SCTV pada tgl 29 Mei 2003 menayangkan Menteri Agama meresmikan masjid berarsitekur Cina di Surabaya. Masjid itu diberi bernama Masjid Cheng Ho, mengambil nama dari seorang Muslim berbangsa Cina yang hidup sekitar 6 abad lalu. Cheng Ho pernah singgah dan bertabligh akbar di Surabaya, orang Cina yang mula pertama membaca khutbah Jum'at di kota itu. Selama hidupnya, Cheng Ho atau Zheng He melakukan apa yang diperintahkan Allah:
-- AFLM YSYRWA FY ALARDH FYNZHRWA KYF KAN 'AAQBt ALDZYN MN QBLHM (S. MhMD, 47:10), dibaca: Afalam yasi-ru- fil.ardhai fayanzhuru- kayfa ka-na 'a-qibatul ladzi-na ming qablihim (s. muhammad), artinya: Maka apakah mereka tidak bepergian di muka bumi, lalu memperhatikan bagaimana akibatnya orang-orang sebelum mereka. Petualangan Cheng Ho antarbenua selama 7 kali berturut-turut dalam kurun waktu 28 tahun (1405-1433). Tak kurang dari 30 negara di Asia, Samudera Barat, dan Afrika pernah disinggahinya. Pelayarannya lebih awal 87 tahun dibanding Columbus (1492). Juga lebih dahulu 92 tahun dibanding pelaut lainnya seperti Vasco da Gama yang berlayar dari Portugis ke India tahun (1497), Ferdinand Magellan yang merintis pelayaran mengelilingi bumi (1519) pun kalah duluan 114 tahun.
Ekspedisi Cheng Ho ke Samudera Barat mengerahkan armada raksasa. Pertama mengerahkan 62 kapal besar dan belasan kapal kecil yang digerakkan 27.800 ribu awak. Pada pelayaran ketiga mengerahkan kapal besar 48 buah, awaknya 27.000 orang. Sedangkan pelayaran ketujuh terdiri atas 61 kapal besar dan berawak 27.550 orang. Bila dijumlah dengan kapal kecil, rata-rata pelayarannya mengerahkan 200-an kapal. Sementara Columbus, ketika "kesasar" menemukan benua Amerika hanya mengerahkan 3 kapal dan awak 88 orang.
Kapal yang ditumpangi Cheng Ho disebut 'kapal pusaka' merupakan kapal terbesar pada abad ke-15. Panjangnya mencapai 44,4 zhang (138 m) dan lebar 18 zhang (56 m). Lima kali lebih besar daripada kapal Columbus. Menurut sejarahwan, JV Mills kapasitas kapal tersebut 2500 ton. Model kapal itu menjadi inspirasi petualang Spanyol dan Portugal serta pelayaran modern di masa kini. Rancang-bangunnya bagus, tahan terhadap serangan badai, serta dilengkapi teknologi yang saat itu tergolong canggih seperti kompas magnetik.
Pelayaran pertama mampu mencapai wilayah Asia Tenggara (Semenanjung Malaya, Sumatera, dan Jawa). Tahun 1407-1409 berangkat lagi dalam ekspedisi kedua. Ekspedisi ketiga dilakukan 1409-1411. Ketiga ekspedisi tersebut menjangkau India dan Srilanka. Tahun 1413-1415 kembali melaksanakan ekspedisi, kali ini mencapai Aden, Teluk Persia, dan Mogadishu (Afrika Timur). Jalur ini diulang kembali pada ekspedisi kelima (1417-1419) dan keenam (1421-1422). Ekspedisi terakhir (1431-1433) berhasil mencapai Laut Merah.
Pelayaran luar biasa itu menghasilkan buku Zheng He's Navigation Map yang mampu mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15. Dalam buku ini terdapat 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di lautan, dan berbagai pelabuhan. Jalur perdagangan Cina berubah, tidak sekadar bertumpu pada 'Jalur Sutera' antara Pakhia (Beijing)-Bukhara.
Dalam mengarungi samudera, Cheng Ho mampu mengorganisir armada dengan rapi. Kapal-kapalnya terdiri atas kapal pusaka (induk), kapal kuda (mengangkut barang-barang dan kuda), kapal penempur, kapal bahan makanan, dan kapal duduk (kapal komando), plus kapal-kapal pembantu. Awak kapalnya ada yang bertugas di bagian komando, teknis navigasi, militer, dan logistik.
Berbeda dengan pelaut Eropa yang berbekal semangat imperialis, armada raksasa ini tak pernah serakah menduduki tempat-tempat yang disinggahi. Dalam majalah Star Weekly Allahu Yarham HAMKA pernah menulis, "Senjata alat pembunuh tidak banyak dalam kapal itu, yang banyak adalah 'senjata budi' yang akan dipersembahkan kepada raja-raja yang diziarahi." Namun itu bukan berarti armada tempurnya tak pernah bertugas sama sekali. Laksamana Cheng Ho pernah memerintahkan tindakan militer untuk menyingkirkan kekuatan yang menghalangi kegiatan perniagaan. Jadi bukan invasi atau ekspansi. Misalnya menumpas gerombolan bajak laut Chen Zhuji di perairan Palembang, Sumatera (1407).
