Pada hari Kamis, 17 April 1997, mahasiswa saya dari Universitas Muslim Indonesia sebelum memulai kuliah bertanyakan seperti pertanyaan pada judul di atas, bahkan ditambah pula dengan pernyataan, bahwa selama ini setelah Shalat 'Iyd, sesampai di rumah beberapa jam kemudian menyaksikan siaran langsung Shalat 'Iyd di Al Masjid Al Haram di Makkah. Pertanyaan itu menyangkut kinematika (ilmu gerak), maka kuliah hari itu menyimpang dari SAP.
Sistem Penanggalan Hijriyah adalah sistem kombinasi syamsiyah (solar) dengan qamariyah (lunar). Landasannya adalah Ayat Qawliyah: Fa-liqu lIshba-hi waJa'ala Llayla Sakanan wasySyamsa walQamara Husba-nan (S. Al An'am, 96). (Yang) membuka subuh dan menjadikan malam untuk istirahat, dan menjadikan matahari dan bulan untuk perhitungan (6:96). Inna 'Iddata sySyuhuwri 'Inda Llahi Tsna- 'Asyara Syahran (S. At Tawbah, 36). Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah dua belas bulan (9:36).
Hitungan hari berdasarkan syamsiyah, pergantian hari ditentukan oleh terbenamnya matahari. Misalnya hari ini hari Ahad, begitu matahari terbenam hari berganti menjadi Senin, yaitu malam Senin disusul dengan Senin siang. Hitungan bulan berdasarkan atas posisi matahari dan bulan pada bola langit. Tatkala matahari terbenam bulan (qamar, moon) terletak di atas ufuk maka terjadilah pergantian hitungan bulan (syahr, month). Menurut ayat di atas itu bilangan bulan adalah 12 bulan, itulah yang disebut 1 tahun. Itulah beda antara sistem penanggalan Hijriyah dengan Miladiyah Masehi). Pada sistem Hijriyah 1 tahun dinyatakan oleh jumlah bulan (bilangan bulat = 12), sedangkan pada sistem Miladiyah 1 tahun ditentukan oleh jumlah hari (bilangan pecahan = 365,25 lebih sedikit, sehingga dikoreksi setiap 4 tahun cukup penyimpangan 1 hari, sehingga dalam tahun itu di mana bilangan tahun itu kelipatan empat, bulan Februari mempunyai 29 hari. Namun ini perlu dikoreksi puala, yaitu jika tahunnya kelipatan 100, maka bulan Februari tetap 28 hari, walaupun 100 habis dibagi empat. Dalam tahun 2000 nanti bulan Februari tetap 28 hari).
Dalam kinematika (dan dinamika pada umumnya) yang penting mula-mula harus menentukan kerangka rujukan (frame of reference) untuk menjadi landasan gerak, yang disebut pusat sistem kordinat. Yakni semua titik benda bergerak relatif terhadap pusat sistem koordinat. Dikatakan relatif bergerak oleh karena di alam syahadah ini tidak ada yang diam secara mutlak. Kullun fiy Falakin Yasbahuwna (S. Yasin 40), tiap-tiap sesuatu berenang dalam falaknya (36:40).
Apabila matahari yang menjadi pusat sistem koordinat, maka lintasan bumi yang bergerak mengelilingi matahari berbentuk elips. Untuk mempermudah perhitungan dianggap lingkaran, karena kedua titik api elips itu relatif dekat. Lintasan bulan yang sementara mengelilingi bumi bergerak pula bersama-sama bumi mengelilingi matahari, sehingga lintasan itu ibarat pegas yang dilingkarkan. Ternyata dengan memilih matahari sebagai pusat sistem koordinat gerak bulan itu sangat ruwet dan matahari tidak bergerak.
