7 September 1997

288. Mimpi

Malam Selasa tgl.1 atau 2 September 1997 isteri saya bermimpi. Berat dugaan saya mimpi itu pada tgl.2 September 1997, oleh karena lazimnya orang bermimpi di malam yang larut sekitar 2/3 malam, jadi liwat jam 24.00. Konon dalam tidurnya itu ia melihat dirinya membaca koran, tidak jelas koran apa, pada halaman pertama tertera judul berita: Pembunuh Bayaran yang Berkedok Paparazzi. Isi beritanya mengenai Polisi Perancis yang berhasil mengungkap bahwa pengendara motor yang menyilang mobil Putri Diana bersama Dodi Alfayed ternyata pembunuh bayaran yang berkedok paparazzi.

Sebermula saya tidak bermaksud untuk menceritakan mimpi isteri saya itu dalam kolom ini, akan tetapi dalam Harian FAJAR edisi Rabu, 3 September pada halaman 1 tertera judul berita Diana-Dodi Sengaja Dibunuh? yang berisikan berita bahwa Pers Eropa, terutama di Italia tertarik akan hipotesis yang datang dari pemberitaan pers Arab. Menurut hipotesis itu kecelakaan tersebut memang direkayasa oleh sebuah komplotan yang mungkin berasal dari salah satu keluarga kerajaan yang tidak menghendaki hubungan Diana dengan Dodi berlanjut ke lembaga perkawinan. Saya bertanya-tanya mengapa sampai mimpi isteri saya itu sejalan dengan hipotesis tersebut, bahkan mimpi itu secara teknis lebih maju, oleh karena adanya perincian bahwa yang membunuh itu adalah pembunuh bayaran yang berkedok paparazzi.

Menurut psikoanalisis Freud, mimpi itu adalah pencapaian tersembunyi dari hasrat yang tertekan; bahwa mimpi itu merupakan drama dalam alam bawah sadar; bahwa mimpi itu adalah buah konflik antara Id dengan Super-Ego dalam alam bawah sadar. Dengan demikian doktrin Freud tidak berdaya untuk menjelaskan kesejajaran mimpi isteri saya itu dengan hipotesis tersebut, karena mana mungkin akan terjadi drama dalam alam bawah sadar, jika sebelum isteri saya bermimpi, ia baru mendapatkan input informasi Diana - Dodi dikejar paparazzi, ia belum mendapat input hipotesis
tersebut.

Freud mengklasifikasikan aktivitas mental dalam tiga tataran: Id, Ego dan Super-Ego. Id dan Super-Ego terletak dalam alam bawah sadar, hanya Ego yang menyadari alam sekelilingnya, ibarat bagian gunung es yang tersembul di atas permukaan air. Ego menempati posisi sub-ordinat, kasarnya kesadaran itu adalah budak dari alam bawah sadar. Id bersifat primitif, buta dan serampangan, tidak mengenal moralitas, mengandung tenaga psikis yang disebut libido yang berkarakteristik seksual.

Kita tinggalkan dahulu doktrin Freud dalam kontex mimpi tersebut. Seperti yang telah ditulis dalam Seri 001, Allah meniupkan ruh ke dalam diri manusia, yang tidak diberikanNya kepada makhluq bumi yang lain. Karena manusia mempunyai ruh, ia mempunyai kekuatan ruhaniyah yaitu akal. Dengan akal itu manusia mempunyai kesadaran akan wujud dirinya. Dengan otak sebagai mekanisme, akal manusia dapat berpikir dan dengan qalbu sebagai mekanisme akal manusia dapat merenung dan merasa. Allah menciptakan manusia dalam keadaan, "fiy ahsani taqwiym" (95:4).

Manusia terdiri atas tiga tataran: Tataran pertama, ialah jasmani beserta ALHWY (al hawa-) atau naluri. Tataran kedua ialah nafsani, atau kedirian, atau jiwa. Tataran ketiga ialah ruhani. Qalb terdapat baik pada tataran pertama maupun pada kedua. Qalb pada tataran pertama adalah jantung, yang kalau ini rusak, rusaklah seluruh tubuh, karena qalb kembang kempis untuk memompa darah. Qalb pada tataran nafsani itulah yang disebut dengan hati nurani dalam bahasa Indonesia. Qalb pada tataran ini juga kembang kempis, sebentar cenderung beriman, sebentar cenderung kafir. Kalau ini rusak, rusaklah jiwa manusia. Kedua tataran ini dapat dipelajari, oleh sebab itu ada ilmu jasmani dan ilmu nafsani atau ilmu jiwa. Tidak ada ilmu ruhani, karena: WYSaLWNK 'AN ALRWh QL ALRWh MN AMR RBY WMA AWTYTM MN AL'ALM QLYLA (S. BNY ASRAaYL, 85), dibaca: wayas.alu-naka 'anir ru-hi, qulir ru-hu min amri rabbbi- wamaa u-ti-tum minal 'ilmi illa- qali-la- (s. bani isra-i-l), artinya: mereka bertanya kepadamu (hai Muhammad) tentang ruh, katakan, ruh itu (bagian) dari urusan Maha Pengaturku, tiadalah kamu diberi ilmu kecuali sedikit (7:85).