Dalam kurun waktu 1405-1433, Cheng Ho sampai 7 kali singgah di kepulauan Nusantara. Ketika berkunjung ke Samudera Pasai, dia menghadiahi lonceng raksasa Cakradonya kepada Sultan Aceh. Lonceng tersebut saat ini tersimpan di Museum Banda Aceh. Tempat lain di Sumatera yang dikunjungi adalah Palembang dan Bangka. Selanjutnya mampir di Pelabuhan Bintang Mas (kini Tanjung Priok). Tahun 1415 mendarat di Muara Jati (Cirebon). Beberapa cindera mata khas Tiongkok dipersembahkan kepada Sultan Cirebon. Sebuah piring bertuliskan Ayat Kursi saat ini masih tersimpan baik di Kraton Kasepuhan Cirebon.
Sebagai orang Hui (etnis di Cina yang identik dengan Muslim) Cheng Ho sudah memeluk agama Islam sejak lahir. Kakeknya seorang haji. Ayahnya, Ma Hazhi, juga sudah menunaikan rukun Islam kelima itu. Menurut Hembing Wijayakusuma, nama hazhi dalam bahasa Mandarin memang mengacu pada kata 'haji'. Setiap kali berlayar, banyak awak kapal beragama Islam yang turut serta. Sebelum melaut, mereka melaksanakan shalat berjama'ah. Beberapa tokoh Muslim yang pernah ikut adalah Ma Huan, Guo Chongli, Fei Xin, Hasan, Sha'ban, dan Pu Heri. "Kapal-kapalnya diisi dengan prajurit yang kebanyakan terdiri atas orang Islam," tulis Allahu Yarham HAMKA. Ma Huan dan Guo Chongli yang fasih berbahasa Arab dan Persia, bertugas sebagai penerjemah. Sedangkan Hassan yang juga pimpinan Masjid Tang Shi di Xian (Provinsi Shan Xi), berperan mempererat hubungan diplomasi Tiongkok dengan negeri-negeri Islam. Hasan juga bertugas memimpin kegiatan-kegiatan keagamaan dalam rombongan ekspedisi, misalnya dalam melaksanakan penguburan jenazah di laut atau memimpin shalat hajat ketika armadanya diserang badai. Petualang sejati itu menunaikan ibadah haji saat ekspedisi terakhir (1431-1433). Saat itu rombongannya singgah di Jeddah. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 29 Juni 2003
29 Juni 2003
[+/-] |
581. Laksamana Cheng Ho |
22 Juni 2003
[+/-] |
580. Evolusi dan Loncatan |
Hari ini tgl. 22 Juni, adalah hari lahir Piagam Jakarta. Akan tetapi materi tentang Piagam Jakarta telah diserap oleh judul RUU Sisdiknas, sehingga dipersilakan membaca Seri 579 yang baru lalu.
***
Iqra, bacalah. Apa yang dibaca? Yaitu informasi dari ayat Qawliyah (Al Quran) dan ayat Kawniyah (alam syahadah, universum). Informasi itu diolah melalui proses dengan metode tertentu, dan hasilnya itulah ilmu, seperti ditunjukkan dalam diagram:
Proses dengan metode tertentu adalah seperti berikut:
- iqra, mengobservasi informasi (ayat Qawliyah dan Kawniyah)
- tafsir / interpretasi yang menghasilkan teori
- ujicoba teori dengan merujukkannya pada ayat Qawliyah dan Kawniyah
Diujicoba dengan ayat Qawliyah.
-- ALDZY KHLQ FSWY (S. ALA'ALY, 87:2), dibaca: Alladzi- khalaqa fasawwa-, artinya: (Allah Yang Maha Pencipta dan Pengatur) mencipta lalu menyempurnakan. Teori evolusi tidak tertolak, namun perubahan makhluq dari mulai dicipta ke sempurna, tidak mesti evolusi saja.
Diujicoba kepada ayat Kawniyah. Ternyata ada loncatan dari manusia purba ke manusia berakal. Manusia masa kini tidak memiliki hubungan genetik dengan manusia Neanderthal, manusia purba yang hidup di daratan Eropa dan Asia barat dan tengah, demikian hasil temuan para peneliti di Italia yang dipublikasikan Selasa, 13 Mei 2003. Giorgio Bertorelle dan timnya dari universitas Florence, Italia, telah meneliti dengan mengambil DNA dari beberapa tulang nenek moyang manusia modern Cro-Magnon yang hidup di Perancis selatan 25 ribu hingga 23 ribu sebelum masehi, lalu dibandingkan dengan DNA Neanderthal yang hidup antara 42 ribu hingga 29 ribu tahun sebelum Masehi. Hasil temuan tersebut menunjukkan manusia Cro-Magnon nenek moyang manusia modern itu tidak mempunyai hubungan genetik sama sekali dengan manusia purba tersebut.
Jadi perubahan itu berwujud evolusi dan loncatan. Maka ada dua masalah, yaitu mekanisme evolusi dan mekanisme loncatan.