Maka dalam hal matahari dan bulan yang dijadikan sebagai perhitungan waktu, orang memilih pusat sistem koordinat di titik tempat orang mengamati matahari dan bulan pada permukaan bumi. Ini yang disebut dengan sistem koordinat yang ikut bergerak (mee bewegende coordinaten stetlsel). Karena bumi berpusing pada sumbunya, kita ikut juga berpusing, maka kita lihat matahari dan bulan bergerak melingkar pada bola langit, terbit di sebelah timur, terbenam di sebelah barat. Jadi kita ibarat di tengah-tengah lapangan mengikuti gerak dua orang atlet berlomba mengelilingi lapangan. Hanya bedanya balapan antara matahari dengan bulan itu berlangsung terus menerus hingga hari kiamat.
Dalam perlombaan pada bola langit matahari lebih cepat dari bulan. Ini sangat jelas bagi orang yang suka memperhatikan bulan baru pada bulan Ramadhan. Pada bilangan bulan (syahr, month) satu Ramadhan bulan (qamar, moon) sangat dengat ke ufuk, sedangkan pada hitungan bulan kedua Ramadhan, bulan sudah agak tinggi dari ufuk, tiga Ramadhan lebih tinggi lagi. Artinya bulan itu setiap saat ketinggalan dari matahari. Ibarat motor dengan sepeda, sepeda makin lama makin jauh tertinggal di belakang motor.
Karena yang dijadikan pusat sistem koordinat adalah titik tempat kita berdiri pada permukaan bumi, maka pusat sistem koordinat di Makassar berbeda dengan pusat sistem koordinat di Makkah. Pada hari Senin (= malam Selasa) 2 pekan lalu, tatkala matahari terbenam di Makassar bulan masih di bawah ufuk. Itu berarti tatkala Senin telah berganti dengan Selasa, maka di Makassar masih akhir bulan DzulQa'dah. Akan tetapi karena jarak antara Makassar dengan Makkah cukup jauh untuk matahari dapat mengejar bulan, maka tatkala matahari terbenam di Makkah bulan sudah di atas ufuk, artinya di Makkah pada waktu itu terjadi pergantian bulan dari DzulQa'dah menjadi DzulHijjah, dengan perkataan lain malam Selasa dan Selasa siang di Makkah sudah 1 DzulHijjah, Rabu 9 DzulHijjah wuquf di 'Arafah, Kamis 10 DzulHijjah shalat 'Iyd di Al Masjid Al Haram. Sedangkan kita di Makassar dan seluruh Indonesia, juga di Malaysia dan Brunai hari Selasa baru akhir DzulQa'dah, maka 1 DzulHijjah baru jatuh keesokan harinya yaitu pada hari Rabu, 10 DzulHijjah jatuh pada hari Jum'at, kita shalat 'Iyd pada hari Jum'at.
Andaikata pada malam Selasa tatkala matahari terbenam di Makassar bulan sudah di atas ufuk maka tentu kita akan shalat 'Iyd dalam hari yang sama dengan Makkah. Bedanya ialah di Makassar pada 1 DzulHijjah malam Selasa bulan (qamar, moon) sangat dekat ke ufuk, sedangkan di Makkah pada 1 DzulHijjah malam Selasa bulan agak tinggi dari ufuk, karena matahari tatkala di Makkah sudah lebih jauh jaraknya meninggalkan bulan. Kalau shalat 'Iyd di Indonesia sama harinya dengan di Makkah, maka tentu saja kita di Inidonesia lebih dahulu melaksanakan shalat 'Iyd karena kita lebih ke Timur, matahari lebih dahulu terbit dari Makkah. Seperti dikatakan di atas dalam hal pergantian hari hanya ditentukan oleh terbenamnya matahari, sedangkan bulan tidak ikut campur dalam urusan pergantian hari. Apabila di Indonesia orang shalat 'Iyd pada hari yang sama dengan Makkah, maka pada waktu itulah sesudah shalat 'Iyd, tatkala sampai di rumah beberapa jam kemudian kita saksikan siaran langsung di televisi orang shalat 'Iyd di Al Masjid Al Haram di Makkah. WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 27 April 1997
27 April 1997
[+/-] |
270. Mengapa di Makkah Lebih Dahulu Shalat 'Iyd, Padahal Makkah di Sebelah Barat Indonesia? |
20 April 1997
[+/-] |
269. Harimau dan Kucing |
Sang harimau berembuk dengan kaki-tangannya (baca: pembantu dekatnya), yaitu sang serigala sebagai kaki dan sang musang sebagai tangan. Perembukaan itu mengenai perihal pembagian hasil buruan: kerbau hutan, kambing hutan dan ayam hutan. Pertama-tama sang harimau minta pendapat sang serigala. "Menurut hemat saya, kerbau hutan untuk sampeyan, kambing hutan untuk saya dan ayam hutan untuk saderek musang," sang serigala mengemukakan pendapatnya.
