17 Maret 2002

516. Ilustrasi Uji-coba Doktrin Freud Dirujukkan pada Syari’at Islam

Freud telah berjasa memperinci jenis nafsu ammarah dalam gambaran idnya. Namun kesalahan Freud yang fatal ialah bahwa agama yang bersumberkan wahyu dipandang sebagai perkembangan libido. Pandangan Freud bahwa libido adalah sumber dari karya kreatif sangatlah spekulatif dan terlalu ekstrem. Selanjutnya aktivitas mental id yang diletakkan Freud dalam alam bawah sadar, memberikan konsekwensi bahwa manusia itu tidak dapat diminta pertanggung-jawabannya. Bukankah perbuatannya itu didorong oleh hasrat yang tidak disadarinya? Freud yang melecehkan tanggung jawab asasi manusia ini bertentangan dengan aqidah tentang YWM ALDYN (yawmud di-n, Hari Pengadilan).

Semua kehandalan kultural manusia, seperti seni, hukum, agama dll. bukanlah perkembangan libido. Libido yang berkarakteristik seksual itu hanyalah sekadar salah satu unsur dari nafsu ammarah. Doktrin libido bertentangan dengan aqidah, karena Freud menganggap libido itu sumber agama. Menurut Hadits manusia berpikir dan kemudian berbuat jahat, oleh karena tatkala itu sedang lupa kepada Allah, namun ia menyadari akan pikiran dan perbuatannya itu. Rasulullah SAW bersabda: Pezina tidak berzina tatkala ia dalam keadaan beriman. Pencuri tidak mencuri tatkala ia dalam keadaan beriman, dan peminum tidak minum tatkala ia dalam keadaan beriman (Hadits Shahih riwayat Al Bukhari dan Muslim dan yang lain-lain dari keduanya, dari Abu Hurairah).

Bahwa super-ego itu adalah evolusi mental yang tertinggi dari manusia itu ada benarnya. Bahwa manusia senantiasa berusaha mencapai nafsu muthmainnah, menjadi sufi dan waliyuLlah (dalam arti tasawuf yang tidak "liar"). Yang tidak benar adalah super-ego itu dimasukkan oleh Freud sebagai aktivitas mental dalam alam bawah sadar. Nafsu muthma'innah itu adalah tahap kesadaran yang paling tinggi.

Dalam Al Quran disebutkan bahwa Nabi Yusuf AS bermimpi melihat 11 bulan, matahari dan bulan sujud kepadanya. Itu bukan drama dalam alam bawah sadar. Itu bukan hasrat terpendam Yusuf yang masih remaja itu ingin menjadi orang berkuasa sehingga orang-orang tunduk kepadanya. Itu adalah pertanda dari Allah SWT untuk masa yang akan datang. Yaitu Nabi Yusuf AS kelak di kemudian hari akan menjadi raja muda Mesir. Tatkala itu ke-11 saudaranya, bapaknya (Nabi Ya'cub AS) dan ibunya menghormatinya sebagai raja muda. Mimpi raja Mesir (bukan dari dinasti Fir'aun), 7 ekor sapi gemuk dimakan 7 ekor sapi kurus, bukan drama alam bawah sadar raja Mesir.

Di samping mimpi sebagai pertanda dari Allah SWT untuk para nabi dan waliyullah serta orang-orang tertentu yang dipilih Allah, mimpi adalah aktivitas jiwa dalam qalbu yang bekerja terus. Mimpi tukang jahit Singer dikejar-kejar orang memegang tombak yang ujungnya berlubang adalah proses berpikir dalam fuadnya berjalan terus selagi ia tidur. Ia berhasil memecahkan permasalahan di dalam tidur bagaimana menyelesaikan jahitan yang bertumpuk menjelang tahun baru, yaitu dengan membuat jarum yang berlubang pada ujungnya yang runcing. Mimpi makan kenyang orang terapung di atas rakit di tengah laut (hal ini juga diangkat dalam novel sastra daerah Makassar “I Kukang”), adalah proses naluri mempertahankan hidup dalam ALHWY (dibaca: al hawa-) yang berlanjut terus sementara ia tidur. (Dari al hawa inilah asal usulnya kata hawa dalam kata majemuk hawa nafsu).

Demikianlah mimpi itu bukanlah pencapaian tersembunyi dari hasrat yang tertekan, seperti yang diajarkan oleh doktrin Freud. Mimpi itu bukanlah drama dalam alam bawah sadar, dan bukan pula produk konflik dalam alam bawah sadar. Mimpi itu tidak lain adalah pertanda untuk masa yang akan datang dari Allah SWT yang diberikan kepada para Nabi, waliyuLlah ataupun orang-orang tertentu, atau mimpi itu adalah proses merasa, berpikir dan bernaluri yang berlanjut terus tatkala tidur.

Terakhir, tidak ada konflik antara id dengan super-ego dalam alam bawah sadar, karena alam bawah sadar itu tidak ada. Sesungguhnya persepsi Freud tentang alam bawah sadar tidak lain melainkan rekaman pada kulit otak tentang pengalaman proses merasa, berpikir dan bernaluri, ibarat rekaman pada tape recorder. Doktrin alam bawah sadar bertentangan dengan aqidah adanya Hari Pengadilan. Manusia harus mempertanggung-jawabkan seluruh aktivitasnya di dunia ini pada Hari Pengadilan kelak. Allah Maha Adil, memberikan ganjaran baik atau buruk sesuai yang dilakukan manusia dengan sadar. Allah tidak akan menghukum hambaNya yang dilakukannya dengan tidak sadar, Allah Maha Adil. Semua aktivitas jiwa disadari, karena jiwa itu disinari oleh ruh. Ruh inilah yang menyebabkan manusia itu sadar akan eksitensinya.

Demikianlah rentetan ilustrasi ilmu menurut Syari’at Islam dari Serial Wahyu dan Akal – Iman dan Ilmu dalam kolom ini. Demikian luas Syari’at Islam itu telah disajikan dalam rangka sosialisasi Syari’at Islam. Walaupun sangat penting sekali sanksi rajam dan cambuk bagi pezina, sanksi qisas bagi pembunuh, sanksi potong tangan bagi pencuri/koruptor, sanksi cambuk bagi pemabuk, itu hanyalah sebagian kecil saja dalam sistem hukum ruang lingkup Syari’at Islam. Tidak perlu ngeri, kalau memang tidak terbetik niat di dalam qalbu untuk menjadi tokoh seperti yang diperinci tadi itu. Bahkan semua sanksi yang disebutkan itu adalah dalam rangka Rahmatan lil ‘Alamin. Sanksi-sanksi itu untuk melindungi ummat manusia. Sanksi rajam untuk melindungi kehormatan dan keturunan ummat manusia, sanksi qisas untuk melindungi nyawa ummat manusia, sanksi potong tangan untuk melindungi harta-benda ummat manusia dan sanksi cambuk bagi pemabuk untuk melindungi akal ummat manusia. WaLlahu A'lamu bi shShawab.

*** Makassar, 17 Maret 2002