26 Oktober 1997

295. Pembangunan Rumah Kaca Penyebab Panas Global?

Suatu tanggung-jawab moral untuk meluruskan apa saja yang tidak lurus, baik itu berupa tindakan maupun pemahaman. Salah satu di antaranya yaitu pemahaman bahwa pembangunan rumah kaca adalah penyebab panas global. Pemahaman yang keliru ini telah dipublikasikan oleh Antara/Spektrum dengan judul berita: "Australia Mengelak dari Tantangan Panas Global." Kita kutip sebagian kecil:

"Sepertinya masyarakat Australia, ............mengekor di belakang kampanye internasional dalam mengurangi PEMBANGUNAN RUMAH KACA, YANG DITANDAI DENGAN SEBAGAI PENYEBAB PANAS GLOBAL (penulisan dengan huruf besar dari pengasuh kolom ini), yang dapat merusak iklim. Sebaliknya, pemerintahan Perdana Menteri John Howard kesulitan dalam menghalangi gerakan Uni Eropa, Amerika Serikat dan Jepang yang berusaha ..........untuk menyamakan tujuan dan sasaran dalam menghentikan GAS BUANG DARI RUMAH KACA (penulisan dengan huruf besar dari pengasuh kolom ini). Maksud dan tujuan serangan diplomatik Camberra sebenarnya sederhana, yaitu menghentikan konferensi ..........para pemimpin dunia di Jepang Desember yang akan menanda-tangani kesepakatan dalam pengurangan karbon monoksida serta emisi gas rumah kaca."

Kedua bagian kalimat yang dituliskan dengan huruf besar itu, sama sekali tidak benar. Dan itulah yang akan diluruskan. Namun sebelum pelurusan itu akan dianilisis terlebih dahulu, mengapa kesalahan itu sampai terjadi.

Ungkapan emisi gas rumah kaca itu betul, sama sekali tidak salah. Lalu ungkapan itu dijabarkan kira-kira seperti berikut: Emisi bermakna sesuatu yang dibuang keluar, lalu menjadilah ungkapan itu pembuangan gas rumah kaca. Sampai disini penjabaran itu masih benar. Dalam jabaran selanjutnya pembuangan gas diganti dengan gas buang, lalu diletakkan dalam komposisi gas buang rumah kaca. Maka mulailah ungkapan itu salah arah, karena gas buang rumah kaca dapat berarti gas buang dari rumah kaca, seperti yang dituliskan dengan huruf besar di atas. Jabaran selanjutnya ialah gas buang dari rumah kaca berarti rumah kaca yang empunya gas buang, dan selanjutnya ialah emisi gas rumah kaca yang menjadi penyebab panas global berkembang menjadi pembangunan rumah kaca, yang ditandai sebagai penyebab panas global seperti yang dicetak tebal dalam kutipan di atas. Dan inilah akhir evolusi penjabaran itu. Alhasil, rentetan pemikiran yang logis dengan hanya menggunakan permainan kata-kata, akan menjadi salah, apabila substansi yang dibahas (dalam hal ini "efek rumah kaca") tidak difahami.

Sesungguhnya apa yang disebut gas rumah kaca telah berulang-kali dikemukakan dalam kolom ini. Ada dua jenis gas pencemar, yaitu pertama, gas yang dikeluarkan oleh pabrik-pabrik kimia yang semuanya beracun dan kedua, gas buang hasil pembakaran bahan bakar yang dikeluarkan oleh mesin-mesin stasioner melalui cerobong asap pabrik-pabrik dan yang dikeluarkan melalui knalpot mesin-mesin propulsi otomobil dan kendaraan-kendaraan bermesin lainnya. Dari gas buang hasil pembakaran ini hanya CO2 yang tidak beracun.

Ada gas pencemar yang sengaja dibuat yaitu (C)hlor (F)luor (C)arbon untuk refrigrant mesin-mesin pendingin dan gas penekan dalam alat semprot pengharum ruangan, deodoran dll bagi juta-jutaan orang. Pada mulanya CFC ini tidak dianggap sebagai zat pencemar, oleh karena tidak beracun, tidak berbau, tidak berwarna, molekulnya stabil dll. Tidak beracun, atau beracun, semua gas pencemar tersebut termasuk keluarga gas-gas rumah kaca, yang berarti gas-gas penyebab efek rumah kaca. CFC setelah beberapa lama bergabung dalam keluarga gas rumah kaca, karena relatif ringan melepaskan diri dari keluarganya kemudian membubung ke atas untuk merobek ozon dengan giginya yang tajam yaitu unsur Fluor. Sebenarnya ozon itu gas beracun, namun Yang Maha Pemelihara menempatkannya jauh di atas untuk menjadi lapisan pelindung terhadap sinar ultra lembayung matahari yang berbahaya bagi manusia.