"Oh, begitu," kata sang harimau, dan bersamaan dengan itu ia menampar kepala sang serigala. Dapat dibayangkan hasil tamparan
harimau, oleh karena apabila harimau menampar bukan hanya sekadar dengan telapak kaki depan, melainkan bersamaan dengan layangan tamparan itu, sepuluh kuku harimau tersembul keluar. Barangkali itulah mengapa ada pepatah yang berbunyi: Ibarat harimau yang menyembunyikan kukunya. Tadi pada waktu serigala masih mengeluarkan pendapatnya, kuku harimau masih tersembunyi dalam jari-jemarinya.
"Lalu bagaimana pendapat sampeyan", ujar sang harimau kepada sang musang setelah selesai menampar sang serigala.
"Kalau menurut pertimbangan saya, kerbau jantan itu untuk makan siang sampeyan, juga kambing hutan untuk makan malam sampeyan, sedangkan ayam hutan adalah untuk sarapan pagi sampeyan pula, atau boleh juga dijadikan sebagai kudap (makanan ringan, snoepjes) sampeyan. Adapun untuk saderek serigala dan saya sudah cukup dengan melahap serpihan sisa-sisa sampeyan."
Dengan gembira sang harimau menerima saran sang musang sambil berkata: "Man 'Allamaka Hadza- lFiqh? (Siapa yang mengajarkan sampeyan fiqh ini?)".
"Dari tamparan sampeyan atas kepala saderek serigala", jawab sang musang tersipu-sipu.
Dari mana gerangan harimau itu belajar menyembunyikan kukunya dan menampar? Menurut penuturan nenek saya kepada saya sewaktu masih kecil (saya sering diantar tidur oleh nenek dengan dongeng-dongeng), harimau itu belajar ilmu dan keterampilan berburu kepada kucing. Hampir semua ilmu dan keterampilan kucing seperti menampar sambil mengeluarkan kuku dari ujung jari, mengintai, mengendus, menerkam, mengejar, melompat jauh, berlari dan melompat sambil mengogonggong mangsanya. (Kata gonggong adalah homonim, bermakna ganda. Kalau pelakunya harimau dan kucing, menggonggong bermakna memegang dengan gigi. Seperti misalnya kucing menggonggong anaknya yang masih kecil, menggigit tengkuk anaknya memindahkannya dari satu tempat ke tempat lain. Kalau pelakunya anjing, menggonggong sinonim dengan menyalak).
Kembali pada dongeng nenek perihal kucing yang menjadi guru harimau di atas tadi. Harimau menuntut supaya semua ilmu dan
keterampilan gurunya itu diajarkan kepadanya, karena menurut harimau keterampilan memanjat belum diajarkan kepadanya. Namun kucing tidak bersedia mengajarkannya. Dengan terus terang kucing menjelaskan kepada muridnya itu, bahwa bagaimanapun juga ia sebagai guru harus lebih pintar dari muridnya, karena badannya kecil, tenaganya tidak sekuat harimau. Barangkali dari segi inilah maka ada pepatah Belanda yang mengatakan: Wie niet sterk is, moet slim zijn (dia yang tidak kuat, harus cerdik). Kucing harus lebih cerdik dari harimau, karena tenaganya tidak sekuat harimau.
Maka marahlah harimau, ia melompat menerkam kucing. Namun dari tadi kucing sudah mengantisipasinya, sehingga dengan gesit ia melompat ke atas pohon menyelamatkan dirinya. Dengan geram harimau berkata: "Hai kucing, ini bukan ancaman, melainkan janji, saya akan cari terus ke mana engkau pergi untuk membunuhmu, bahkan kotoranmupun kalau kutemui akan kubunuh pula."