Pada tataran pertama, ada persamaan antara manusia dengan binatang, yaitu naluri yang membangkitkan hasrat untuk mempertahankan hidup, yakni hasrat makan, minum dan sex untuk melanjutkan keturunan. Yang tidak dimiliki oleh binatang, hanya dimiliki oleh manusia ialah naluri yang membangkitkan hasrat untuk meningkatkan kehidupan. Upaya akal yang bersungguh-sungguh mengendalikan al hawa dalam keadaan sadar, sehingga orang mendapatkan pahala jika al hawa dapat dikendalikan oleh akal, sebaliknya mendapat dosa jika akal tidak dapat mengendalikan al hawa.

Adapun doktorin Freud tentang konflik antara Id dengan Super-Ego yang berlangsung dalam alam bawah sadar, sesungguhnya melecehkan adanya tanggung-jawab (baca: kewajiban asasi manusia). Buat apa dipertanggung-jawabkan, bukankah pertarungan itu berlangsung dalam alam bawah sadar? Pelecehan atas kewajiban asasi manusia ini bertentangan dengan ajaran tentang adanya Hari Pengadilan untuk mempertanggung-jawabkan aktivitas manusia di hadapan Allah SWT. Ini patut menjadi perhatian bagi para pakar psikologi ummat Islam yang mengecer doktrin Freud.

Seperti telah dijelaskan dalam Seri 001, dengan otak sebagai mekanisme, akal manusia dapat berpikir dan dengan qalbu (hati nurani) sebagai mekanisme akal manusia dapat merenung dan merasa. Akal sebagai kekuatan ruhaniyah tetap bekerja baik di waktu bangun maupun waktu tidur. Apa yang kita coba pikirkan pada waktu bangun, proses berpikir itu dapat berlanjut terus sewaktu kita tidur. Terkadang kita dapat memecahkan masalah dalam keadaan bangun, tetapi dapat pula pemecahan masalah itu diperoleh tatkala kita sedang tidur dalam wujud mimpi.

Mimpi itu tidak lain adalah pertanda untuk masa yang akan datang dari Allah SWT yang diberikan kepada para Nabi, waliyuLlah ataupun orang-orang tertentu, atau mimpi itu adalah proses merasa, berpikir dan bernaluri yang berlanjut terus tatkala tidur. Apabila ada dua alternatif yang sama berat yang harus dipilih salah satunya, ataupun dua alternatif memilih atau tidak memilih, kita shalat istikharah = memohon pilihan, dan tidak jarang jawabannya diperoleh melalui mimpi.

Namun kebanyakan mimpi itu hanya merupakan "bunga-bunga tidur", karena tatkala mau tidur pikiran ataupun qalbu tidak serius terfokus pada masalah tertentu yang ingin dipercahkan, melainkan pikiran itu melantur kiri-kanan secara sporadis. Ada satu hal penting pula yang perlu dicatat, bahwa dalam keadaan "relax" tiba-tiba timbul begitu saja pemecahan masalah, seperti yang dialami Sir Isaac Newton (1642-1727). Dalam keadaan relax ia tertimpa bua appel yang jatuh, maka terjawablah apa yang selama ini dipikirkannya, yaitu mekanisme yang mengatur gerak benda-benda langit di makro-kosmos, yaitu appel jatuh karena "ditarik" oleh bumi. Maka dalam keadaan relaxpun sama dengan tidur, proses merasa, berpikir dan bernaluri berlanjut terus.

Kembali pada mimpi isteri saya. Pada waktu terdengar berita di Televisi maupun terbaca di koran-koran tentang tragedi yang menimpa pasangan Diana - Dodi, memang pada waktu itu isteri saya langsung berkomentar tentang kemungkinan sabotase. Sewaktu tidur pada malam Selasa itu proses berpikir isteri saya berjalan terus, dan hasilnya ialah bermimpi membaca berita di koran: Pembunuh Bayaran yang Berkedok Paparazzi. Tentu saja proses berpikir terus dalam tidur yang berwujud mimpi itu sifatnya tidak berbeda dengan hasil pemikiran keadaan bangun, yaitu mungkin benar, mungkin pula salah.

Harus diingat bahwa tidak selamanya mimpi itu berupa aktivitas berpikir tatkala tidur. Ada mimpi yang bersumber dari Maha Sumber, tetapi ini sangat jarang, seperti mimpinya Yusuf (belum nabi) dan mimpinya Raja Mesir (bukan Fir'aun).

Mimpi Raja Mesir ini dita'wilkan oleh Nabi Yusuf AS bahwa tujuh ekor sapi gemuk adalah tujuh tahun produksi cocok tanam dan tujuh ekor sapi kurus adalah tujuh tahun musim paceklik. WaLlahu A'lamu bi shShawab.

*** Makassar, 7 September 1997