membubung naik ke angkasa membentuk lapisan ozon yang melindungi kita dari gempuran fraksi sinar ultra lembayung dari sinar matahari. Insya Allah perkara ozon ini akan dibicarakan nanti. WaLla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 24 Desember 2000