Itulah sebabnya maka hingga sekarang ini kucing menggali lubang, membuang kotorannya ke dalamnya kemudian menimbunnya kembali dengan tanah, khawatir kotorannya akan dibunuh kelak oleh harimau, murid yang tak tahu di untung, murid yang tidak berterima kasih kepada gurunya, murid yang tidak menghormati gurunya. Itulah sebabnya harimau menjadi perlambang bagi orang yang perbuatannya jahat, yang dipaterikan berupa peribahasa: Harimau mati meninggalkan belang. Kata belang dalam peribahasa
mempunyai konotasi yang jelek: Sudah ketahuan belangnya.
Syahdan, sesungguhnya manusia dapat belajar pada kucing, yaitu menimbun kotorannya. Sudah bertahun-tahun jawatan kesehatan mengkampanyekan jamban keluarga di pelosok-pelosok pedesaan. Hasilnya, rakyat yang taat pada pemerintah membuat jamban, namun hanya sebatas itu saja. Teknologinya dilaksanakan, akan tetapi hasil teknologi belum dimanfaatkan, karena membuang hajat di jamban belum membudaya. Teknologi sebagai perangkat kasar belum dijiwai oleh perangkat halus, yaitu kebudayaan. Jamban ada, tetapi kebudayaan membuang hajat di semak-semak, pinggir sungai, pinggir laut masih jalan terus. Jamban di rumah tidak dipergunakan, karena belum ada perubahan pola pikir dalam berkada-hajat ini. Jamban hanya dimanfaatkan jika kedatangan tamu dari kota.
Dalam mengkampanyekan pemanfaatan jamban ini, budaya malu yang masih menjadi nilai anutan di pelosok-pelosok hendaknya dapat dijadikan motivasi untuk perubahan pola pikir dari semak-semak, pinggir sungai dan pinggir laut ke jamban keluarga. Sebagai manusia, tidakkah malu pada diri sendiri melihat kucing menimbun kotorannya?
Itu dari segi positif yang dapat disimak dari dongeng-dongeng menyangkut harimau dengan kucing tersebut. Sifat jelek harimau barangkali wajar-wajar saja karena harimau itu memang binatang. Lalu sebagai manusia apakah tidak malu berkelakuan sebagai binatang? Menerkam guru dengan jalan menyunat gajinya, seperti harimau menerkam gurunya? Mengaktualisasikan keadilan dalam wujud keserakahan harimau, mau melahap sebanyak-banyaknya kue pembangunan? Ada baiknya kita mengemukakan sedikit disini ucapan Menhankam Jenderal (purnawirawan) Edi Sudrajat dalam Halaqah Nasional Wawasan Kebangsaan yang berlangsung di pondok Pesantren Girikusuma Mranggen, Demak, seperti berikut: "Masalah keadilan merupakan persoalan yang paling menonjol yang menjadi penyebab berbagai kerusuhan yang terjadi. Tidak hanya masalah kesenjangan sosial. Yang lebih parah," demikian beliau selanjutnya, "jika meraka tidak lagi merasa bangga menjadi warga bangsa Indonesia, karena tidak lagi merasakan adanya keharmonisan, kebersamaan dan keadilan."
Setiap Jum'at, Khatib menutup Khuthbahnya dengan ayat: Inna Llaha Ya'muru bil'Adli walIhsa-ni (S. An Nahl, 90), Sesungguhnya Allah memerintahkan melakukan keadilan dan kebajikan (16:90). WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 20 April 1997
13 April 1997
[+/-] |
268. Pengaruh Permulaan Ayat-Ayat Surah ThaHa Atas Diri Umar ibn Khattab |
ThaHa. Ma- Anzalna- 'Alayka lQura-na liTasyqay. Illa- Tadzkiratan liMan Yakhsyay. Tanziylan mimMan Khalaqa lArdha wasSamawati l'Ulay (S. ThaHa, 1-4). ThaHa. Tidaklah Kami turunkan Quran kepadamu agar engkau susah. Melainkan jadi peringatan bagi yang takut. Diturunkan dari Yang menciptakan bumi dan benda-benda langit yang tinggi (20:1-4).
