21 September 1997

290. Oleh-oleh dari Upacara Wisuda Sarjana di Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Anak saya yang ketiga, Muh.Asad Abdurrahman diwisuda Program S1 Teknik Sipil. Saya hanya menghadiri upacara wisuda di Fakultas Teknik, sedang acara wisuda di Unhas 9 Sepetember 1997 dihadiri oleh ibunya dan abangnya.

Wakil orang tua wisudawan memberikan sambutan yang intinya mengenai keseimbangan antara dunia dan akhirat yang dijabarkan dalam keseimbangan antara Iptek dengan Imtaq. Ada dua hal yang akan dibahas yaitu pertama ungkapan Iptek dan Imtaq dan kedua mengenai keseimbangan di antara keduanya.

Sebenarnya yang dimaksud dengan ungkapan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) adalah terjemahan dari science and tekhnology. Terjemahan itu tidak tepat, sebab ilmu pengetahuan dipersempit pengertiannya menjadi sains, sehingga di luar sains, katakanlah hukum dan ekonomi misalnya, bukanlah ilmu pengetahuan. Jadi semestinya kita pakai saja: sains dan teknologi atau ilmu pengetahuan alam dan teknologi (Ipatek).

Secara umum mempersandingkan iman dan taqwa menjadi berkelebihan, bahkan ada kesan bahwa iman dan taqwa itu merupakan dua substansi yang masing-masing berdiri sendiri, tak ubahnya dengan ungkapan wahyu dan akal, iman dan ilmu nama kolom ini. Kalau timbul kesan yang demikian itu maka hubungan pengertian di antara keduanya akan menjadi rancu, oleh karena iman adalah bagian dari taqwa.

Ya-ayyuha- Lladziyna Amanuw Ittaquw Llaha (S. Al Hasyr, 18). Hai orang-orang beriman bertaqwalah kepada Allah (59:18). Ayat ini menjelaskan bahwa tidak semua orang beriman sudah dengan sendirinya bertaqwa. Ada orang yang beriman tetapi belum bertaqwa. Ayat diatas itu ditujukan kepada mereka yang beriman tetapi belum bertaqwa.

Siapakah orang-orang yang bertaqwa itu?

Alladziyna Yu'minuna bilGhaybi waYuqiymuwna shShalawta wamimMa- Razaqnahum Yunfiquwa (S. Al Baqarah, 3). Yaitu yang beriman kepada Yang Ghaib, dan mendirikan shalat), dan dari sebagian yang Kami rezekikan kepada mereka diinfaqkannya (2:3). Infaq yang wajib disebut zakat dan infaq sukarela disebut sadaqah. Menurut ayat (2:3) orang-orang bertaqwa itu ialah menurut rumus: taqwa = iman + shalat + infaq. Iman itu perlu tetapi belum cukup untuk menjadi taqwa. Shalat itu perlu tetapi belum cukup untuk menjadi taqwa. Infaq itu perlu tetapi belum cukup untuk menjadi taqwa. Orang beriman tetapi tidak shalat dan/atau tidak mengeluarkan infaq belumlah bertaqwa. Barulah perlu dan cukup untuk menjadi bertaqwa apabila ketiganya digabungkan, beriman, mendirikan shalat dan mengeluarkan infaq.

Karena iman adalah bagian dari taqwa maka seperti disebutkan di atas ungkapan secara umum yang mempersandingkan iman dan taqwa menjadi rancu. Iman dan taqwa dapat dipersandingkan hanya khusus dalam kontex mendapatkan pahala dan barakah dari Allah SWT.

WaLaw Annahum Amanuw waTtaqaw Lamatsuwbatun min 'indi Llahi Khayrun Law Ka-na Ya'lamuwna (S. Al Baqarah, 103). Kalau mereka beriman dan bertaqwa, sesungguhnya pahala dari sisi Allah lebih baik, jika mereka mengetahui (2:103). Walaw Anna Ahla lQuray Amanuw waTtaquw Lafatahna- 'Alayhim Barakatin mina sSama-i walArdhi (S. Al A'ra-f, 96). Kalau penduduk negeri itu beriman dan bertaqwa, niscaya Kami tumpahkan kepada mereka barakah dari langit dan bumi (7:96).

Kedua ayat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang beriman yang belum bertaqwa dan orang-orang yang bertaqwa masing-masing mendapatkan pahala dan barakah dari Allah SWT.

Akan tetapi dalam kontex sains dan teknologi, sudah cukup jika dikatakan bahwa sumberdaya manusia yang faham akan sains dan teknologi itu harus bertaqwa, tidak perlu ada kata iman, oleh karena orang yang bertaqwa itu persyaratannya harus beriman terlebih dahulu. Kalaupun kita ingin memakai kata beriman, maka kita katakan bahwa sumberdaya manusia yang faham akan sains dan teknolgi harus beriman dan beramal shalih. Inna lInsana lafiy Khusrin. Illa- Lladziyna Amanuw wa'Amiluw shShalihati (S. Al 'shr, 2-3). Sesungguhnya (sumberdaya) manusia dalam kerugian. Kecuali yang beriman dan beramal shalih (103:2-3). Tsumma Radadnahu Asfala Sa-filiyna. Illa- Lladziyna Amanuw wa'Amiluw shShalihati (S. At Tiyn, 5-6). Kemudian Kami campakkan (sumberdaya) manusia itu rendah serendah-rendahnya. Kecuali yang beriman dan beramal shalih (95:5-6).

Keseimbangan antara dunia dengan akhirat tidaklah dalam kontex sains dan teknologi dengan taqwa. Di sini bukanlahh konsep keseimbangan melainkan integrasi atau sekurang-kurangnya hubungan antara bangunan dengan fundasi. Sumberdaya manusia yang faham akan sains dan teknologi, melarutkan ilmu dan amalnya ke dalam ketaqwaannya, artinya ilmu dan amalnya itu menjadi bagian dari ketaqwaannya. Atau sekurang-kurangnya ilmu dan amal sumberdaya manusia yang faham akan sains dan teknologi menjadikan taqwa sebagai landasan dari ilmu dan amalnya. Jadi sekali-kali bukanlah konsep keseimbangan! WaLlahu A'lamu bi shShawab.

*** Makassar, 21 September 1997