Coba dicermati sepak terjang AS pasca 11 September 2001. Di samping motif ekonominya, AS sesungguhnya memerangi terorisme dalam rangka operasi "doktrin prasangka" Samuel Huntington terhadap Islam yang katanya membahayakan demokrasi. AS membidik terorisme yang laras bedilnya diarahkan kepada Islam dan kaum Muslim. Sejak hari pertama Peristiwa 11 September 2001, misalnya, George W. Bush (yang ditujukan kepada Dunia) telah melakukan "state terrorism” lewat pernyataannya agar Dunia memilih: berada di belakang AS atau di belakang teroris! Bush tak segan-segan menyebut tindakan balasan yang akan diambilnya sebagai "Crusade" yang mengingatkan kita pada Perang Salib di masa lalu. Tanpa bukti apa pun, AS mengarahkan tuduhannya kepada Usamah bin Laadin dan Thaliban, yang segera disusul dengan perang membabi-buta melawan ummat Islam di Afganistan.
Sejumlah bukti faktual menunjukkan bahwa propaganda anti-terrorisme yang diserukan AS tidak lebih merupakan "state terrorism" yang ditujukan kepada Islam dan kaum Muslim. Tujuannya tidak lain adalah untuk menghancurkan ideologi Islam yang dituding oleh Huntington sebagai ancaman berikutnya bagi ideologi demokrasi / kapitalisme / liberalisme barat pasca runtuhnya komunisme. Dengan menebar "state terrorism" di Dunia Islam, AS tampaknya berharap agar Islam dan kaum Muslim tetap terpojok sehingga tidak ada kesempatan bagi mereka selain menuruti apa pun yang dikehendaki AS.
Berikut ini jenis-jenis politik terror yang dilakukan AS ke Dunia Islam:
Pertama, "teror militer", ini dilakukan dengan cara: Menempatkan puluhan ribu pasukan di berbagai negara, khususnya di negeri-negeri Islam. Seiring dengan penyerangan terhadap Afganistan, misalnya, AS telah menebarkan puluhan ribu pasukannya di Kazakhkstan, Uzbekistan dan Tajikistan. Di samping itu melakukan kerjasama militer dan pelatihan anti-terorisme dengan sejumlah negara. Di Indonesia, misalnya, untuk menghadapi terrorisme, Brimobda Jatim telah mengikuti pelatihan anti teroris di AS. (Mengapa Brimob bukan militer, karena AS terlanjur mengembargo Indonesia di bidang militer). Juga melakukan intervensi militer langsung seperti yang dilakukan AS ke Afganistan, yaitu Filipina bagian Selatan sekarang.
Kedua, "teror politik / hukum". Terror ini dilakukan antara lain dengan cara: Mengancam secara militer negara-negara yang dipandang oleh AS melindungi terorisme ataupun yang tidak serius di dalam memerangi kaum terrorist. Inilah yang pernah berkali-kali ditujukan pada sejumlah negeri Muslim, termasuk Indonesia. Juga menekan setiap negara untuk memberlakukan UU Anti-terrorisme yang di dalamnya banyak mengabaikan sama sekali hak-hak asasi orang-orang yang diduga sebagai terroris hingga mengarah pada munculnya state terrorism. Lalu memprovokasi negeri-negeri Muslim tentang adanya "sel tidur terrorisme" di negeri masing-masing.
Ketiga, "terror pemikiran". Ini antara lain dilakukan dengan cara melontarkan berbagai pemikiran yang distortif tentang agama (baca: Islam) dengan memandang bahwa Islam adalah agama damai (dengan pengertian yang sudah diselewengkan) yang menolak segala bentuk kekerasan. Islam yang dikehendakinya pun adalah islam yang "jinak" dan "ramah". Ini dilakukan baik secara langsung ataupun melalui agen-agen mereka, terutama kalangan yang saat ini mengklaim dirinya sebagai Jaringan Islam Liberal. Sementara yang ingin menegakkan Syari'at Islam dicap "Islam fundamentalis" atau "Islam garis keras", yang anti kezhaliman AS, siap-siap difitnah sebagai kalangan terrorist yang layak untuk diberangus, karena dianggap bukan sebagai representasi Islam. Contohnya, ialah fitnah oleh operasi intelejen yang menjaring dalam perangkap kedua orang tokoh KPSI, Tamsil Linrung dan Agus Dwikarna di Filipina. Adalah lumrah dalam operasi intelijen "memasukkan benda terlarang" secara lincah oleh tangan-tangan yang terlatih ke dalam kopor ataupun tas yang digeledah.
