Tanggal 28 September 1997, walaupun hari Ahad, namun roda kegiatan akademik di Fakultas Teknologi Industri UMI berputar terus. Hari itu di lantai tiga sidang ujian sarjana sekonyong-konyong diskors oleh Ketua Panitia Penguji yang selama ini belum pernah sidang ujian meja diskors tatkala sedang asyik-asyiknya berlangsung tanya jawab. Gedung terasa bergoyang, para dosen penguji, mahasiswa yang diuji, saling memandang dan hampir serempak mengucapkan kata yang sama: gempa.
Gempa, yang terasa di Kota Makassar ini, utamanya melanda Pare-Pare dan Pinrang pada hari Ahad itu, jam 09.38 Wita, sempat membelah tanah di Jalan Ahmad Yani, Pinrang. Dari tanah yang merekah itu tersembur keluar air berlumpur. Rusli, penduduk Pinrang, mengungkapkan bahwa tanah di depan rumahnya telah merekah menganga selebar sekitar 3 meter, sedalam 8 meter. Menurut Rusli rekahan itu menyatu kembali sekitar jam 11.00 Wita. Rupanya rentetan gempa susulan yang menyebabkan tanah itu merapat kembali, ibarat kata pepatah: Biduk (baca: gempa) lalu, kiambang (baca: tanah) bertaut. Gempa yang terjadi pada tanggal 28 September 1997 itu termasuk gempa biasa.
Dari semua jenis bencana alam gempalah yang paling mengerikan. Tanda-tanda pendahuluan gempa kadang-kadang berupa bunyi yang mendahului goncangan dan walaupun biasanya terjadi getaran pendahuluan, namun waktunya sangat singkat. Terhadap gempa hampir tidak ada kesempatan untuk meluputkan diri, sehingga menimbulkan teror yang membuat panik. Orang yang kurang kuat imannya akan merasa sangat berputus asa. Terhadap banjir, letusan gunung berapi, dan topan orang dapat berkemas cepat-cepat menyingkir, karena tanda-tanda pendahuluan bencana alam tersebut dapat memberi peringatan secara lebih dini ketimbang tanda-tanda pendahuluan gempa.
Indera pendeteksi pendahuluan gempa yang diberikan Allah SWT pada binatang jauh lebih peka dari seismograf. Indera pendeteksi binatang mampu menangkap bunyi dan gerakan tanah jauh sebelum goncangan gempa yang sebenarnya. Binatang-binatang ada yang berkelakuan aneh dan ada yang gelisah. Kuda menolak makanan yang disodorkan pemiliknya, menendang-nendang kandangnya berusaha untuk lepas, anjing-anjing melolong, burung-burung gelisah berkepak-kepak sambil berkicau tak karuan. Inilah yang sempat dicatat orang dari 130 kota kecil, jauh sebelum seismograf mampu mencatat isyarat gempa yang akan melanda Riviera dalam tahun 1887.
Tatkala gempa sangat jarang terjadi manusia ditelan hidup-hidup oleh tanah yang merekah lalu bertaut kembali (akibat langsung), melainkan pada umumnya korban tertimpa oleh runtuhan gedung (akibat tidak langsung). Gempa yang disebutkan dalam Perjanjian Lama dalam Kitab Bilangan sangatlah dahsyat, oleh karena gempa itu membinasakan secara langsung. Dathan, Korah dan Abiram beserta orang-orangnya ditelan bumi secara hidup-hidup.
Gempa yang tersebut dalam Kitab Bilangan itu termasuk gempa khusus. Kekhususannya itu ibarat pedang bermata dua. Pada sisi yang satu gempa khusus ini merupakan hukuman Allah SWT atas Dathan, Korah dan Abiram bersama orang-orangnya beserta para pendukungnya itu, karena mendurhaka kepada Allah SWT dengan menentang Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS (Bilangan 16:3). Sedangkan pada sisi lain gempa khusus itu menunjukkan bukti ke-Rasulan Nabi Musa AS di mata Bani Israil yang luput dari kebinasaan itu. Marilah kita ikuti secara lengkap penuturan ayat-ayat tentang gempa khusus yang menunjukkan bukti ke-Rasulan Nabi Musa AS dalam Kitab Bilangan seperti berikut:
If these men die the common death of all men, or if they be visited after the visitation of all men, then the Lord hath not sent me. But if the Lord make a new thing, and the earth open her mouth and swallow them up, and all that appertain unto them, and they go down quick into the pit; then ye shall understand that these men have provoked the Lord (Numbers 16:29-30). Jikalau orang-orang ini mati seperti biasanya semua orang lain mati, atau jika didatangkan kesukaran atas mereka seperti terjadi atas semua orang, maka aku bukanlah utusan Tuhan. Akan tetapi jika Tuhan membuat sesuatu yang baru, dan bumi mengangakan mulutnya dan menelan mereka, dan semua yang serta dengan mereka, dan mereka meluncur turun dengan cepat ke dalam lahad, maka fahamlah kamu bahwa orang-orang ini telah mencela Tuhan.
And it came to pass when he had made an end of speaking all these words, that the ground clave asunder that was under them. And the earth open her mouth and swallowed them up, and their houses, and all men appertained unto Korah, and all their goods. They and all appertain to them, went down alive into the pit, and the earth closed upon them, and they perish from among the congregation (Numbers 16:31-33). Dan setelah itu tatkala dia (Musa) telah mengucapkan semua ucapan ini, maka merekahlah tanah di bawah mereka itu. Dan bumipun mengangakan mulutnya dan menelan mereka, dan pemukiman mereka, dan semua orang yang bersama Korah dan semua harta benda mereka. Mereka dan semua yang serta dengan mereka, meluncur turun hidup-hidup ke dalam lahad, dan bumi menutupi mereka, dan mereka lenyap dari antara majelis.
Gempa yang lebih dahsyat lagi adalah gempa global, yaitu goncangan yang hebat sebagai prolog hari kiamat, seperti Firman Allah SWT dalam Al Quran:
Idza- Zulzilati lArdhu Zilza-laha-. Wa Akhrajati lArdhu Atsqa-laha-. Wa Qa-la 'lInsanu Ma- Laha-. Yawmaidzin Tuhadditsu Akhba-raha-. Bianna Rabbaka Awhay Laha-. Yawmaidzin Yashduru nNa-su Asyta-tan Liyuraw A'ma-luhum. Faman Ya'mal Mitsqa-la Dzarratin Khayran Yarahu. Waman Ya'mal Mitsqa-la Dzarratin Syarran Yarahu. (S. AlZilzal,1-8). Jika bumi bergoncang segoncang-goncangnya. Dan bumi mengeluarkan isinya. Maka berkatalah manusia, ada apa dengan bumi ini? Pada saat itu bumi memberitakan pekabarannya. Bahwa sesungguhnya Maha Pengaturmu memerintahkannya. Pada saat itu manusia keluar cerai berai untuk melihat amalan mereka. Maka barang-siapa mengerjakan kebaikan sezarrah akan dilihatnya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sezarrah akan dilihatnya (99:1-8). Wa Llahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 5 Oktober 1997