Apa itu efek rumah kaca? Ini sudah beberapa kali pula dikemukakan dalam kolom ini. Di tempat yang berhawa dingin beberapa buah-buahan dan sayur-sayuran ditanam di dalam rumah kaca (green house), oleh karena buah-buahan dan sayur-sayuran itu membutuhkan suhu yang lebih tinggi dari suhu udara luar. Kaca adalah zat bening, mudah ditembus sinar dari matahari yang disebut photon. Adapun photon itu memukul molekul-molekul udara dalam rumah kaca sehingga suhunya naik, udara bertambah panas. Kaca adalah penghantar panas yang jelek. Maka terperangkaplah panas itu dalam rumah kaca. Photon mudah menerobos masuk, namun setelah tenaga radiasi itu sudah ditransfer menjadi tenaga panas dalam rumah kaca, gelombang panas sukar menerobos keluar. Inilah efek rumah kaca, artinya efek terperangkapnya panas dalam rumah kaca.

Gas pencemar yang diperinci di atas itu membentuk lapisan tebal yang menutup permukaan bumi. Ruang antara permukaan bumi dengan lapisan gas itu tak ubahnya seperti ruang dalam rumah kaca. Gas sama sifatnya dengan kaca dalam hal mudah ditembus sinar matahari tetapi sukar ditembus panas. Terbentuklah perangkap panas yang besar, yaitu ruang antara lapisan gas pencemar dengan pemukaan bumi. Maka terjadilah pemanasan global. GAS PENCEMAR PENYEBAB EFEK RUMAH KACA inilah yang menjadi latar belakang lahirnya kosa kata baru: GAS RUMAH KACA. Tidak boleh diselipkan kata DARI di antara gas dengan rumah kaca! Sebab gas dari rumah kaca berarti rumah kaca yang empunya gas. Di sinilah letak inti kesalahan hasil penjabaran penulis berita dari Antara/Spektrum itu.

Maka demikianlah akibatnya seseorang yang mengembangkan sebuah ungkapan hanya bermodalkan pengertian kata sepenggal-sepenggal, tanpa berupaya terlebih dahulu memahami apa makna sesungguhnya dari ungkapan yang dikembangkannya itu. Pemanasan global ini yang diakibatkan oleh gas-gas rumah kaca, hasil perbuatan tangan-tangan manusia, telah membawa akibat naiknya permukaan laut akibat es di kedua kutub bumi mencair. Secara dramatis dipertontonkan oleh sebuah film jenis science fiction yang berjudul Water World. Pemanasan global menghabiskan gunung dan daratan es di kedua kutub menjadi (c)air, sehingga hampir semua permukaan bumi disapu air laut. Daratan yang sedikit tersisa menjadi semacam legenda bagi manusia penghuni Water World.

Selain itu daur (siklus) iklim menjadi tidak karuan. Badai el Nino semakin mengganas dari waktu ke waktu. Biasanya el Nino diikuti badai kering Nora (semacam anging barubu di Sulawesi Selatan dan angin bahorok di daerah Batak). Terik matahari bersinergi dengan badai kering memanggang daratan, yang menimbulkan titik-titik rawan api. Lawan gender el Nino yaitu la Nina mengguyurkan hujan lebat penyebab banjir yang membobolkan tanggul-tanggul, melongsorkan tanah, merobohkan bangunan-bangunan dan pohon-pohonan. Badai menggelegakkan air laut, kapal-kapal diterjang ombak dan arus laut.

Zhahara lFasa-du fiy lBarri walBahri biMa- Kasabat Aydi nNa-si liYudziyqahum Ba'dha Lladziy 'Amiluw La'allahum Yaji'uwna (S. Ar Ruwm, 41). Muncullah kerusakan di darat dan di laut disebabkan tangan-tangan manusia, untuk itu (Allah) merasakan kepada mereka sebagian dari yang mereka perbuat, supaya mereka kembali (30:41). Kembali maksudnya melangkah surut dari jalan yang salah untuk menapak jalan yang benar. WaLlahu A'lamu bi shShawab.

*** Makassar, 26 Oktober 1997