Keempat, "terror jilbab dan citra seram". Yang terakhir ini misalnya dilakukan dengan cara: Menggeledah / melepas paksa jilbab muslimah di lapangan terbang di AS, pemecatan para siswi atau Muslimah berjilbab dari sekolah di Singapura, pemecatan karyawati yang tidak mau melepas jilbabnya pada beberapa perusahaan di Indonesia, aturan pelarangan berjilbab untuk mahasiswi kedokteran Universitas Udayana yang di mulai sejak Januari 2002, itu merupakan propaganda anti Islam. Melakukan rekayasa opini untuk menciptakan gambaran yang seram kelompok Islam. Yaitu dengan menyebar-luaskan pamflet serta buku-buku secara gratis, termasuk di Indonesia, dengan cetakan luks berisi gambaran menakutkan tentang "terorisme Islam". Buku-buku itu menggambarkan wajah humanis Amerika yang telah berlaku sebagai "sinterklas" bagi penduduk Afganistan yang telah porak poranda oleh bom-bom ganasnya. Hebatnya, buku-buku itu tidak mengatakan warga Afghanistan telah disengsarakan oleh AS, tetapi akibat ulah rezim Thaliban. (azzam.com, 8/01/02 sebagaimana yang dinukil eramuslim.com). Sengaja memancing amarah kaum Muslim, seperti kasus penayangan foto / gambar Nabi Muhammad SAW di Majalah Newsweek terbitan 11 Ferbruari 2002.
Melihat deretan fakta di atas, tampaklah wajah kebencian AS terhadap ideologi Islam, dan fahamlah kita bahwa teroris sejati itu adalah AS. Allah SWT telah memperingatkan kita melalui firman-Nya:
-- QD BDT ALBGHDHAa MN AFWAHHM WMAA TKHFY SHDWRHM AKBR (S. AL'AMRAAN, 118), dibaca: qad badatil baghdha-u min afwa-hihim wama- tukhfi- shudu-rihim akbaru (s. ali 'imra-n), artinya: Telah nyata kebencian pada wajah-wajah mereka dan apa yang disembunyikan di dalam dada mereka jauh lebih besar lagi. (3:118). WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 31 Maret 2002
31 Maret 2002
[+/-] |
518. Siapa Terrorist Sejati dan Politik State Terrorism |
24 Maret 2002
[+/-] |
517. Awas Jaringan Intelijen Singapura – CIA – Mossad |
Dalam Seri 514 yang berjudul Singapura Sarang Penjahat dua pekan yang lalu ditutup dengan kalimat: “Singapura adalah “Amerika kecil” di Asia Tenggara, seperti halnya Israel adalah “Amerika kecil” di Asia Barat.” Ada yang bertanya, namun bukan mengenai substansi kesimpulan Seri 514 tersebut melainkan penggunaan istilah “Asia Barat”. Walaupun pertanyaan ini kelihatannya sepele, namun sesungguhnya bermuatan filosofis penjelasannya. Jadi saya pikir jawaban pertanyaan itu walaupun telah saya sampaikan kepada yang bersangkutan, eloklah pula kiranya saya tuliskan dalam nomor seri ini.
Dahulu, sampai generasi saya apabila seseorang akan pergi merantau, apakah itu akan berlayar ke negeri orang untuk mencari rezeki (biasanya ke Kuala Tungkal di Sumatera), ataupun untuk menuntut ilmu, ada dua bekal yang tak terlupakan untuk dibawa: pertama badik dan kedua nasihat “di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung”, artinya pintar-pintarlah membawa diri di negeri orang, perhatikan adat istiadat setempat, jangan pakai adatmu di negeri orang. Artinya, janganlah pisahkan antara badan dengan kepalamu. Janganlah kakimu berpijak di negeri orang, tetapi kepalamu tetap di negerimu. Nah inilah jawaban pertanyaan “Asia Barat” itu, hanya terbalik. Janganlah kakimu berpijak di Indonesia tetapi kepalamu di Amerika, sehingga engkau katakan Israel itu di Timur Tengah. Sebab bukankah Israel itu di sebelah barat Indonesia? Jadi kalau kepala kita tidak terpisah dari badan, maka seharusnya orang Indonesia dan bangsa apapun juga harus mengatakan Israel itu di Asia Barat. OK?
