9 November 1997

297. Organisasi Matrix, Suatu Saran Untuk Universitas Hasanuddin

Pada waktu saya masih mahasiswa saya pernah membaca sebuah artikel dalam Reader's Digest. Judulnya saya masih ingat betul: The man I didn't kill. Ceritanya tentang penuturan seorang serdadu Amerika Serikat yang hampir saja menembak seorang serdadu Jerman. Tatkala serdadu Amerika itu akan menarik pelatuk senjatanya tiba-tiba serdadu Jerman itu menggeliat, kemudian menyapu salju yang melekat pada mantelnya. Sejenak terlintas di benak serdadu Amerika itu. Apa yang ada di depannya itu merasakan juga usikan salju. Makhluk di depan moncong senjatanya itu bukan robot perang, melainkan manusia juga seperti dirinya, punya ibu dan ayah. Mungkin sudah beristeri dan punya anak, seperti dia. Walhasil ia tidak jadi menembak serdadu Jerman itu.

Mengapa serdadu Amerika itu tidak jadi menembak serdadu Jerman itu? Oleh karena ia sempat menempatkan dirinya dalam diri serdadu Jerman itu. Sesungguhnya dalam hidup bermasyarakat konflik dapat dihindarkan, jika kita dapat menempatkan diri kita pada posisi orang lain. Bersedia memikirkan bagaimana orang lain berpikir, memikirkan apa yang orang lain rasakan, merasakan bagaimana orang lain berpikir, dan merasakan apa yang orang lain rasakan. Inilah yang disebut 'Arrafa, yang ditasrifkan menjadi Ta'a-rafuw dalam ayat berikut:

Ya-ayyuha nNa-su Inna- Khalaqnakum min Dzakarin wa Untsay wa Ja'alnakum Syu'uwban wa Qaba-ila liTa'a-rafuw Inna Akramakum 'inda Llahi Atqakum Inna Llaha 'Aliymun Khabiyrun (S. Al Hujura-t, 13). Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling berkenalan, sesungguhnya yang termulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang lebih taqwa, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Sadar (49:13).

Jika Syu'uwban wa Qaba-ila diaktualisasikan dalam kontex kehidupan kampus, maka dalam hal ini berbangsa-bangsa dan bersuku-suku turun menjadi skala berfakultas-fakultas dan berjurusan-jurusan. Sesuai dengan judul diatas, aktualisasi ini difokuskan pada kampus Unhas. Sebermula kampus Unhas hanya diperuntukkan bagi lima ribu orang mahasiswa. Sedangkan sekarang ini jumlah mahasiswa telah membengkak lima kali. Unhas sudah memikul beban mahasiswa jauh di atas daya tampungnya, sehingga kampus sudah dalam kondisi hiruk-pikuk (crowding).

Menurut ethology (ilmu perangai binatang) apabila dalam keadaan crowding maka naluri mempertahankan diri melampaui dosis normal, lalu menjadi agresif, yang menyebabkan perangai binatang berubah menjadi pemangsa sesamanya (kannibal). Dilihat dari segi naluri mempertahankan diri ini, maka manusia tidak ada bedanya dengan binatang.

Allah SWT memberikan ruh kepada manusia, sedangkan kepada binatang tidak. Ruh mempunyai perangkat halus yang disebut qalb(un), yang terdiri atas komponen halus shadr(un), fuad(un) dan hawa(y). Kita sesuaikan dengan lidah Indonesia menjadi kalbu, sadru, fuad dan hawa. Dzikir adalah aktivitas sadru yang diasah dalam ilmu tasawuf. Buahnya adalah rasa cinta kepada Allah dan RasulNya serta makhluqNya, sehingga tercapai ketenangan batin. Pikir adalah aktivitas fuad yang diasah dalam ilmu pengetahuan dan filsafat. Buahnya adalah rasionalitas, sehingga tercapai kepuasan intelektual. Gabungan sadru dengan fuad disebut akal. Naluri adalah aktivitas hawa yang diasah dalam pengalaman hidup. Buahnya adalah semangat mempertahankan diri. Manusia dikendalikan oleh akalnya, sedangkan binatang hanya dikendalikan oleh nalurinya.

Karena manusia mempunyai akal, maka walaupun dalam keadaan crowding, naluri mempertahankan diri dapat dicegah untuk tidak agresif. Caranya ialah terhadap struktur organisasi Unhas, yang dalam keadaan crowding itu, supaya diterapkan Organisasi Matrix sehingga komunikasi saling berkenalan menjadi lancar.

Organisasi Matrix pernah diterapkan di Unhas oleh Rektor Ahmad Amiruddin. Itu merupakan hasil Rapat Kerja di Watampone atas input dari Team Impact yang dibentuk Rektor sebelumnya. Yang disebut matrix ialah apa saja yang terdiri atas baris dan kolom. Organisasi Matrix adalah organisasi yang terdiri atas dua aliran, yaitu aliran baris dan aliran kolom. Aliran baris adalah aliran program pendidikan dan aliran kolom adalah aliran sumberdaya. Aliran program mengurusi kurikulum yang relevan dengan pembangunan, memonitor dan mengevaluasi perkuliahan, yang dilakukan oleh Ketua Program. Ketua-Ketua Program dikepalai oleh Dekan Kajian. Aliran sumberdaya dikepalai oleh Dekan Fakultas yang membawahkan (mengatasi, bukan membawahi) Ketua-Ketua Jurusan yang bertanggung-jawab atas sumberdaya dan membina ilmu.

Dengan Organisasi Matrix ini hilanglah sekat atau kapling jurusan-jurusan dalam intern fakultas dan kapling fakultas dalam intern universitas. Mahasiswa program pendidikan Teknik Mesin misalnya jika mau kuliah Hukum Milik Perindustrian harus mendatangi Fakultas Hukum pada jurusan yang membina mata ajaran yang bersangkutan. Mahasiswa program pendidikan Teknik Mesin menganggap Fakultas Hukum adalah fakutasnya pula, menganggap Fakultas Ekonomi fakultasnya pula karena di Fakultas Ekonomi ia shopping mata ajaran Manajemen Industri.

Dalam Organisasi Matrix di samping lancarnya proses komunikasi saling berkenalan, berlangsung pula prinsip mahasiswa mendatangi ilmu. Dalam organisasi yang bukan Organisasi Matrix mahasiswa tersekat dalam jurusan dan fakultasnya, ilmu mendatangi mahasiswa, karena ilmu itu dibawa oleh dosen dari luar kapling.

Sayang sekali Oganisasi Matrix ini tidak dikenal dalam organisasi rutin yang baku tetapi kaku. Organisasi Matrix di Unhas setelah berlangsung beberapa tahun dibubarkan karena bertentangan dengan Peraturan Pemerintah, perihal pembentukan dan organisasi universitas.

Syahdan dalam rangka mencegah tawuran seyogianya Senat Universitas Hasanudin mengambil keputusan yang selanjutnya diperjuangkan oleh Rektor ke pusat agar Universitas Hasanuddin dijadikan pilot poject Organisasi Matrix. Oleh karena dengan Organisasi Matrix ini peranan rasionalitas dan rasa cinta dari kalbu dalam aktivitas komunikasi saling berkenalan di antara mahasiswa dari berbagai fakutas akan mencegah timbulnya konflik. Jadi walaupun penghuni kampus dalam keadaan crowding, berhubung jumlahnya lima kali dari daya tampungnya, tawuran antar fakultas tercegah, karena tidak lagi timbul konflik, insya Allah.
WaLlahu A'lamu bi shShawab.

*** Makassar, 9 November 1997