***
Mengenai mekanisme evolusi, Darwin berteori dengan paradigma filsafat positivisme, yaitu "blind evolution by chance", perubahan perlahan-lahan secara untung-untungan, yaitu cecara lempar dadu. Darwin melihat evolusi sebagai analogi dari "motion" dalam kinematika, karena itu dia mencari "mechanism of evolution" dan menemukan "principle of natural selection", asas seleksi alam sebagai hukum dasar mekanika evolusi. Tetapi "mechanical laws" dari teori Darwin tidak kuantitatif, jadi tidak mampu memprediksi apa yang akan terjadi. Teori Darwin itu hanya dapat menjelaskan apa yang sudah terjadi. Di sinilah kelemahan yang pertama teori Darwin. Maka lahirlah neo-darwinisme di abad 20 dengan dimasukkannya teori statistik, teori permainan lempar dadu (probabilitas) dalam teori evolusi modern.
Namun ada kelemahan mendasar lain yang tidak mampu ditanggulangi oleh neo-darwinisme yaitu Paradoks Entropi Evolusi dan Paradoks Revolusi-Evolusi.
Paradoks Entropi Evolusi ialah kenyataan adanya peningkatan kompleksitas, yaitu munculnya spesies yang lebih kompleks secara struktural ataupun secara behavioral, misalnya munculnya organisme multiselular (lompatan kompleksitas struktural) dan munculnya manusia dengan kesadarannya (lompatan kompleksitas behavioral/fungsional). Di sini pulalah kelemahan yang kedua teori Darwin, tidak dapat menjelaskan mekanisme loncatan ini.
Paradoks Revolusi-Evolusi ialah kenyataan adanya titik-titik diskontinuitas dalam keseluruhan proses evolusi yang perdefinisi adalah gradual, yaitu adanya gap dalam rangkaian khronologis fosil. Orang filsafat menyebutnya paradoks, tapi di bidang sains disebut sebagai anomali yaitu ketidak-sesuaian antara fakta pengamatan dengan predisksi berdasar atas teori yang ada. Inilah kelemahan yang ketiga teori Darwin.
***
Kalau memakai paradigma petunjuk Al Quran, maka mekanisme evolusi ialah:
-- QDR FHDY (S. ALA'ALY, 87:3), dibaca: qaddara fahada- (S. Al A'la-), (Allah) mentaqdirkan (membuat hukum) lalu mengarahkan. Jadi mekanisme evolusi ialah TaqdiruLlah. (Di makrokosmos Taqdirullah berwujud medan gravitasi yang mengarahkan gerak benda-benda langit).
Perkara mekanisme loncatan, berdasarkan paradigma filsafat positivisme ternyata buntu. Rujukan informasi dari ayat Kawniyah habis sampai loncatan ini. Jadi jangan pakai filsafat positivisme sebagai paradigma dalam berteori, karena menghasilkan yang tidak logis dalam mekanisme evolusi, yaitu lempar dadu, dan buntu dalam berteori dalam hal mekanisme loncatan.
Mekanisme perubahan loncatan adalah 'Ain, Jim, Ba, 'ajaba, dan 'Ain, Jim, Zai, 'ajaza, yaitu TaqdirLlah yang tidak ditanam di universum oleh Maha Pengatur (lihat Seri 578, Mu'jizat). TaqdiruLlah yang tidak ditanam di universum hanya berlaku seperlunya, tidak sinambung. Itu dijelaskan dalam ayat Qawliyah, yaitu antara lain penciptaan Adam dan Hawa (loncatan dari manusia purba ke manusia).
Karena manusia itu hasil "loncatan", tidaklah ia berasal dari ujung evolusi manusia purba. Adam dan Hawa dicipta Allah secara spesifik dengan revolusi menjadi sempurna (fa sawwa-), melalui proses 'ajaba, yaitu TaqdiruLlah yang tidak ditanam di universum.(*) Manusia hasil proses revolusi menjadi sempurna itu terdiri atas tataran jasmani, nafsani dan ruhani. Jasmani manusia modern turunan Adam dan Hawa memiliki DNA yang hampir identik, sehingga perbedaan genetis pada sekelompok simpanse jauh lebih besar dari perbedaan genetis pada 6 miliar manusia yang hidup saat ini. Dengan ruh yang ditiupkan ke dalam diri (nafs) Adam dan Hawa menyebabkan manusia modern mempunyai tenaga batin dan menjadi makhluk berakal, yang sadar akan eksistensi dirinya. Adam dan Hawa serta keturunannya apabila mati ruhnya berpindah ke alam barzakh seterusnya ke alam akhirat. Manusia purba tidak berkebudayaan. Kecakapannya membuat alat pembantu hanya secara instinktif. Manusia purba, anthropoid (manusia kera) dan binatang yang mengalami proses evolusi menurut TaqdiruLlah yang ditanam di universum tidak mempunyai ruh, hanya mempunyai semangat saja, sehingga tidak mempunyai hari kemudian. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 22 Juni 2003
----------------------------
(*) Perbedaan pandangan antara ilmu sekuler dengan Ilmu Islami.
Kita mulai dahulu dengan ilmu sekuler.
Langkah 1. Hasil observasi melalui penelitian DNA menunjukkan bahwa perbedaan genetis antara hanya sekelompok simpanse lebih besar dari perbedaan genetis 6 milyar manusia modern yang hidup dewasa ini.