Kepala orang Amerika tertutama para petingginya diisi oleh otak Prof Dr Samuel Huntington, berprasangka terhadap Islam. Tidak percaya? Bacalah majallah lama, Time terbitan 28 Juni 1993. Atas dasar prasangka terhadap dunia Islam melalui jalur tata-komunikasi barat, Huntington menyalurkan sangkaan yang dibungkus dengan teori ilmiyah perihal Islam mengancam demokrasi barat. Dalam Time tersebut dapat kita lihat bagaimana kacamata guru besar ilmu politik dari Harvard University ini melihat Islam. Bahwa musuh barat dewasa ini adalah Islam, karena kehadiran Islam akan mengancam keberadaan demokrasi barat, demikian Huntington, yang konon kabarnya di Indonesia ini salah seorang tokoh narasumber yang buku-bukunya menjadi rujukan para mahasiswa dan dosen dalam ilmu sosial dan politik.
Naaah, sikap alergi terhadap Islam ini, para pengagum Huntington yang alergi juga terhadap penegakan Syari’at Islam (antara lain yang so called “Islam” Liberal Kajian Islam Utan Kayu), juga kepalanya terpisah dengan badannya. Kakinya berpijak di Indonesia, kepalanya ada di Amerika otaknya diisi oleh doktrin Huntington, yang memitoskan: “Islam mengancam demokrasi barat”.
***
Sebuah negara kecil bernama Singapura, yang sudah merasa menjadi “Raja Singa” di Asia Tenggara menjadi arogan, disebabkan para petingginya berpijak di Raja Singa, eh Singapura, kepalanya di Amerika dan Israel. Tahun lalu Singapura dan Israel menandatangani proyek kerjasama di bidang satelit pertahanan senilai 1.7 juta dolar Amerika. Tak hanya itu, Israel juga terlibat langsung dalam training-training militer dan intelijen tentara Singapura. Hal ini diakui sendiri oleh Lee Kuan Yew dalam memoarnya yang berjudul, From Third World to First. Singapore 1963 – 2000.
Lee dalam bab Building an army from scratch menceritakan, tak lama setelah Singapura merdeka dirinya memerintahkan Menteri Pertahanan Singapura kala itu, Goh Keng Swee, untuk membangun sebuah angkatan bersenjata yang kokoh. Dan untuk merealisasikan rencana tersebut salah satu agendanya adalah mendatangi Duta Besar Israel di Bangkok, Mordecai Kidron. Lalu Mordecai Kidron terbang dari Bangkok untuk memberikan training militer. “Sejak saat itu, Kidron mendatangiku beberapa kali antara tahun 1962 sampai 1963 khususnya untuk rencana membuka kedutaan Israel di Singapura,” tulis Lee. Dan gayung pun bersambut setelah itu. Israel dan Singapura berdekapan mesra. Ini yang menyebabkan Singapura menjadi arogan, terlebih setelah “meletusnya perang melawan teroris yang dikobarkan oleh Amerika”. Arogansi Singapura bertambah menjadi-jadi karena Lee Kuan Yew paranoid terhadap kekuatan Islam di Indonesia dengan maraknya gerakan politik untuk menegakkan Syari’at Islam di daerah-daerah, dimulai dari Nanggroe Aceh Darussalam, meloncat ke Sulawesi Selatan oleh KPPSI, kemudian merambah ke Sumatera Barat bahkan ke provinsi Riau yang berbatasan dengan Singapura. Di samping itu penyakit paranoid Lee Kuan Yew yang membuat Singapura menggabungkan diri dalam konspirasi intelijen CIA dan Mossad.
