3 Maret 2002

514. Singapura Sarang Penjahat

Singapura merupakan tempat pelarian dan persembunyian yang aman bagi penjahat-penjahat asal Indonesia. Para konglomerat hitam yang diburu pemerintah Indonesia aman bersembunyi dengan membawa uang rakyat Rp. 650 triliun di negara tersebut. Pemerintah Singapura tidak punya kewajiban untuk menyerahkan para penjahat tersebut karena tidak ada perjanjian ekstradisi dengan Indonesia. Jadi sebenarnya yang menjadi sarang penjahat itu Singapura, bukan Indonesia. Bukan seperti ocehan Menteri Senior Singapura Lee Kuan Yew yang menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara sarang teroris.

Singapura tampaknya tengah berupaya memposisikan dirinya seperti Pakistan yang sejalan dengan politik luar negerinya fundamentalist terrorist Bush, yang tengah giat memerangi "terorisme" (cis) internasional. Singapura dan Pakistan mempunyai kepentingan-kepentingan keamanan, politik dan ekonomi dengan state-terrorist Amerika.

Tetapi Indonesia adalah negara merdeka. Negara manapun tidak berhak mencampuri urusan dalam negeri Indonesia. Negara manapun tidak bisa memaksa Pemerintah Indonesia untuk mencari dan menangkap orang-orang yang dicurigai sebagai "teroris" (cis) oleh mereka "Saya tetap berpendapat Singapura itu anteknya Amerika yang mau mengobok-obok Islam. Ini baru dalam wacana. Memang kafir macam itu. Kafir itu kalau sudah mempunyai kekuatan, akan berusaha untuk menghantam Islam, Tinggal pemerintah Indonesia milih, mau bantu kafir atau bantu Islam. Ini persoalannya kafir dengan Islam, bukan Singapura dengan Indonesia," tegas pimpinan tertinggi Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) , Abu Bakar Ba'asyir, yang dituding Singapura sebagai salah satu tokoh kunci gerakan terorisme di Indonesia.

Firman Allah SWT: WLA YHSBN ALDZYN KFRWA ANMA NMLY LHM KHYRA LANFSHM ANMA NMLY LHUM LYZDADWA ATSMA WLHM 'ADZAB MHYN (S. AL 'AMRAN 178), dibaca: Wala- yahsabannal ladzi-na kafaru- annama- numli- lahum khayrun lianfusihim innama- numli- lahum liyazda-du- itsman walahum 'adza-bun muhi-n (s. ali 'imra-n), artinya: Janganlah orang-orang kafir itu menyangka bahwa Kami menangguhkan mereka lebih baik dari diri mereka, hanya Kami menangguhkan mereka supaya mereka menambah dosanya, dan untuk mereka itu azab yang menghinakan (3:178).

***

Kasus pelarangan jilbab yang terjadi di Singapura, selain merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia, tetapi juga merupakan provokasi murahan pemerintah Singapura terhadap ummat Islam, termasuk ummat Islam di Indonesia. Tampaknya pemerintah Singapura berharap ummat Islam tersinggung, termasuk ummat Islam di Indonesia, sehingga terbakar emosinya, dan terjadilah konflik antar etnis (Pribumi versus keturunan Cina), juga konflik antar agama, yang dibarengi dengan tindakan kekerasan.

Sungguh sangat ironis, ketika ummat Islam di Indonesia begitu giat menjalankan toleransi, Singapura justru menunjukkan sikap sebaliknya. Di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, terbukti dapat menghargai eksistensi kebudayaan Cina seperti barongsay dan sebagainya, bahkan perayaan tahun baru Cina Imlek dirayakan dengan cukup meriah di pelosok negeri ini. Bila ummat Islam di Indonesia dapat menerima kebudayaan Cina dengan tangan terbuka, mengapa justru Singapura yang sebagian besar penduduknya adalah etnis Cina menunjukkan sikap phobia terhadap kebiasaan berkerudung sebagian warga negaranya dari etnik Melayu yang beragama Islam?

Kasus Mei 1998 yang menyebabkan sejumlah wanita Cina diperkosa, boleh jadi digodok di Singapura, sebab setelah kejadian itu banyak keturunan Cina asal Indonesia yang pindah bermukim di Singapura dengan membawa sebagian besar kekayaannya. Boleh jadi, kasus perampokan uang rakyat melalui mekanisme BLBI-KLBI dan sistem perbankan nasional pada umumnya, juga hasil rekayasa para intelijen Singapura, sehingga ratusan triliun uang rakyat yang terbang ke luar negeri itu hinggap di berbagai bank Singapura. Terbukti, hingga kini Singapura tidak mau menandatangani perjanjian ekstradisi sehingga konglomerat perampok uang rakyat Indonesia aman berlindung di Singapura.

Capital Flight dan Capital Drain yang terjadi menjelang terjadinya krisis moneter di Indonesia, sebagian besar bermuara ke berbagai bank di Singapura, yang antara lain dilakukan oleh konglomerat keturunan Cina seperti Liem Sioe Liong, Sjamsul Nursalim, dan sebagainya. Terbukti, pada tahun 1996 sekitar US$100 milyar devisa Indonesia ditransfer ke Singapura, dan itu mengawali terjadinya krisis moneter di Indonesia yang berlangsung hingga kini.

Singapura adalah mata-telinga kalangan state terrorist imperialist dan zionist barat. Terbukti, anggaran pertahanan Singapura (US$ 4.300 juta) hampir lima kali anggaran militer Indonesia (US$ 975 juta), padahal Singapura tidak lebih luas dari Jakarta. Untuk apa itu semua bila bukan untuk melakukan tindakan subversi terhadap Indonesia (dan Malaysia) dalam rangka menguasai Asia Tenggara yang Melayu, yang dianggap sebagai makanan empuk anjing serigala Singapura! Singapura adalah "Amerika kecil" di Asia Tenggara, seperti halnya Israel adalah "Amerika kecil" di Asia Barat. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 3 Maret 2002