8 Juni 2003

578. Mu'jizat

Ummat Islam yang mengerjakan shalat wajib 5 kali sehari semalam, membaca sekurang-kurangnya 17 kali kalimah: ALhMD LLH RB AL'ALMYN (S. ALFATht, 1:2), dibaca: alhamdu liLla-hi RabbiL 'a-lami-n. Allah adalah Rabb al'A-lamiyn, Maha Pengatur alam semesta. Allah mengatur alam semesta dengan Hukum yang diciptakanNya bersamaan dengan makhluq ciptaanNya. Hukum-hukum Allah yang menyangkut benda-benda mati seperti batu-batuan, pepohonan dan binatang disebut TaqdruLlah. Adapun Hukum-hukum Allah yang menyangkut manusia dan kemanusiaan disebut SunnatuLlah. Dalam istilah sekuler TaqdiruLlah dan SunnatuLlah disebut hukum alam.

TaqdiruLlah dan SunnatuLlah ada yang ditanam di samping ada pula yang tidak ditanam di alam syahadah (phyisical world). Jenis yang pertama prosesnya berlaku sinambung dan terbuka, sehingga dapat dikaji, karena dapat diobservasi kapan saja, (dahulu, sekarang dan yang akan datang), oleh siapa saja dan di mana saja. Sedangkan jenis yang kedua prosesnya tidak berlaku sinambung, tidak terbuka, hanya muncul di alam syahadah dalam rentang waktu seperlunya saja sehingga tidak dapat dikaji. Proses oleh TaqdiruLlah dan SunnatuLlah yang ditanam di alam syahadah, dikenal dengan proses yang biasa. Sedangkan TaqdiruLlah dan SunnatuLlah yang tidak ditanam di alam syahadah disebut proses yang 'Ajaib.

Contoh TaqdiruLlah yang 'Ajaib ialah:
-- FALQAHA FADZA HY HYt TS'AY (S. THh, 20:20), dibaca: falqa-ha- faidza- hiya hayyatun tas'a-, artinya: Maka (Musa) melemparkan (tongkat) itu , maka sekonyong-konyong itu menjadi ular yang menjalar.

Contoh SunnatuLlah yang 'Ajaib ialah:
-- WADKHL YDK FY JYBK TKHRJ TKHRJ BYDHAa MN GHYR SWN (S. ALNML, 72:12), dibaca: wa adkhil yadaka fi- jaybika takhruju baydhaau min ghayri suwin [S. An Naml, 72:12), Dan masukkan tanganmu dalam jaybmu, ia keluar menjadi putih, bukan karena penyakit. (Jayb adalah bagian sela-sela di antara biji buah baju pada bagian dada dari jubbah).

Dalam Perjanjian Lama dapat pula kita baca sekaligus TaqdiruLlah dan SunnatuLlah yang biasa dan 'Ajaib:
"If these men die the common death of all men, or if they be visited after the visitation of all men, then the Lord hath not sent me. But if the Lord make a new thing, and the earth open her mouth and swallow them up, and all that appertain unto them, and they go down quick into the pit; then ye shall understand that these men have provoked the Lord (Numbers 16:29-30)". Jikalau orang-orang ini mati seperti biasanya semua orang lain mati, atau jika didatangkan kesukaran atas mereka seperti terjadi atas semua orang, maka aku bukanlah utusan Tuhan. Akan tetapi jika Tuhan membuat sesuatu yang baru, dan bumi mengangakan mulutnya dan menelan mereka, dan semua yang serta dengan mereka, dan mereka meluncur turun dengan cepat ke dalam lahad, maka fahamlah kamu bahwa orang-orang ini telah mencela Tuhan.
"And it came to pass when he had made an end of speaking all these words, that the ground clave asunder that was under them. And the earth open her mouth and swallowed them up, and their houses, and all men appertained unto Korah, and all their goods. They and all appertain to them, went down alive into the pit, and the earth closed upon them, and they perish from among the congregation (Numbers 16:31-33)". Dan setelah itu tatkala dia telah mengucapkan semua ucapan ini, maka merekahlah tanah di bawah mereka itu. Dan bumipun mengangakan mulutnya dan menelan mereka, dan pemukiman mereka, dan semua orang yang bersama Korah dan semua harta benda mereka. Mereka dan semua yang serta dengan mereka, meluncur turun hidup-hidup ke dalam lahad, dan bumi menutupi mereka, dan mereka lenyap dari antara majelis.

Apa yang diqisshahkan dalam Perjanjian Lama tersebut adalah sekaligus TaqdiruLlah (gempa) dan SunnatuLlah (manusia dan kemanusiaan yang ditelan gempa). Kalau itu gempa biasa (artinya TaqdiruLlah yang ditanam di alam syahadah) maka Nabi Musa AS mengatakan bukanlah beliau seorang Nabi, tetapi kalau itu gempa yang luar biasa ('Ajaib, TaqdiruLlah yang tidak ditanam di alam syahadah) itu menandakan beliau adalah Nabi.

***

'Ajaib berasal dari akar kata yang dibentuk oleh 3 huruf: 'Ain, Jim dan Ba, 'AJABA. Itu dapat meningkat menjadi Mu'jizat, dari 'Ain, Jim, Zai, 'AJAZA artinya melemahkan. Mu'jizat adalah sesuatu yang dimilki oleh seorang Nabi untuk melemahkan visi lawan-lawannya. Tongkat Nabi Musa AS di gunung Sinai menjadi ular. Ini 'ajaib. Pada waktu didemonstrasikan di depan majelis Firaun tongkat Musa yang menjadi ular itu melahap semua ular-ular sihir dari tukang sihir Fir'aun. Ini Mu'jizat. Baik 'Ajaib maupun Mu'jizat diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan "miracle". Jadi proses oleh TaqdirLlah dan SunnatuLlah yang belum disaksikan oleh umum masih disebut 'Ajaib, namun apabila sudah dipertontonkan atau diinformasikan untuk melemahkan visi lawan-lawan para Nabi-Nabi disebutlah Mu'jizat.

Proses Isra Mi'raj termasuk SunnatuLlah yang tidak ditanam di alam syahadah. Sebelum Nabi Muhammad SAW menginformasikannya kepada penduduk Makkah, maka masih dalam keadaan 'Ajaib. Setelah dimaklumkan barulah menjadi Mu'jizat.

Berpikir haruslah efisien. Artinya proses yang dipikirkan itu seharusnya yang termasuk dalam jenis proses yang disebabkan oleh TaqdiruLlah dan SunnatuLlah yang ditanam di alam syahadah: Obeservasilah, pikirkanlah untuk melahirkan teori, kemudian ujicobalah teori itu dengan merujukkannya kepada persitiwa yang dapat diobsevasi pula. Sedangkan memikirkan proses yang 'Ajaib, sama sekali tidaklah efisien. Mengapa? Arang habis, besi binasa, tukang bekerja penat saja. Yang 'ajaib itu karena prosesnya disebabkan oleh TaqdiruLlah dan SunnatuLlah yang tidak ditanam di alam syahadah, hanya muncul sekali jalan dalam rentang waktu terbatas, mana bisa diobervasi. Kalau tidak bisa diobservasi mana bisa dipikirkan secara rasional untuk menghasilkan teori, Dan yang paling sia-sia ialah bagaimana mnguji-cobanya. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 8 Juni 2003