Langkah 2. Lahirlah teori seperti berikut: manusia berpisah dari simpanse dalam satu garis keturunan sekitar 5 hingga 6 juta tahun lalu. Itu berarti bahwa manusia seharusnya dalam waktu yang panjang itu dapat mengembangkan gen-gen yang berbeda seperti halnya dengan simpanse. Artinya manusia modern pernah populasinya menyusut demikian kecilnya, nyaris punah sekitar 70 000 tahun lalu, menyusut hingga sekitar 2000 orang, sehingga tidaklah sempat gen-gen itu berkembang seperti simpanse. Artinya yang 2000 orang itu "Out of Africa" kemudia menyebar keseluruh pelosok dunia. Demikian kesimpulan yang dipublikasikan oleh The American Journal of Human Genetics.
Langkah 3. Belum ada publikasi yang menguji-coba teori itu dengan data dari alam, bahwa sekitar 70 000 tahun lalu jumlah manusia susut menjadi 2000 orang. Karena uji-coba itu tidak terpenuhi, maka teori tentang penyusutan populasi manusia yang 2000 orang yang "Out of Africa" 70 000 tahun lalu adalah teori yang SPEKULATIF. Kemudian apabila teori garis keturunan manusia itu yang dianggap sinambung itu mulai 5 hingga 6 juta tahun yang lalu "ditabrakkan" dengan temuan Giorgio Bertorelle perihal nenek moyang manusia modern itu tidak mempunyai hubungan genetik sama sekali dengan manusia purba, maka teori yang SPEKULATIF itu tertolaklah sudah.
Sekarang bagaimana Ilmu Islami
Langkah 1. Hasil observasi melalui penelitian DNA menunjukkan bahwa perbedaan genetis antara hanya sekelompok simpanse lebih besar dari perbedaan genetis 6 milayr manusia modern yang hidup dewasa ini.
Langkah 2. Manusia tidak pernah hampir punah menyusut menjadi 2000 orang, melainkan yang 2000 itu ditarik ke atas (maksudnya di atas 70 000 tahun) secara konvergen hingga 2 orang saja yaitu sepasang "suami isteri", Adam dan Hawa.
Langkah 3. "Teori" pada butir (2) itu kita uji-coba dahulu terhadap ayat alam. Ada dua kenyataan yang mendukung "teori" tersebut: pertama, Paradoks Entropi Evolusi, yaitu kenyataan loncatan kompleksitas behavioral/fungsional. Karena "loncatan", maka sepasang suami isteri itu tidaklah ia berasal dari ujung evolusi manusia purba. Kedua, hasil temuan Giorgio Bertorelle perihal nenek moyang manusia modern itu tidak mempunyai hubungan genetik sama sekali dengan manusia purba.
Kemudian diuji-coba kepada ayat Qawliyah. Adam dan Hawa dicipta Allah secara spesifik dengan revolusi menjadi sempurna (fa sawwa-), melalui proses 'ajaba, yaitu TaqdiruLlah yang tidak ditanam di universum. WaLlahu a'lamu bisshawab.
15 Juni 2003
[+/-] |
579. RUU Sisdiknas yang Telah Disahkan |
AlhamduliLlah RUU Sisdiknas akhirnya telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 11 Juni 2003, malam Kamis, jam 09:45 WITA, tanpa voting, tanpa kehadiran fraksi PDIP. Apapun alasannya hal ketidak-hadiran itu sangat disesalkan. Mudah-mudahan saja di waktu yang akan datang hal tersebut tidaklah menjadi precedent yang kurang elok, yaitu tidak hadir memenuhi undangan rapat apabila substansi yang akan diputuskan itu tidak disetujui.
Dengan tidak hadirnya fraksi PDIP, tidaklah perlu di "lapangan" dipertajam diskusi tentang Negara campur tangan atau tidak boleh campur tangan dalam pendidikan agama. Mengapa? Itu tidak akan ada hasilnya. Menurut ajaran Islam agama bukan hanya sekadar menyangkut peribadatan ritual, tetapi menyangkut semua aspek dalam kehidupan individual, bermasyarakat dan bernegara. Ajaran Islam diklasifikasikan atas: 'aqidah, hukum-hukum Syari'ah dan akhlaq. Klasifikasi menurut Al Hadits: iman, islam dan ihsan. Kalau kedua cara klasifikasi itu digabungkan, maka menjadilah: 'aqidah/iman, hukum-hukum Syari'ah/Islam dan akhlaq/ihsan. 'Aqidah/iman tercakup dalam S. Al Fatihah, ayat 1 s/d 4, hukum-hukum Syari'ah/Islam tercakup dalam S. Al Fatihah, ayat 5, dan akhlaq/ihsan tercakup dalam S. Al Fatihah, ayat 6 dan 7.
Sedangkan menurut Kristen: "Geeft dan den Keizer wat des Keizers is, en Gode wat Gods is (Marcus 12:17)", berikanlah kepada Kaisar yang milik Kaisar, dan berikanlah kepada Tuhan apa yang miliknya Tuhan. Dari Marcus (12:17) ini diturunkanlah paradigma sekularisme yang terkenal dalam sejarahnya orang barat: "Scheiding tussen staat en kerk", pemisahan antara negara dengan gereja.