***
Setelah pimpinan tertinggi Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Abu Bakar Ba'asyir, tampaknya tidak berhasil disudutkan oleh Singapura sebagai salah satu tokoh kunci gerakan terorisme di Indonesia, maka operasi intelejen Singapura – CIA – Mossad dengan bantuan Pilipina (yang juga kakinya di Pilipina tetapi kepalanya di Amerika) kemudian disasarkan kepada kedua tokoh KPPSI Tamsil Linrung dan Agus Dwikarana. Konspirasi intelijen itu berupaya “memfitnah” kedua tokoh KPPSI itu dengan prinsip sekali merangkuh dayung dua tiga pulau terlampau. Pertama, berupaya membuktikan tuduhan gaek LKY bahwa Indonesia itu adalah sarang terorist, kedua, dan fitnah kedua ini yang paling berbahaya, mencoba membuktikan bahwa ada jaringan Al Qaidah di Indonesia dan ketiga mencoba meredam gerakan tuntutan penegakan Syari’at Islam oleh KPPSI supaya tidak merambat sampai ke provinsi Riau. Maka boleh jadi, sangat patut diduga bahwa peledakan bom dalam Kongres Ummat Islam II di Sudiang itu, juga adalah dalam rangka “fitnah” operasi intelijen Singapura – CIA – Mossad. Firman Allah SWT: ALFNT ASYD MN ALQTL (S. ALBQRT, 2:191), dibaca: al fitnatu asyaddu minal qatali (s. albaqarah), artinya: Fitnah itu lebih keras dari pembunuhan. WaLlahu a’lamu bishshwab.
*** Makassar, 24 Maret 2002
17 Maret 2002
[+/-] |
516. Ilustrasi Uji-coba Doktrin Freud Dirujukkan pada Syari’at Islam |
Freud telah berjasa memperinci jenis nafsu ammarah dalam gambaran idnya. Namun kesalahan Freud yang fatal ialah bahwa agama yang bersumberkan wahyu dipandang sebagai perkembangan libido. Pandangan Freud bahwa libido adalah sumber dari karya kreatif sangatlah spekulatif dan terlalu ekstrem. Selanjutnya aktivitas mental id yang diletakkan Freud dalam alam bawah sadar, memberikan konsekwensi bahwa manusia itu tidak dapat diminta pertanggung-jawabannya. Bukankah perbuatannya itu didorong oleh hasrat yang tidak disadarinya? Freud yang melecehkan tanggung jawab asasi manusia ini bertentangan dengan aqidah tentang YWM ALDYN (yawmud di-n, Hari Pengadilan).
Semua kehandalan kultural manusia, seperti seni, hukum, agama dll. bukanlah perkembangan libido. Libido yang berkarakteristik seksual itu hanyalah sekadar salah satu unsur dari nafsu ammarah. Doktrin libido bertentangan dengan aqidah, karena Freud menganggap libido itu sumber agama. Menurut Hadits manusia berpikir dan kemudian berbuat jahat, oleh karena tatkala itu sedang lupa kepada Allah, namun ia menyadari akan pikiran dan perbuatannya itu. Rasulullah SAW bersabda: Pezina tidak berzina tatkala ia dalam keadaan beriman. Pencuri tidak mencuri tatkala ia dalam keadaan beriman, dan peminum tidak minum tatkala ia dalam keadaan beriman (Hadits Shahih riwayat Al Bukhari dan Muslim dan yang lain-lain dari keduanya, dari Abu Hurairah).
Bahwa super-ego itu adalah evolusi mental yang tertinggi dari manusia itu ada benarnya. Bahwa manusia senantiasa berusaha mencapai nafsu muthmainnah, menjadi sufi dan waliyuLlah (dalam arti tasawuf yang tidak "liar"). Yang tidak benar adalah super-ego itu dimasukkan oleh Freud sebagai aktivitas mental dalam alam bawah sadar. Nafsu muthma'innah itu adalah tahap kesadaran yang paling tinggi.
Dalam Al Quran disebutkan bahwa Nabi Yusuf AS bermimpi melihat 11 bulan, matahari dan bulan sujud kepadanya. Itu bukan drama dalam alam bawah sadar. Itu bukan hasrat terpendam Yusuf yang masih remaja itu ingin menjadi orang berkuasa sehingga orang-orang tunduk kepadanya. Itu adalah pertanda dari Allah SWT untuk masa yang akan datang. Yaitu Nabi Yusuf AS kelak di kemudian hari akan menjadi raja muda Mesir. Tatkala itu ke-11 saudaranya, bapaknya (Nabi Ya'cub AS) dan ibunya menghormatinya sebagai raja muda. Mimpi raja Mesir (bukan dari dinasti Fir'aun), 7 ekor sapi gemuk dimakan 7 ekor sapi kurus, bukan drama alam bawah sadar raja Mesir.