ThaHa yang terdiri atas dua huruf pada permulaan ayat, yang sekaligus menjadi nama Surah, adalah sebuah kode matematis: Jumlah huruf Tha + Ha (disebut al Muqattha'a-t) adalah kelipatan sembilan belas. Jumlah huruf Tha (26) + jumlah huruf Ha (202) = 26 + 202 = 228 = 12 x 19. Qaidah ini berlaku umum: Jumlah huruf al Muqattha'a-t dalam Surah yang bersangkutan adalah kelipatan sembilan belas. Contoh: Dalam S. Maryam terdapat lima huruf al Muqattha'a-t: Kef (137) + Ha (168) + Ya (345) + 'Ain (122) + SHad (26) = 798 = 42 x 19.
Bilangan bulat 1 dan 9 adalah bilangan terendah dan tertinggi dalam sistem desimal. Angka 19 adalah bilangan prima, tidak dapat dibagi habis kecuali oleh 1 dan dirinya sendiri. Angka 19 adalah penjumlahan antara jumlah hari (7) dengan jumlah bulan (12). Jadi Angka 19 bukanlah angka keramat, melainkan murni matematis dan terkait pada sistem numerik dan penanggalan.
***
Pada waktu Umar ibn Khattab (561? - 644) belum masuk Islam, ia termasuk salah seorang yang sangat sengit menentang Islam. Umar adalah seorang pemberani, pandai bermain pedang, fasih berpidato, perawakannya tinggi dan besar. Ketika Umar menyaksikan bahwa walaupun ummat Islam mendapat tekanan, penyiksaan, namun Islam tetap menyebar hari demi hari, maka Umar memutuskan untuk membunuh Nabi Muhammad SAW. Diambilnya pedangnya dan keluar rumah untuk mencari Nabi Muhammad SAW. Di tengah perjalanan Umar berpapasan dengan seorang penduduk Makkah yang bertanya kepadanya:
"Mau ke mana, hai Umar?"
"Mau pergi membunuh Muhammad!", jawab Umar dengan singkat.
"Untuk membunuh Muhammad? Tahukah engkau adikmu Fatimah dengan suaminya telah memeluk agama baru itu? Lebih baik engkau urus dahulu keluarga dekatmu! Lagi pula tidaklah semudah itu engkau seorang diri untuk membunuh Muhammad, tentu sebelumnya niscaya engkau harus berhadapan dahulu dengan para pengikutnya."
Dengan segera Umar menuju ke rumah iparnya. Ketika Umar mendekati rumah adiknya, ia mendengar sayup sampai orang sedang membaca dalam rumah itu. Khabbab, seorang guru sedang membacakan ayat Al Quran di dalam runah itu. Ketika Fatimah melihat Umar mendekat, disuruhnya Khabbab bersembunyi, kemudian ia sembunyikan lembaran yang bertuliskan ayat Al Quran yang dibaca oleh Khabbab tadi. Begitu masuk Umar dengan geram menatap adik perempuan dan iparnya kemudian membentak: "Saya dengar kalian berdua telah memeluk agama baru yang dibawa Muhammad, betulkah itu?"
Keduanya berusaha untuk meredamkan amarah Umar, akan tetapi Umar tidak mau mendengarkan. Suasana kejiwaan Umar tidak memungkinkan untuk itu. Amarah Umar yang dibawanya dari rumah, di tengah jalan disulut lagi oleh sindiran supaya ia mengurus keluarga dekatnya dahulu. Umar menghunus pedangnya langsung ditetakkannya pada iparnya. Secepat kilat Fatimah melompat ke depan suaminya, sehingga pedang Umar menggores muka Fatimah, darah mengalir membasahi wajahnya. Tanpa menyapu cucuran darah itu Fatimah menatap tajam mata kakaknya dan berkata dengan tegar: "Ya, kami sudah memeluk Islam dan akan tetap Islam. Berbuatlah sesukamu."
