11 Oktober 1998

343. Klasifikasi Bintang-Bintang

Seri ini masih menyangkut bintang-bintang pada bola langit. Ini tetap aktual untuk dibahas. Sejenak kita tinggalkan dahulu pergolakan hamba Allah di atas globa ini. Ada dua jalur ilmu itu berkembang, pertama, akumulasi pengetahuan secara berdikit-dikit dalam kerangka (framework, pola, paradigma) yang sudah ada, kedua, pengetahuan itu berkembang dalam kerangka yang berubah. Ilmu yang berkembang sekarang ini menempuh jalur yang pertama dalam kerangka pandangan materialisme, utamanya filsafat positivisme.

Perlu dipertegas perbedaan materialistis dengan materialisme. Materialistis berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, yaitu berarti mata duitan, lawan dari idealistis yaitu mereka yang tidak begitu hirau akan harta-benda seperti para sufi. Materialisme dipakai dalam filsafat, yaitu pandangan yang tidak mengakui dan tidak percaya eksistensi di luar materi. Materialisme memperanakkan atheisme (tegas menolak eksistensi Tuhan) dan agonstisisme (meragukan adanya Tuhan). Filsafat historische materialisme yang dialektis dari Karl Marx termasuk dalam kategori ini. Lawannya adalah filsafat idealisme yang tidak mengakui apa yang ditangkap oleh pancaindera. Apa yang kita saksikan sebenarnya tidak nyata, melainkan hanyalah sekadar proyeksi alam ideal.

Demikianlah keadaannya ilmu yang berkembang sekarang ini. Hal-hal yang di luar materi, terletak di luar kerangka yang membatasi perkembangan ilmu itu. Maka memasukkan sumber informasi yang berasal dari wahyu dalam pembahasan ilmu dicap tidak ilmiyah, karena wahyu itu terletak di luar kerangka yang membatasi itu. Ini dapat memecah kepribadian seseorang. Dalam diskusi tentang teori evolusi Darwin yang diselenggarakan oleh jurusan Biologi Fakultas Mipa Universitas Hasanuddin beberapa tahun yang lalu (saya termasuk salah seorang pemakalah) saya merasa sangat sedih mendengarkan pernyataan seorang dosen senior biologi yang mengatakan: Sebagai seorang ilmuan saya menerima teori evolusi Darwin, tetapi sebagai seorang beragama saya bersikap menolak teori evolusi Darwin.

Dalam orasi ilmiyah yang saya kemukakan dalam Milad Universitas Muslim Indonesia yang ke-41, 25 Muharram 1416 H, 24 Juni 1995 M saya mengemukakan paradigma (frame work, kerangka) baru, yaitu materi dan wahyu diletakkan dalam satu paradigma. Yaitu mengkaji sumber informasi dari ayat Qawliyah (Al Quran) dan ayat Kawniyah (physical world) dalam satu paradigma.

Astronomi seperti ilmu-ilmu lain berkembang sedikit demi sedikit dalam paradigma filsafat materialisme. Allah sebagai Maha Pencipta dan Maha Pengatur alam semesta terletak di luar paradigma filsafat materialisme. Astronomi dalam paradigma filsafat materialisme seperti keadaannya sekarang ini tidak mengenal TaqgiruLlah (hukum Allah). Dalam kerangka filsafat materialisme benda-benda langit diatur oleh hukum alam yaitu mekanika khususnya gravitasi dan kinematika (ilmu gerak).

Bintang-bintang pada bola langit diklasifikasikan menurut kriteria gerakannya. Hampir semua benda-benda langit walaupun bergerak terbit di timur terbenam di barat, benda-benda langit itu tetap jaraknya antara satu dengan yang lain. Lalu dinamakanlah mereka dengan istilah bintang-bintang tetap. Ada sepuluh buah benda langit yang yang jaraknya tidak tetap terhadap bintang-bintang tetap, yaitu matahari, bulan dan delapan buah bintang. Maka dinamakanlah kedelapan bintang itu dengan planet (dari bahasa Yunani yang berarti musafir). Diantara yang delapan planet itu ada lima buah yang dapat disaksikan langsung dengan mata kasar yaitu: bintang Utarid (Merkuri), bintang Timur atau bintang Kejora (Venus), bintang Marikh (Mars), bintang Mustari (Jupiter) dan bintang Zuhal (Saturnus). Sisanya tidak dapat dilihat kecuali dengan bantuan teropong bintang, yaitu Uranus, Neptunus dan Pluto. Sesungguhnya kedelapan planet itu adalah satelit matahari. Karena bumi kita ini tergolong pula dalam satelit matahari, maka bumi ini disebutlah pula planet, jadi ada sembilan planet. Disamping itu ada pula satelit matahari yang terdiri atas bungkahan-bungkahan yang disebut astroid (bintang-bintang kecil), diduga berasal dari sebuah planet yang telah berantakan, sehingga biasa pula disebut dengan planetoid. Sehingga pada bagian dalam dari bumi ada 2 planet, pada bagian luar ada 6 planet ditambah 1 planetoid. Di samping itu ada pula satelit matahari yang disebut komet, bintang berekor. Diduga bintang-bintang beralih (meteor) yang setiap saat menghantam bumi bersumber dari planetoiod. Sedangkan apabila terjadi hujan meteor, maka tatkala itu bumi masuk ke daerah debu angkasa yang diringgalkan oleh ekor komet.