Di samping mimpi sebagai pertanda dari Allah SWT untuk para nabi dan waliyullah serta orang-orang tertentu yang dipilih Allah, mimpi adalah aktivitas jiwa dalam qalbu yang bekerja terus. Mimpi tukang jahit Singer dikejar-kejar orang memegang tombak yang ujungnya berlubang adalah proses berpikir dalam fuadnya berjalan terus selagi ia tidur. Ia berhasil memecahkan permasalahan di dalam tidur bagaimana menyelesaikan jahitan yang bertumpuk menjelang tahun baru, yaitu dengan membuat jarum yang berlubang pada ujungnya yang runcing. Mimpi makan kenyang orang terapung di atas rakit di tengah laut (hal ini juga diangkat dalam novel sastra daerah Makassar “I Kukang”), adalah proses naluri mempertahankan hidup dalam ALHWY (dibaca: al hawa-) yang berlanjut terus sementara ia tidur. (Dari al hawa inilah asal usulnya kata hawa dalam kata majemuk hawa nafsu).
Demikianlah mimpi itu bukanlah pencapaian tersembunyi dari hasrat yang tertekan, seperti yang diajarkan oleh doktrin Freud. Mimpi itu bukanlah drama dalam alam bawah sadar, dan bukan pula produk konflik dalam alam bawah sadar. Mimpi itu tidak lain adalah pertanda untuk masa yang akan datang dari Allah SWT yang diberikan kepada para Nabi, waliyuLlah ataupun orang-orang tertentu, atau mimpi itu adalah proses merasa, berpikir dan bernaluri yang berlanjut terus tatkala tidur.
Terakhir, tidak ada konflik antara id dengan super-ego dalam alam bawah sadar, karena alam bawah sadar itu tidak ada. Sesungguhnya persepsi Freud tentang alam bawah sadar tidak lain melainkan rekaman pada kulit otak tentang pengalaman proses merasa, berpikir dan bernaluri, ibarat rekaman pada tape recorder. Doktrin alam bawah sadar bertentangan dengan aqidah adanya Hari Pengadilan. Manusia harus mempertanggung-jawabkan seluruh aktivitasnya di dunia ini pada Hari Pengadilan kelak. Allah Maha Adil, memberikan ganjaran baik atau buruk sesuai yang dilakukan manusia dengan sadar. Allah tidak akan menghukum hambaNya yang dilakukannya dengan tidak sadar, Allah Maha Adil. Semua aktivitas jiwa disadari, karena jiwa itu disinari oleh ruh. Ruh inilah yang menyebabkan manusia itu sadar akan eksitensinya.
Demikianlah rentetan ilustrasi ilmu menurut Syari’at Islam dari Serial Wahyu dan Akal – Iman dan Ilmu dalam kolom ini. Demikian luas Syari’at Islam itu telah disajikan dalam rangka sosialisasi Syari’at Islam. Walaupun sangat penting sekali sanksi rajam dan cambuk bagi pezina, sanksi qisas bagi pembunuh, sanksi potong tangan bagi pencuri/koruptor, sanksi cambuk bagi pemabuk, itu hanyalah sebagian kecil saja dalam sistem hukum ruang lingkup Syari’at Islam. Tidak perlu ngeri, kalau memang tidak terbetik niat di dalam qalbu untuk menjadi tokoh seperti yang diperinci tadi itu. Bahkan semua sanksi yang disebutkan itu adalah dalam rangka Rahmatan lil ‘Alamin. Sanksi-sanksi itu untuk melindungi ummat manusia. Sanksi rajam untuk melindungi kehormatan dan keturunan ummat manusia, sanksi qisas untuk melindungi nyawa ummat manusia, sanksi potong tangan untuk melindungi harta-benda ummat manusia dan sanksi cambuk bagi pemabuk untuk melindungi akal ummat manusia. WaLlahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 17 Maret 2002
10 Maret 2002
[+/-] |
515. Ilmunnafs dan Psikologi |
Dalam Al Quran dikenal tiga jenis personalitas atau kejiwaan yang disebut an nafsu. Kata ini dipungut ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Melayu: nafsu dengan perubahan makna, berkonotasi jelek, biasanya dalam bentuk kata majemuk: hawa nafsu. Ketiga jenis kejiwaan itu adalah: Pertama, an nafs al ammarah.