Mendengar jawaban menantang yang berani dari Fatimah itu, Umar tertegun, dan menyaksikan cucuran darah di muka adiknya, timbul dalam hati Umar rasa iba, dan seketika itu juga api amarahnya padam. Umar meminta kepada adiknya untuk memperlihatkan kepadanya lembaran yang bertuliskan ayat Al Quran itu, akan tetapi Fatimah menolak. Ia khawatir jangan-jangan Umar merobek-robeknya. Umar berjanji tidak akan berbuat demikian. Akan tetapi Fatimah belum bersedia, sebelum Umar membersihkan dirinya. Setelah Umar mandi, Fatimah mengambil lembaran bertuliskan Al Quran diserahkannya kepada Umar. Ayat yang tertulis di atas lembaran itu, ialah seperti yang telah dikutip pada pembukaan kolom ini.
Ayat-ayat itu betul-betul mengenai sasaran suasana kebatinan dan pola pikir Umar. Selama ini ia menganggap bahwa ajaran Islam yang dibawakan oleh Nabi Muhammd SAW menyusahkan (Tasyqay) saja, memecah kesatuan dan persatuan rakyat negara kota Makkah. Dalam sekejap itu Umar memutuskan untuk memeluk Islam.
Menyaksikan keadaan yang berbalik 180 derajat itu, Khabbab keluar dari persembunyiaannya. Setelah mengucapkan salam kepada Umar ia berkata: "Allah menjadi saksi bagiku, baru kemarin saya mendengarkan RasuluLlah SAW berdo'a kepada Allah bermohon agar salah seorang di antaranya: Umar atau Amr ibn Hisyam masuk Islam. Inilah hasil do'a RasuluLlah SAW."
Umar bertanya kepada Khabbab di mana Nabi Muhammad SAW dapat ditemui. Khabbab memberi-tahukan markas tersembunyi RasuluLlah, yaitu di rumah seorang sahabat yang bernama Arqam. Markas itu dikenal dalam tarikh Islam sebagai Daru lArqam, pusat pengajaran, pendidikan, pembinaan SDM kader-kader da'i. Daru lArqam menjadi pusat gerakan da'wah Islam dengan taktik kampanye berbisik dari pintu ke pintu. Khabbab adalah salah seorang di antara para kader tersebut.
Karena tergesa ingin menyatakan keIslamannya kepada RasuluLlah SAW, Umar lupa menyarungkan kembali pedangnya. Ia menuju ke Daru lArqam dengan pedang terhunus masih di tangan, bahkan darah Fatimah masih kentara pada pedang itu. Tatkala Umar mengetuk pintu rumah Arqam, Nabi Muhammad SAW sedang duduk dalam majelis dengan beberapa sahabat di antaranya Hamzah. Beberapa orang mengintip keluar, lalu menyaksikan Umar berdiri di depan pintu dengan pedang terhunus berbekas darah.
RasuluLlah SAW bersabda supaya Umar dibukakan Pintu. Setelah Umar masuk ke dalam rumah, RasuluLlah bertanya:
"Apa yang membawamu ke mari, hai Umar?"
"Saya ke mari untuk menyatakan saya memeluk Islam"
"Allahu Akbar", semua sahabat secara serempak mengucapkan kalimah Takbir.
Hingga saat itu ummat Islam masih melakukan shalat secara sembunyi-sembunyi di belakang pintu. Sejak mulai saat itu ummat Islam melakukan shalat secara terbuka. Perubahan sikap itu dimulai dengan show of force. Dibentuk dua kelompok barisan asy Syabab (pemuda) masing-masing dipimpin oleh Umar dan Hamzah berpawai keliling kota Makkah dengan mengumandangkan Takbir: Allahu Akbar! WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 13 April 1997
6 April 1997
[+/-] |
267. Kloning |
Chakotay perwira kapal penjelajah ruang angkasa VOYAGER disandera Seska, mantan awak VOYAGER yang membelot ke kapal angkasa dari galaxy lain. Fasalnya Chakotay ditengarai mengetahui kode rahasia instrumen pengontrol VOYAGER. Dengan mengetahui kode rahasia itu, maka VOYAGER dapat dikendalikan dari jauh, sehingga VOYAGER dengan seluruh awaknya dapat dikuasai. Dari pihak lain kapten VOYAGER berhasil pula mem"beam-up" sejumlah kapten kapal sekutu Seska, sehingga dalam sekejap mata mereka berada dalam VOYAGER. Terjadilah saling sandera. Alhasil kapten VOYAGER mendapatkan kembali Chakotay dengan jalan barter sandera. Serial Star Trek VOYAGER ditutup dengan pemberitahuan dari pihak Seska kepada kapten VOYAGER bahwa dalam rahim Seska telah tumbuh jabang bayi. Tatkala Chakotay sementara pingsan akibat siksaan untuk mengorek kode rahasia, Chakotay telah sempat diambil DNA-nya oleh Seska.