Perlu kita sadari bersama bahwa NKRI ini bukanlah negara yang murni sekuler. Negara wajib mengatur/ mengurus ummat beragama oleh Departemen Agama. Bahkan sudah lahir Undang-Undang Perkawinan yang menyatakan bahwa perkawinan baru sah, apabila sah menurut agamanya masing-masing. Ada Undang-Undang Peradilan Agama, ada Undang-Undang Zakat. Itu semua menunjukkan bahwa Pemerintah diwajibkan oleh undang-undang untuk mengatur / mengurus ummat beragama. Apakah ada landasan historisnya mengapa Negara boleh "memproduksi" undang-undang yang mengatur / mengurus ummat beragama?
***
Firman Allah:
-- WLTNZHR NFS MA QDMT LGHD (S. ALHSYR, 59:18), dibaca: waltanzhur nafsum ma- qaddamat lighadin (s. alhasyr), artinya: dan mestilah orang mengkaji masa lalu untuk masa depan.
Marilah kita lihat masa lalu. Mengapa negara kita ini dapat mempunyai Undang-Undang Dasar? Itu karena Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Mengapa kita bisa kembali ke UUD-1945? Karena Dekrit 5 Juli 1959. Baik Proklamasi, maupun Dekrit 5 Juli, keduanya terkait pada Piagam Jakarta.
Yang pertama, Piagam Jakarta dibuat untuk dijadikan Muqaddimah UUD, yang juga sekaligus dipersiapkan untuk dibacakan sebagai maklumat (proklamasi) kemerdekaan Indonesia. Disebut Piagam Jakarta, karena piagam itu dibuat di Jakarta pada 22 Juni 1945 oleh Panitia Sembilan. Piagam Jakarta urung dibacakan sebagai maklumat kemerdekaan Indonesia, karena Bung Karno dan Bung Hatta pada 15 Agustus 1945 larut malam diciduk oleh pemuda Marxist-Trotzkist (Murba) ke Rengas Dengklok dan di sana didesak untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Kedua pemimpin itu bertahan untuk membacakan proklamasi di Jakarta, sehingga atas jaminan Mr Ahmad Soebardjo keduanya dikembalikan ke Jakarta pada 16 Agustus 1945 malam. Karena naskah Piagam Jakarta tidak ditemukan malam itu, berhubung keberangkatan yang tergesa-gesa, karena diciduk pada larut malam 15 Agustus itu, maka dibuatlah teks proklamasi berdasarkan ingatan bagian akhir dari alinea ketiga, yaitu "rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdeka-annya". "Rakyat Indonesia" diganti dengan "kami bangsa Indonesia". Inilah yang dijadikan bagian pertama dari teks proklamasi. Bung Hatta kemudian mengusulkan tambahan untuk menegaskan status hukum peralihan kekuasaan dan itulah yang menjadi bagian kedua dari teks proklamasi. Teks inilah yang dibacakan pada pagi-pagi 17 Agustus 1945.
Karena bukan Piagam Jakarta yang dibaca pada waktu proklamasi kemerdekaan, maka berakibat dua hal: Pertama, Republik Indonesia diproklamasikan tanpa Muqaddimah Undang-Undang Dasar, sehingga terjadi kevakuman konstitusi selama satu hari, karena UUD baru disahkan pada 18 Agusutus 1945 dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Kedua, terbuka kesempatan untuk mencoret Syari'at Islam, sebab jika Piagam Jakarta yang dibacakan sebagai teks proklamasi, maka itu sudah sah sebagai Muqaddimah UUD, sehingga PPKI tidak berhak mencoret sepatah katapun, dan yang dibicarakan dalam sidang PPKI hanyalah fasal-fasalnya saja.
Pencoretan Syari'at Islam dibayar dengan harga mahal. Ummat Islam yang "sadar politik" dengan ideologi Islam yang "beraliran keras" mengadakan perlawanan bersenjata. Itulah latar belakang timbulnya Darul Islam dengan angkatan perangnya, Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Perlawanan DI/TII itu berlangsung bertahun-tahun. Di Aceh dipimpin oleh Tengku Daud Beureueh yang dilanjutkan oleh Tengku Hasan di Tiro, di Jawa Barat dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, di Kalimantan Selatan dipimpin oleh Ibnu Hajar dan di Sulawesi Selatan dipimpin oleh Abdul Qahhar Mudzakkar. Di Aceh perlawanan itu masih berlanjut terus hingga sekarang ini dengan baju baru yaitu Gerakan Aceh Merdeka, yang masih dipimpin dari Swedia oleh Tengku Hasan di Tiro.
Yang kedua, Dekrit 5 Juli 1959 mengandung sebuah diktum: "Bahwa Piagam Jakarta menjiwai UUD-1945.
Maka wajarlah apabila Negara "memproduksi" sejumlah undang-undang yang mengatur ummat beragama, itu semuanya dijiwai oleh Piagam Jakarta.