-- AN ALNFS LAMART BALSWa (S. YWSF, 53), dibaca: Inan nafsa laamma-ratun bissui (s. yusuf), artinya: Sesungguhnya nafsu ammrah itu mendorong untuk berbuat kejahatan (S.Yuwsuf, 12: 53). Kedua, an nafs al lawa-mah. WLA AQSM BALNFS ALLWAT (S. ALQYMT, 2), dibaca: Wala- uqsimu- binafsil lawwa-mah (s. alqiya-mah), artinya: Dan Aku bersumpah dengan nafsu lawwamah (dalam diri manusia) (75:2). Allah bersumpah dengan makhluq bawahannya bermakna "perhatikanlah". Jadi ayat (75:2) bermakna perhatikanlah nafsu lawwamah.
-- WMA KAN LY 'ALYKM MN SLTHN ALA AN D'AWTKM W FASTJBIM LY FLA TLWMWNY WLA LWMWA ANFSKM (S. ABRAHM, 22), dibaca: Wa ma- ka-na li- 'alaykum min sultha-nin illa- an da'awtukum fastajabtum li-, fala- talu-mu-ny wa lu-mu- anfusakum (s. ibra-him), artinya: (Setan berkata) tidak ada kekuasaan dariku atasmu, kecuali aku membujukmu dan engkau tergiur. Sebab itu janganlah kamu mencercaku, melainkan cercalah dirimu sendiri (14:22). Ayat ini menjelaskan tentang ucapan setan kepada manusia yang sudah terlanjur mengikuti nafsu ammarahnya, lalu mengumpat setan yang telah menjerumuskannya. Janganlah mengumpat setan, kritiklah dirimu sendiri, introspeksilah. Yang ketiga, an nafsu almuthmainnah.
-- YAYHA ALNFS ALMTHMaNT (S. ALFJR, 27), dibaca: Ya-ayuhan nafsul muthmainnah (s. alfajr), artinya: Hai jiwa yang tenang dan suci (89:27).
Demikianlah ada tiga jenis nafsu (jiwa, kedirian), yaitu nafsu pendorong (ammarah) yang mendorong untuk berbuat kejahatan, nafsu introspeksi (lawwamah, pencerca diri) dan nafsu yang tenang dan suci (muthmainnah).
***
Sigmund Freud (1856 - 1939) mengumpamakan alam pikiran manusia ibarat gunung es. Sebagian besar tenggelam dalam air, tersembunyi dalam alam bawah sadar. Di bawah permukaan air itu tersembunyilah motif, perasaan dan keinginan-keinginan, yang tidak hanya tersembunyi bagi orang lain, melainkan menjadi rahasia pula bagi dirinya sendiri. Menurut doktrin Freud alam bawah sadar itu adalah sumber dari nereuse.
Freud mengklasifikasikan aktivitas mental dalam tiga tataran (levels) : id, ego dan super-ego. Id dan super-ego terletak dalam alam bawah sadar. Yang terpenting ialah id, bagian yang gelap dari personalitas. Id dapat diungkapkan dengan cara mengkaji mimpi (interpretation of dreams) dan nereutic symptom. Id adalah pusat dari naluri dan iradah (impuls) yang bersifat primitif dan kebinatangan. Id itu buta dan serampangan (ruthless), hanya menginginkan kesenangan hura-hura, dan asyik ma'syuk (pleasure), tanpa mengindahkan konsekwensinya. Id tidak mengenal nilai, tidak mengenal moralitas. Semua impuls dari id menurut doktrin Freud diisi oleh tenaga psikis (psychic energy) yang disebutnya libido, berkarakteristik seksual. Teori libido ini disebut dengan "hakikat (essence) dari doktrin psikoanalisis". Semua kehandalan kultural manusia, seperti seni, hukum, agama dll. dipandang sebagai perkembangan libido. Pada bayi aktivitas libido itu berupa menetek dari puting payu dara ibu, mengisap dot dan mengisap jari. Setelah dewasa libido itu tertransfer dalam hubungan seksual, atau berupa kreasi seni, sastra, musik yang disebut dengan "displacement". Naluri seksual libido ini menurut doktrin Freud adalah sumber dari karya kreatif.