Apa relevansi antara judul di atas dengan serial Star Trek VOYAGER? Pengarang cerita menyerahkan kepada pirsawan untuk menyimpulkannya sendiri. Menurut hemat saya sesungguhnya pengarang secara tersirat bermaksud mengatakan bahwa kapten VOYAGER dan seluruh awaknya tetap ada monyet di punggung. Mereka merasa diterror bahwa akhirnya Seska dapat mengetahui kode rahasia VOYAGER. Seska berupaya memfoto-kopi, membuat duplikat atau kembar Chakotay dengan jalan kloning, membuat rekayasa genetika dengan meng"klon" DNA Chakotay ke dalam sel telurnya sendiri, kemudian mengandung kecambah itu. Suatu rekayasa genetika membuat reproduksi manusia tanpa hubungan seks dan tanpa pembuahan sel telur dengan sperma.
Demikianlah imajinasi yang dituangkan dalam science fiction tentang kloning. Bahkan Erich von Daeniken dalam bukunya "Zuruek zu den Sternen" (merujuk ke bintang-bintang) mengitup sebuah ramalan (baca: imajinasi) dari sebuah artikel dalam majallah "Kaiser Aluminium News. No.6, 1966, yang terjemahannya seperti berikut: 'Para ibu rumah tangga kelak dapat pergi berbelanja ke sebuah toko kecambah. Mereka dapat memilih berjenis kecambah dalam kotak-kotak. Setiap kotak berisi kecambah yang dibekukan yang di atasnya bertuliskan keterangan tentang kecambah yang baru berusia satu hari. Bagaimana warna dan jenis rambutnya, lurus, ikal, keriting, warna kulitnya, berapa ukuran tingginya, bahkan berapa IQ-nya, jika kelak kecambah itu sudah menjadi manusia. Sesudah ibu itu menentukan pilihannya ia membeli kecambah yang diinginkannya, pulang ke rumah lalu meminta dokter pribadinya datang ke rumahnya untuk menyuntikkan kecambah itu ke dalam rahimnya, menunggu sampai ia melahirkan bayi hasil kloning tersebut.
***
DNA adalah singkatan dari (d)esoxyribo(n)ucleic(a(cid, yaitu inti asam yang mengandung zat desoxyribose, terdapat utamanya dalam inti sel. DNA merupakan blue-print, atau kode genetik bagaimana wujud suatu makhluk yang diturunkannya, apa mau jadi buaya, apa mau jadi manusia (jadi tidak mungkin manusia beranak buaya), dan kalau itu manusia, bagaimana jenisnya apa termasuk Mongoloid, Kaukasus, Semit ataupun Negroid. Setiap batang tumbuhan, setiap ekor binatang, setiap individu manusia mempunyai susunan rantai molekul DNA yang spesifik, sehingga tidak ada pohon kelapa yang sama betul dengan pohon kelapa lainnya, tidak ada domba yang sama betul dengan domba lainnya, tidak ada manusia yang sama betul dengan manusia lainnya.