***
Oleh sebab itu sangatlah tidak perlu mempertajam tentang Negara boleh atau tidak boleh mengatur ummat beragama, karena ini akan cenderung menjurus kepada yang sensitif. Dan ini bukanlah wishful thinking, bagaimana membanjirnya lautan manusia pada 10 Juni 2003 ybl. Adapun diktum Pasal 13 RUU Sisdiknas berbunyi: "Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama," yang menjadi isu kontroversial pada talkshow di media elektronika, sekali lagi tidaklah perlu dipertajam. Itu akan mengundang lagi timbulnya radikalisme. Lihatlah itu GAM di Aceh, yang akar penyebabnya pada pencoretan 7 kata pada Piagam Jakarta. UU Nangroe Aceh Darus Salam dibuat setelah "nasi menjadi bubur".
Maka marilah kita berpikir positif. Diktum Pasal 13 RUU Sisdiknas, sebenarnya dalam nilai praxis, membuka lebar kesempatan berkomunikasi antara Lembaga Pendidikan Katholik / Protestan dengan Pesantren. Departemen agama hanya menyediakan guru-guru agama Islam yang tak dapat dipenuhi oleh Pesantren. WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 15 Juni 2003
8 Juni 2003
[+/-] |
578. Mu'jizat |
Ummat Islam yang mengerjakan shalat wajib 5 kali sehari semalam, membaca sekurang-kurangnya 17 kali kalimah: ALhMD LLH RB AL'ALMYN (S. ALFATht, 1:2), dibaca: alhamdu liLla-hi RabbiL 'a-lami-n. Allah adalah Rabb al'A-lamiyn, Maha Pengatur alam semesta. Allah mengatur alam semesta dengan Hukum yang diciptakanNya bersamaan dengan makhluq ciptaanNya. Hukum-hukum Allah yang menyangkut benda-benda mati seperti batu-batuan, pepohonan dan binatang disebut TaqdruLlah. Adapun Hukum-hukum Allah yang menyangkut manusia dan kemanusiaan disebut SunnatuLlah. Dalam istilah sekuler TaqdiruLlah dan SunnatuLlah disebut hukum alam.
TaqdiruLlah dan SunnatuLlah ada yang ditanam di samping ada pula yang tidak ditanam di alam syahadah (phyisical world). Jenis yang pertama prosesnya berlaku sinambung dan terbuka, sehingga dapat dikaji, karena dapat diobservasi kapan saja, (dahulu, sekarang dan yang akan datang), oleh siapa saja dan di mana saja. Sedangkan jenis yang kedua prosesnya tidak berlaku sinambung, tidak terbuka, hanya muncul di alam syahadah dalam rentang waktu seperlunya saja sehingga tidak dapat dikaji. Proses oleh TaqdiruLlah dan SunnatuLlah yang ditanam di alam syahadah, dikenal dengan proses yang biasa. Sedangkan TaqdiruLlah dan SunnatuLlah yang tidak ditanam di alam syahadah disebut proses yang 'Ajaib.
Contoh TaqdiruLlah yang 'Ajaib ialah:
-- FALQAHA FADZA HY HYt TS'AY (S. THh, 20:20), dibaca: falqa-ha- faidza- hiya hayyatun tas'a-, artinya: Maka (Musa) melemparkan (tongkat) itu , maka sekonyong-konyong itu menjadi ular yang menjalar.
Contoh SunnatuLlah yang 'Ajaib ialah:
-- WADKHL YDK FY JYBK TKHRJ TKHRJ BYDHAa MN GHYR SWN (S. ALNML, 72:12), dibaca: wa adkhil yadaka fi- jaybika takhruju baydhaau min ghayri suwin [S. An Naml, 72:12), Dan masukkan tanganmu dalam jaybmu, ia keluar menjadi putih, bukan karena penyakit. (Jayb adalah bagian sela-sela di antara biji buah baju pada bagian dada dari jubbah).
Dalam Perjanjian Lama dapat pula kita baca sekaligus TaqdiruLlah dan SunnatuLlah yang biasa dan 'Ajaib:
"If these men die the common death of all men, or if they be visited after the visitation of all men, then the Lord hath not sent me. But if the Lord make a new thing, and the earth open her mouth and swallow them up, and all that appertain unto them, and they go down quick into the pit; then ye shall understand that these men have provoked the Lord (Numbers 16:29-30)". Jikalau orang-orang ini mati seperti biasanya semua orang lain mati, atau jika didatangkan kesukaran atas mereka seperti terjadi atas semua orang, maka aku bukanlah utusan Tuhan. Akan tetapi jika Tuhan membuat sesuatu yang baru, dan bumi mengangakan mulutnya dan menelan mereka, dan semua yang serta dengan mereka, dan mereka meluncur turun dengan cepat ke dalam lahad, maka fahamlah kamu bahwa orang-orang ini telah mencela Tuhan.
"And it came to pass when he had made an end of speaking all these words, that the ground clave asunder that was under them. And the earth open her mouth and swallowed them up, and their houses, and all men appertained unto Korah, and all their goods. They and all appertain to them, went down alive into the pit, and the earth closed upon them, and they perish from among the congregation (Numbers 16:31-33)". Dan setelah itu tatkala dia telah mengucapkan semua ucapan ini, maka merekahlah tanah di bawah mereka itu. Dan bumipun mengangakan mulutnya dan menelan mereka, dan pemukiman mereka, dan semua orang yang bersama Korah dan semua harta benda mereka. Mereka dan semua yang serta dengan mereka, meluncur turun hidup-hidup ke dalam lahad, dan bumi menutupi mereka, dan mereka lenyap dari antara majelis.