Seperti dijelaskan dalam seri yang lalu, yang disebut bintang-bintang tetap itu beredar mengelilingi pusat galaxy Milky Way. Selanjutnya galaxies, clusters bergerak saling menjauhi. Kecepatan radialnya dilihat dari bumi kita berbanding lurus dengan jaraknya dari bumi. Jadi semuanya bergerak, sehingga dengan majunya astronomi, penggolongan bintang-bintang menurut kriteria gerak tidak dapat dipertahankan lagi.

***

Dengan ilmu yang baru, seperti hasil ijtihadi saya, yang saya presentasikan dalam orasi ilmiyah yang saya dalam Milad Universitas Muslim Indonesia yang ke-41, 25 Muharram 1416 H, 24 Juni 1995 M, yang telah saya tulis di atas, yaitu materi dan wahyu diletakkan dalam satu paradigma, maka kriteria penggolongan bintang-bintang dapat kita meruju' kepada Al Quran.

Firman Allah:
-- ANA ZYNA ALSMAa ALDNYA BZYNT n ALKWAKB (S. ALSHFT, 6), dibaca: inna- zayannas sama-ad dunya- bizi-natinil kawa-kibi (s. Ashshaffat), artinya: Sesungguhnya Kami hiasi langit yang dekat dunia dengan hiasan kawa-kib (37:6).
ALMSHBAh FY ZJAJT ALZJAJT KANHA KWKB (S. ALNWR, 35), dibaca: almishba-hu fi- zuja-jah azzuja-jatu kaanha- kawkabun (a. Annu-r), artinya: Pelita di tengah kaca dan kaca itu ibarat kawkab.

-- WHW ALDZY J'AL LKM ALNJWM LTAHTDWA BHA FY ZHLMATI ALBR WLBhR (S. ALAN'AAM, 97), dibaca: wa huwal lladzi- ja'ala lakumun nuju-ma litahtadu- biha- fi- zhuluma-til barri wal bahri (s. Al an'a-m), artinya: Dialah yang menjadikan bagimu nujum untuk menjadi pedoman dengannya dalam kegelapan malam baik di darat maupun di laut (6:97).
ALNJM ALTSAQB (S. AL THARQ, 3), dibaca: annajmuts tsa-qib (s. Aththa-riq), artinya: najmun itu cemerlang (86:3).

Menurut Al Quran ada tiga jenis bintang yaitu kawkabun, najmun dan buruwjun. Pembagian itu berdasar atas kriteria jarak, keadaan fisik dan penggugusan. Kawkabun jaraknya dekat (langit yang dekat dunia, 37:6) dan tidak mempunyai cahaya sendiri (kaca itu ibarat kawkabun, 24:35), hanya memantulkan cahaya dari sinar matahari. Najmun letaknya jauh (pedoman dengannya dalam kegelapan malam, 6:97) dan memancarkan sinar sendiri bercahaya cemerlang (najmun itu cemerlang, 86:3). Dalam Al Quran kata buruwjun (bentuk jama') selalu dipakai, tidak ada dalam bentuk mufrad (singular).

Adapun klasifikasi benda-benda langit itu secara lengkap seperti berikut:

1. Kawa-kibun: jaraknya dari matahari(*) diameter(*)
Utarid (Merkuri), 36-juta 2900
Kejora (b.Timur, Venus), 67-juta 7600
Bumi, 93-juta 7913
Marikh (Mars), 142-juta 4100
Mustari (Jupiter), 483-juta 86600
Zuhal (Saturnus), 886-juta 72700
Uranus, 1780-juta 29500
Neptunus, 2790-juta 27800
Pluto, 3670-juta 3600
komet,
planetoid (astroid),
meteor
-------------------------
(*)dalam miles, angka rata-rata dibulatkan

2. Nujuwmun:
bintang tunggal,
bintang kembar,
bintang raksasa,

3. Burujun:
lubang-lubang hitam (black holes),
bintang-bintang redup (kerdil),
galaxy,
cluster

4. Dukhan

dll yang manusia belum dapat dan belum sempat mengenalnya. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 11 Oktober 1998