Dalam sebutir sel manusia terdapat sekitar 1000-juta zarrah DNA yang terbagi rata dalam 23 pasang (46) khromosom. Sehingga merupakan kemustahilan teknologis untuk merekayasa manusia yang kumisnya seperti Saddam Husain, matanya seperti Chiang Kai Shek, postur tubuhnya seperti John Weis Muller, suaranya seperti Caruso, kepintarannya bermain biola seperti Yehudi Menuhin. Suatu kemustahilan teknologis seorang ibu rumah tangga pergi membeli kotak kecambah seperti yang dikutip dari majallah Kaiser Aluminium News tersebut di atas itu.. Paling-paling yang dapat dilakukan yaitu mengambil DNA seutuhnya dari inti sel "tuan rumah" (hostcell) diklonkan ke dalam sel telur yang sudah dikeluarkan pula seluruh DNA-nya, seperti pada duplikat domba Dolly di Skotlandia itu (apabila berita itu memang benar). Konon baru berhasil setelah percobaan sebelumnya yang gagal sebanyak 277 kali. Maka pertanyaan yang menghebohkan timbul! Dapatkah pada manusia diperlakukan kloning, baik dari segi proses, maupun dari segi moral?
***
Untuk dapat menjawab pertanyaan di atas itu kita wajib membaca ayat Qawliyah. Firman Allah SWT: FLYNZHR ALANSN MM KHLQ. KHLQ MN MAa DAFQ. YKHRJ MN BYN ALSHLB WALTRAaB (S. ALTHARQ, 1-5). FADZA SWYTH WNFKHT FYH MN RWHY (S. ALHJR, 29). Dibaca: falyanzhuril insa-nu mimma khuliqa. Khuliqa mim ma-in da-fiqin. Yakhruju mim baynish shulbi wattara-ib (s. aththa-riq). Faidza- sawwaytuhu fi-hi mir ru-hi- (s. alhijr). Artinya: Maka mestilah manusia itu memperhatikan dari apakah ia diciptakan. Ia diciptakan dari air yang memancar. Yang keluar dari antara tulang punggung dengan tulang rusuk (86:5-7). Maka tatkala Kusempurnakan dia (manusia) Kutiupkan ruh (ciptaanKu) ke dalamnya (15:29).
Dari ayat-ayat itu dapat kita simak, yaitu yang dimaksud dengan Allah menyempurnakan adalah mulai dari pembuahan sperma pada sel telur sampai terbentuk bayi dengan organ yang lengkap, setelah itu barulah Allah meniupkan ruh ke dalamnya. Pertumbuhan kecambah hasil kloning, tidak melalui pancaran air mani, yaitu tanpa hubungan sex. Berarti walaupun kecambah itu telah terbentuk lengkap organ-organnya, tidaklah ia sempurna, sehingga Allah tidak meniupkan ruh ke dalamnya, maka hasilnya merupakan duplikat dari tubuh manusia yang DNA-nya diklonkan ke dalam sel telur, namun ia tidak mempunyai ruh. Sehingga makhluq hasil kloning (apabila ia berhasil tumbuh terus di dalam rahim?) bukanlah manusia melainkan binatang, yang postur tubuhnya seperti postur tubuh manusia yang DNA-nya diklonkan tadi itu.
Alhasil secara moral tidak ada masalah melakukan kloning pada tumbuh-tumbuhan dan binatang. Akan tetapi pada manusia sangatlah terlarang oleh karena hasilnya (apabila dapat tumbuh terus dalam rahim, kemudian berhasil dilahirkan?) adalah makhluq yang hanya postur tubuhnya seperti manusia, akan tetapi ia adalah binatang karena tidak mempunyai ruh, hanya mempunyai iradah untuk hidup layaknya binatang. Seperti makhluq "banu-jan" (manusia pra-Adam), yang menurut persepsi malaikat sifatnya seperti dinyatakan dalam ayat: MN YFSD FYHA WYSFIK ALDMAa (S ALBQRT, 30), dibaca: may yufsidu fi-ha- wayasfikud dima-a (s. albaqarah), artinya: yang merusak di atasnya (bumi) dan menumpahkan darah (2:30).
DNA hanyalah blue-print sebagai disain dasar yang terbatas pada tubuh kasar makhluk "hidup" ciptaan Allah. WaLla-hu a'lamu bishshawa-b.
*** Makassar, 6 April 1997