Apa yang diqisshahkan dalam Perjanjian Lama tersebut adalah sekaligus TaqdiruLlah (gempa) dan SunnatuLlah (manusia dan kemanusiaan yang ditelan gempa). Kalau itu gempa biasa (artinya TaqdiruLlah yang ditanam di alam syahadah) maka Nabi Musa AS mengatakan bukanlah beliau seorang Nabi, tetapi kalau itu gempa yang luar biasa ('Ajaib, TaqdiruLlah yang tidak ditanam di alam syahadah) itu menandakan beliau adalah Nabi.
***
'Ajaib berasal dari akar kata yang dibentuk oleh 3 huruf: 'Ain, Jim dan Ba, 'AJABA. Itu dapat meningkat menjadi Mu'jizat, dari 'Ain, Jim, Zai, 'AJAZA artinya melemahkan. Mu'jizat adalah sesuatu yang dimilki oleh seorang Nabi untuk melemahkan visi lawan-lawannya. Tongkat Nabi Musa AS di gunung Sinai menjadi ular. Ini 'ajaib. Pada waktu didemonstrasikan di depan majelis Firaun tongkat Musa yang menjadi ular itu melahap semua ular-ular sihir dari tukang sihir Fir'aun. Ini Mu'jizat. Baik 'Ajaib maupun Mu'jizat diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan "miracle". Jadi proses oleh TaqdirLlah dan SunnatuLlah yang belum disaksikan oleh umum masih disebut 'Ajaib, namun apabila sudah dipertontonkan atau diinformasikan untuk melemahkan visi lawan-lawan para Nabi-Nabi disebutlah Mu'jizat.
Proses Isra Mi'raj termasuk SunnatuLlah yang tidak ditanam di alam syahadah. Sebelum Nabi Muhammad SAW menginformasikannya kepada penduduk Makkah, maka masih dalam keadaan 'Ajaib. Setelah dimaklumkan barulah menjadi Mu'jizat.
Berpikir haruslah efisien. Artinya proses yang dipikirkan itu seharusnya yang termasuk dalam jenis proses yang disebabkan oleh TaqdiruLlah dan SunnatuLlah yang ditanam di alam syahadah: Obeservasilah, pikirkanlah untuk melahirkan teori, kemudian ujicobalah teori itu dengan merujukkannya kepada persitiwa yang dapat diobsevasi pula. Sedangkan memikirkan proses yang 'Ajaib, sama sekali tidaklah efisien. Mengapa? Arang habis, besi binasa, tukang bekerja penat saja. Yang 'ajaib itu karena prosesnya disebabkan oleh TaqdiruLlah dan SunnatuLlah yang tidak ditanam di alam syahadah, hanya muncul sekali jalan dalam rentang waktu terbatas, mana bisa diobervasi. Kalau tidak bisa diobservasi mana bisa dipikirkan secara rasional untuk menghasilkan teori, Dan yang paling sia-sia ialah bagaimana mnguji-cobanya. WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 8 Juni 2003
1 Juni 2003
[+/-] |
577. Melacak Sistem Keterkaitan antara Bilangan 19 dengan 30 dalam AL Quran |
Sudah lama sekali kita tinggalkan matematika dalam hubungannya dengan Al Quran. Padahal halaman tempat kolom ini "bermukim" menyangkut Sains dan Teknologi.
-- 'ALYHA TS'At 'ASYR (S. ALMDTSR, 30), dibaca: 'alayha- tis'ata 'asyara (s. almuddatstsir), artinya: Padanya 19. Bilangan 19 tersebut terdapat dalam ayat 30. Marilah kita lacak sistem keterkaitan antara bilangan 19 dengan 30.
[1]. Daftar bilangan bulat dalam Al Quran, yaitu:
Bilangan Substansi yang Ditunjuk
1 Allah [112:1]
2 kerusakan [17:4]
3 hari [2:196]
4 hitungan bulan (syahr, month) [2:226] , sumpah atas nama Allah [24:6]
5 orang [18:22]
6 hari [7:54]
7 langit [2:29], tahun [2:47], tangkai pohon [2:261], tangkai gandum [12:43],
jalur [22:17], malam [69:7]
8 pasangan binatang ternak [39:6], hari [69:7]
9 tahun [18:25]
10 orang [8:65]
11 bintang [12:4]
12 hitungan bulan (syahr, month) [9:36]
19 ----- [74:30]
20 orang [8:65]
30 malam [7:142], hitungan bulan (syahr, month) [46:15]
40 malam [2:51] , tahun [5:26], [46:15]
50 tahun [29:14], [22:47]
60 orang [58:4]
70 ampunan [9:80], laki-laki [7:155], hasta [70:32]
80 cambukan [24:4]
99 kambing [38:23]
100 orang [8:66]
200 orang [8:65]
300 tahun [18:25]
1000 malaikat [8:9], hitungan bulan (syahr, month) [97:3], tahun [22:47]
2000 orang [8:66]
3000 malaikat [3:124]
5000 malaikat [3:125]
50000 kepada tahun [70:4]
100000 orang [37:147]
Perhatikan daftar bilangan di atas. Secara isi dan redaksional bilangan 19 dalam Al Quran lain dari bilangan-bilangan lain, yaitu hanya bilangan 19 yang tidak menunjuk substansi.
