24 Maret 2002

517. Awas Jaringan Intelijen Singapura – CIA – Mossad

Dalam Seri 514 yang berjudul Singapura Sarang Penjahat dua pekan yang lalu ditutup dengan kalimat: “Singapura adalah “Amerika kecil” di Asia Tenggara, seperti halnya Israel adalah “Amerika kecil” di Asia Barat.” Ada yang bertanya, namun bukan mengenai substansi kesimpulan Seri 514 tersebut melainkan penggunaan istilah “Asia Barat”. Walaupun pertanyaan ini kelihatannya sepele, namun sesungguhnya bermuatan filosofis penjelasannya. Jadi saya pikir jawaban pertanyaan itu walaupun telah saya sampaikan kepada yang bersangkutan, eloklah pula kiranya saya tuliskan dalam nomor seri ini.

Dahulu, sampai generasi saya apabila seseorang akan pergi merantau, apakah itu akan berlayar ke negeri orang untuk mencari rezeki (biasanya ke Kuala Tungkal di Sumatera), ataupun untuk menuntut ilmu, ada dua bekal yang tak terlupakan untuk dibawa: pertama badik dan kedua nasihat “di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung”, artinya pintar-pintarlah membawa diri di negeri orang, perhatikan adat istiadat setempat, jangan pakai adatmu di negeri orang. Artinya, janganlah pisahkan antara badan dengan kepalamu. Janganlah kakimu berpijak di negeri orang, tetapi kepalamu tetap di negerimu. Nah inilah jawaban pertanyaan “Asia Barat” itu, hanya terbalik. Janganlah kakimu berpijak di Indonesia tetapi kepalamu di Amerika, sehingga engkau katakan Israel itu di Timur Tengah. Sebab bukankah Israel itu di sebelah barat Indonesia? Jadi kalau kepala kita tidak terpisah dari badan, maka seharusnya orang Indonesia dan bangsa apapun juga harus mengatakan Israel itu di Asia Barat. OK?

Kepala orang Amerika tertutama para petingginya diisi oleh otak Prof Dr Samuel Huntington, berprasangka terhadap Islam. Tidak percaya? Bacalah majallah lama, Time terbitan 28 Juni 1993. Atas dasar prasangka terhadap dunia Islam melalui jalur tata-komunikasi barat, Huntington menyalurkan sangkaan yang dibungkus dengan teori ilmiyah perihal Islam mengancam demokrasi barat. Dalam Time tersebut dapat kita lihat bagaimana kacamata guru besar ilmu politik dari Harvard University ini melihat Islam. Bahwa musuh barat dewasa ini adalah Islam, karena kehadiran Islam akan mengancam keberadaan demokrasi barat, demikian Huntington, yang konon kabarnya di Indonesia ini salah seorang tokoh narasumber yang buku-bukunya menjadi rujukan para mahasiswa dan dosen dalam ilmu sosial dan politik.

Naaah, sikap alergi terhadap Islam ini, para pengagum Huntington yang alergi juga terhadap penegakan Syari’at Islam (antara lain yang so called “Islam” Liberal Kajian Islam Utan Kayu), juga kepalanya terpisah dengan badannya. Kakinya berpijak di Indonesia, kepalanya ada di Amerika otaknya diisi oleh doktrin Huntington, yang memitoskan: “Islam mengancam demokrasi barat”.

***

Sebuah negara kecil bernama Singapura, yang sudah merasa menjadi “Raja Singa” di Asia Tenggara menjadi arogan, disebabkan para petingginya berpijak di Raja Singa, eh Singapura, kepalanya di Amerika dan Israel. Tahun lalu Singapura dan Israel menandatangani proyek kerjasama di bidang satelit pertahanan senilai 1.7 juta dolar Amerika. Tak hanya itu, Israel juga terlibat langsung dalam training-training militer dan intelijen tentara Singapura. Hal ini diakui sendiri oleh Lee Kuan Yew dalam memoarnya yang berjudul, From Third World to First. Singapore 1963 – 2000.

Lee dalam bab Building an army from scratch menceritakan, tak lama setelah Singapura merdeka dirinya memerintahkan Menteri Pertahanan Singapura kala itu, Goh Keng Swee, untuk membangun sebuah angkatan bersenjata yang kokoh. Dan untuk merealisasikan rencana tersebut salah satu agendanya adalah mendatangi Duta Besar Israel di Bangkok, Mordecai Kidron. Lalu Mordecai Kidron terbang dari Bangkok untuk memberikan training militer. “Sejak saat itu, Kidron mendatangiku beberapa kali antara tahun 1962 sampai 1963 khususnya untuk rencana membuka kedutaan Israel di Singapura,” tulis Lee. Dan gayung pun bersambut setelah itu. Israel dan Singapura berdekapan mesra. Ini yang menyebabkan Singapura menjadi arogan, terlebih setelah “meletusnya perang melawan teroris yang dikobarkan oleh Amerika”. Arogansi Singapura bertambah menjadi-jadi karena Lee Kuan Yew paranoid terhadap kekuatan Islam di Indonesia dengan maraknya gerakan politik untuk menegakkan Syari’at Islam di daerah-daerah, dimulai dari Nanggroe Aceh Darussalam, meloncat ke Sulawesi Selatan oleh KPPSI, kemudian merambah ke Sumatera Barat bahkan ke provinsi Riau yang berbatasan dengan Singapura. Di samping itu penyakit paranoid Lee Kuan Yew yang membuat Singapura menggabungkan diri dalam konspirasi intelijen CIA dan Mossad.

***

Setelah pimpinan tertinggi Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Abu Bakar Ba'asyir, tampaknya tidak berhasil disudutkan oleh Singapura sebagai salah satu tokoh kunci gerakan terorisme di Indonesia, maka operasi intelejen Singapura – CIA – Mossad dengan bantuan Pilipina (yang juga kakinya di Pilipina tetapi kepalanya di Amerika) kemudian disasarkan kepada kedua tokoh KPPSI Tamsil Linrung dan Agus Dwikarana. Konspirasi intelijen itu berupaya “memfitnah” kedua tokoh KPPSI itu dengan prinsip sekali merangkuh dayung dua tiga pulau terlampau. Pertama, berupaya membuktikan tuduhan gaek LKY bahwa Indonesia itu adalah sarang terorist, kedua, dan fitnah kedua ini yang paling berbahaya, mencoba membuktikan bahwa ada jaringan Al Qaidah di Indonesia dan ketiga mencoba meredam gerakan tuntutan penegakan Syari’at Islam oleh KPPSI supaya tidak merambat sampai ke provinsi Riau. Maka boleh jadi, sangat patut diduga bahwa peledakan bom dalam Kongres Ummat Islam II di Sudiang itu, juga adalah dalam rangka “fitnah” operasi intelijen Singapura – CIA – Mossad. Firman Allah SWT: ALFNT ASYD MN ALQTL (S. ALBQRT, 2:191), dibaca: al fitnatu asyaddu minal qatali (s. albaqarah), artinya: Fitnah itu lebih keras dari pembunuhan. WaLlahu a’lamu bishshwab.

*** Makassar, 24 Maret 2002