Pengaruh libido ini menurut doktrin Freud, suatu doktrin spekulatif yang sangat kontroversial dari psikoanalisis, adalah pertumbuhan perasaan seksual anak terhadap orang tuanya. Dimulai dari kesenangan bayi mengisap dari puting susu ibunya, dalam diri anak laki-laki perasaanya berkembanglah hasrat seksual terhadap ibunya, membenci ayahnya sebagai saingan, yang disebut oleh Freud dengan komplex Oedipus. Dalam mitologi Yunani tersebutlah konon seorang yang bernama Oedipus yang mengawini ibunya dan membunuh bapaknya.
***
Istilah doktrin dipakai dan bukan istilah teori, oleh karena para pengecer ilmu psikoanalisis Freud itu tidak memandangnya lagi sebagai suatu teori, melainkan sudah diyakini sungguh-sungguh kebenarannya. Padahal psikoanalisis Freud belum pernah dibuktikan secara ilmiyah, melalui penelitian dengan pisau analisis ilmu statistik. Apakah libido yang merambat pada komplex Oedipus itu berlaku umum untuk seluruh manusia? Apakah anak perempuan juga punya dorongan libido senang mengisap puting susu ibunya dan karena itu logikanya ia terlahir sebagai lesbian? Apakah semua kehandalan kultural manusia dipandang sebagai perkembangan libido? Apakah semua mimpi itu adalah pencapaian (fulfillment) tersembunyi dari hasrat yang tertekan? Apakah semua mimpi itu merupakan drama dalam alam bawah sadar? Apakah semua mimpi itu adalah buah (product) konflik?
Sangatlah sulit untuk mengujicoba bahwa doktrin Freud itu berlaku umum untuk semua manusia. Rampatan (generalisasi) doktrin Freud melalui ilmu statistik belum pernah dan tak akan pernah dapat dilakukan. Perkara ilmu statistik tidak akan pernah dapat dilakukan adalah keniscayaan. Maka upaya ilmiyah yang bertumpu pada filsafat positivisme sampai di situ saja.
Dalam ilmu menurut Syari'at Islam yang bertumpu pada paradigma Tawhid, masih terbuka upaya untuk menguji-coba semua pertanyaan yang dilontarkan di atas itu. Untuk itu diminta kesabaran pembaca untuk menunggu Seri 516 hari Ahad depan. WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 10 Maret 2002
3 Maret 2002
[+/-] |
514. Singapura Sarang Penjahat |
Singapura merupakan tempat pelarian dan persembunyian yang aman bagi penjahat-penjahat asal Indonesia. Para konglomerat hitam yang diburu pemerintah Indonesia aman bersembunyi dengan membawa uang rakyat Rp. 650 triliun di negara tersebut. Pemerintah Singapura tidak punya kewajiban untuk menyerahkan para penjahat tersebut karena tidak ada perjanjian ekstradisi dengan Indonesia. Jadi sebenarnya yang menjadi sarang penjahat itu Singapura, bukan Indonesia. Bukan seperti ocehan Menteri Senior Singapura Lee Kuan Yew yang menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara sarang teroris.
Singapura tampaknya tengah berupaya memposisikan dirinya seperti Pakistan yang sejalan dengan politik luar negerinya fundamentalist terrorist Bush, yang tengah giat memerangi "terorisme" (cis) internasional. Singapura dan Pakistan mempunyai kepentingan-kepentingan keamanan, politik dan ekonomi dengan state-terrorist Amerika.
Tetapi Indonesia adalah negara merdeka. Negara manapun tidak berhak mencampuri urusan dalam negeri Indonesia. Negara manapun tidak bisa memaksa Pemerintah Indonesia untuk mencari dan menangkap orang-orang yang dicurigai sebagai "teroris" (cis) oleh mereka "Saya tetap berpendapat Singapura itu anteknya Amerika yang mau mengobok-obok Islam. Ini baru dalam wacana. Memang kafir macam itu. Kafir itu kalau sudah mempunyai kekuatan, akan berusaha untuk menghantam Islam, Tinggal pemerintah Indonesia milih, mau bantu kafir atau bantu Islam. Ini persoalannya kafir dengan Islam, bukan Singapura dengan Indonesia," tegas pimpinan tertinggi Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) , Abu Bakar Ba'asyir, yang dituding Singapura sebagai salah satu tokoh kunci gerakan terorisme di Indonesia.