Kejelasan: Para Pemuda Penghuni Gua lamanya dalam gua 309 tahun. Umur Nabi Nuh AS 950 tahun, mengapa tidak ada dalam daftar di atas? Perhatikan gaya redaksional Al Quran dalam menyebut lamanya pemuda itu dalam gua: tsala-tsa miatin siniyna wazdaaduw tis'an [18:25], tiga ratus tahun bertambah lagi sembilan. Gaya ini menunjukkan bilangan 300 dan 9 masing-masing berdiri sendiri. Lain halnya jika dikatakan tsala-tsa miatin wa tis'a siniyn, tiga ratus sembilan tahun. Ini merupakan hasil penjumlahan dua bilangan bulat 300 dengan bilangan bulat 9. Jadi kalau dalam notasi matematis wajahnya demikian: 300 tahun + 9 tahun = 309 tahun. Bilangan bulat 309 tersembunyi. Demikianlah bilangan 309 dipecah menjadi 300 dengan 9. Ini boleh dilihat dalam daftar di atas: 300 [18:25] dan 9 [18:25]. Demikian pula tentang umur Nabi Nuh AS. Gaya redaksional Al Quran: Alfa sanatin illa- khamsiyn, artinya 1000 kecuali 50. Bilangan 950-pun secara redaksional dipecah dua menjadi 1000 dengan 50. Ini dapat dilihat dalam daftar di atas: 1000 [22:47] dan 50 [22:47].
[1.1]. Daftar bilangan bulat dalam Al Quran di atas itu menunjukkan ada 30 jenis bilangan bulat. Jumlah jenis bilangan bulat dalam Al Quran itu "sengaja" didisain Allah berjumlah 30 jenis. Andaikata tidak terjadi pemecahan sebuah bilangan menjadi dua bilangan seperti yang dikemukakan dalam "Kejelasan" di atas itu, maka jumlah jenis bilangan bulat dalam Al Quran bukanlah 30 jenis.
[1.2]. Kalau ke-30 jenis bilangan bulat itu dijumlahkan akan diperoleh:
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + 10 + 11 + 12 + 19 + 20 + 30 + 40 + 50 + 60 + 70 + 80 + 99 + 100 + 200 + 300 + 1000 + 2000 + 3000 + 5000 + 50,000 + 100,000 = 1621146 = 19 x 8534.
[1.3] Di samping keistimewaan secara redaksional dan isi ayat, (19 tidak menunjuk substansi spesifik), maka secara substantif bilangan 19 mempunyai pula keistimewaan, yaitu:
19 1 + 9 = 10 1 + 0 = 1
38 3 + 8 = 11 1 + 1 = 2
57 5 + 7 = 12 1 + 2 = 3
76 7 + 6 = 13 1 + 3 = 4
95 9 + 5 = 14 1 + 4 = 5
114 1 + 1 + 4 = 6
133 1 + 3 + 3 = 7
152 1 + 5 + 2 = 8
171 1 + 7 + 1 = 9
190 1+9+0 = 10 1 + 0 = 1
209 2+0+9 = 11 1 + 1 = 2
228 2+2+8 = 12 1 + 2 = 3
dst, dst, dst
[2]. Lihat urutan bilangan bulat ini: 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 - 30. Bilangan bulat 20 dalam urutan di atas itu tidak termasuk jenis bilangan komposit (bilangan yang terdiri atas campuran satuan, puluhan, ratusan dst). Jadi bilangan 30 terletak dalam urutan ke-19, sesudah urutan bilangan komposit. Inilah keistimewaan substantif bilangan 30 dan keterkaitannya dengan bilangan 19.
[3]. susunan bilangan prima dalam rentang bilangan hingga 114 (jumlah Surah dan Basmalah):
2 3 5 7 11 13 17 19 23 29
31 37 41 43 47 53 59 61 67 71
73 79 83 89 97 101 103 107 109 113
[3.1]. Bilangan prima dalam urutan ke-19 yaitu 67. Surah 67 mempunyai ayat sebanyak 30.
[3.2]. Bilangan prima dalam urutan tertinggi dalam rentang bilangan hingga 114, yaitu 113 menempati urutan yang ke-30
[4].30 Surah yang jumlah ayatnya dimulai dengan angka 1,
17 Surah yang jumlah ayatnya dimulai dengan angka 2,
12 Surah yang jumlah ayatnya dimulai dengan angka 3,
11 Surah yang jumlah ayatnya dimulai dengan angka 4,
14 Surah yang jumlah ayatnya dimulai dengan angka 5,
7 Surah yang jumlah ayatnya dimulai dengan angka 6,
8 Surah yang jumlah ayatnya dimulai dengan angka 7.
10 Surah yang jumlah ayatnya dimulai dengan angka 8,
5 Surah yang jumlah ayatnya dimulai dengan angka 9.
[4.1]. Dalam daftar di atas angka 30 yang tertinggi.
[4.2] 30 x 1 + 17 x 2 + 12 x 3 + 11 x 4 + 14 x 5 + 7 x 6 + 8 x 7 + 10 x 8 + 5 x 9 = 437 = 19 x 23
WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 1 Juni 2003