Firman Allah SWT: WLA YHSBN ALDZYN KFRWA ANMA NMLY LHM KHYRA LANFSHM ANMA NMLY LHUM LYZDADWA ATSMA WLHM 'ADZAB MHYN (S. AL 'AMRAN 178), dibaca: Wala- yahsabannal ladzi-na kafaru- annama- numli- lahum khayrun lianfusihim innama- numli- lahum liyazda-du- itsman walahum 'adza-bun muhi-n (s. ali 'imra-n), artinya: Janganlah orang-orang kafir itu menyangka bahwa Kami menangguhkan mereka lebih baik dari diri mereka, hanya Kami menangguhkan mereka supaya mereka menambah dosanya, dan untuk mereka itu azab yang menghinakan (3:178).
***
Kasus pelarangan jilbab yang terjadi di Singapura, selain merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia, tetapi juga merupakan provokasi murahan pemerintah Singapura terhadap ummat Islam, termasuk ummat Islam di Indonesia. Tampaknya pemerintah Singapura berharap ummat Islam tersinggung, termasuk ummat Islam di Indonesia, sehingga terbakar emosinya, dan terjadilah konflik antar etnis (Pribumi versus keturunan Cina), juga konflik antar agama, yang dibarengi dengan tindakan kekerasan.
Sungguh sangat ironis, ketika ummat Islam di Indonesia begitu giat menjalankan toleransi, Singapura justru menunjukkan sikap sebaliknya. Di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, terbukti dapat menghargai eksistensi kebudayaan Cina seperti barongsay dan sebagainya, bahkan perayaan tahun baru Cina Imlek dirayakan dengan cukup meriah di pelosok negeri ini. Bila ummat Islam di Indonesia dapat menerima kebudayaan Cina dengan tangan terbuka, mengapa justru Singapura yang sebagian besar penduduknya adalah etnis Cina menunjukkan sikap phobia terhadap kebiasaan berkerudung sebagian warga negaranya dari etnik Melayu yang beragama Islam?
Kasus Mei 1998 yang menyebabkan sejumlah wanita Cina diperkosa, boleh jadi digodok di Singapura, sebab setelah kejadian itu banyak keturunan Cina asal Indonesia yang pindah bermukim di Singapura dengan membawa sebagian besar kekayaannya. Boleh jadi, kasus perampokan uang rakyat melalui mekanisme BLBI-KLBI dan sistem perbankan nasional pada umumnya, juga hasil rekayasa para intelijen Singapura, sehingga ratusan triliun uang rakyat yang terbang ke luar negeri itu hinggap di berbagai bank Singapura. Terbukti, hingga kini Singapura tidak mau menandatangani perjanjian ekstradisi sehingga konglomerat perampok uang rakyat Indonesia aman berlindung di Singapura.
Capital Flight dan Capital Drain yang terjadi menjelang terjadinya krisis moneter di Indonesia, sebagian besar bermuara ke berbagai bank di Singapura, yang antara lain dilakukan oleh konglomerat keturunan Cina seperti Liem Sioe Liong, Sjamsul Nursalim, dan sebagainya. Terbukti, pada tahun 1996 sekitar US$100 milyar devisa Indonesia ditransfer ke Singapura, dan itu mengawali terjadinya krisis moneter di Indonesia yang berlangsung hingga kini.
Singapura adalah mata-telinga kalangan state terrorist imperialist dan zionist barat. Terbukti, anggaran pertahanan Singapura (US$ 4.300 juta) hampir lima kali anggaran militer Indonesia (US$ 975 juta), padahal Singapura tidak lebih luas dari Jakarta. Untuk apa itu semua bila bukan untuk melakukan tindakan subversi terhadap Indonesia (dan Malaysia) dalam rangka menguasai Asia Tenggara yang Melayu, yang dianggap sebagai makanan empuk anjing serigala Singapura! Singapura adalah "Amerika kecil" di Asia Tenggara, seperti halnya Israel adalah "Amerika kecil" di Asia Barat. WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 3 Maret 2002