18 November 2001

500. Peristiwa Penyebab Turunnya S alAn'am, Ayat 52

Demi keotentikan, sebagai pertanggung-jawaban kepada Allah SWT, dalam kolom ini setiap ayat Al Quran ditransliterasikan huruf demi huruf. Bila pembaca merasa "terusik" dengan transliterasi ini, tolong dilampaui, langsung ke cara membacanya saja.
Dalam bulan suci Ramadhan ini elok kiranya para elit yang masih menganggap dirinya pemimpin bangsa merenung akan peristiwa penyebab turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu S. alAn'am, ayat 52.

Dalam sebuah majelis (seat) Nabi Muhammad SAW berkumpul bersama para sahabat yang berpakaian lusuh, berjubah bulu yang kasar, pertanda mereka orang-orang miskin. Para sahabat dalam majelis itu hampir semuanya bekas budak-belian, namun mereka semuanya adalah Mujahidin sahabat senior Nabi Muhammad SAW, seperti Salman al-Farisi, Ammar bin Yasir, Bilal, Suhayb Khabab bin Al-Arat.

Syahdan, masuklah serombongan bangsawan Quraisy yang baru masuk islam datang ke majelis Nabi. Ketika melihat orang-orang di sekitar Nabi Muhammad SAW, mereka mencibir dan menunjukkan kebenciannya. Mereka berkata kepada Nabi, "Kami mengusulkan kepadamu agar menyediakan majelis khusus bagi kami. Orang-orang Arab akan mengenal kemuliaan kita. Para utusan dari berbagai kabilah Arab akan datang menemuimu. Kami malu kalau mereka melihat kami duduk dengan budak-budak ini. Apabila kami datang menemuimu, jauhkanlah mereka dari kami. Apabila urusan kami sudah selesai, bolehlah anda duduk bersama mereka sesukamu."

Uyainah bin Hishn menegaskan lagi, "Bau Salman alFarisi menggangguku", Uyainah menyindir bau jubah bulu yang dipakai para sahabat Nabi yang miskin itu. "Buatlah majelis khusus bagi kami sehingga kami tidak berkumpul bersama mereka. Buat juga majelis bagi mereka sehingga mereka tidak berkumpul bersama kami." Tiba-tiba turunlah malaikat Jibril AS menyampaikan Firman Allah:
-- WLA TTHRD ALDZYN YD'AWN RBHM BALGHDWT WAL'ASYY YRYDWN WJHH MA 'ALYK MN HSABHM MN SYYa WMA MN HSABK 'ALYHM MN SYYa FTTHRD HM FTKWN MN ALZHALMYN (S. ALAN'AAM, 52), dibaca: wala- tathrudil ladzi-na yad'u-na rabbahum bil ghada-ti wal 'asyiyyi yuri-du-na wajhahu- ma- 'alayka min hisa-bi him min syay.iw wama- min hisa-bika 'alayhim min syay.in fatathruda hum fataku-na minazh zha-limi-n, artinya: Dan janganlah kamu mengusir (hai para bangsawan Quraisy) orang-orang yang menyeru Maha Pemeliharanya di pagi hari dan di petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka (para sahabat miskin itu). Begitu pula mereka tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (merasa berhak) mengusir mereka, sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim (6:52).

Nabi Muhammad saw setelah menerima wahyu itu dari malaikat Jibril AS, segera menyuruh para sahabat berbaju lusuh yang veteran senior itu duduk lebih dekat lagi sehingga lutut-lutut mereka merapat dengan lutut Rasulullah saw seraya menatap berkeliling kepada para sahabat miskin itu, kemudian bersabda: "Assalam'Alaikum." Salam Nabi Muhammad SAW yang ditujukan kepada para sahabat yang berjubah bulu kasar itu, merupakan jawaban tegas atas usul para pembesar Quraisy itu. Sejak itu, apabila kaum fukara ini berkumpul bersama Nabi, beliau tidak meninggalkan tempat sebelum orang-orang miskin itu pergi. Apabila beliau masuk ke majelis, beliau memilih duduk dalam kelompok mereka.

***
Pengungsi Afghanistan yang ada di Wisma Palar Bogor, tidak disenangi oleh rakyat Indonesia sekitarnya. Menurut para pengurus Wisma Palar, pengungsi dari Afghanistan itu rewel, sebab untuk mandi, mereka sering beralasan, airnya joroklah, tidak bisa tidur karena banyak nyamuklah, seprei yang dipasang tidak rapilah, yah ciri - ciri kelas tinggi, para elit yang kaya-kaya. Coba, mereka mampu membayar biaya pelarian dari Afghanistan dengan mengeluarkan biaya sekitar 5000 sampai 25000 US Dollar.
Dengarlah apa kata Tetsu Nakamura, seorang dokter yang bertugas melayani kesehatan para pengungsi Afghanistan di Pakistan sebelum hancurnya WTC dan Pentagon: "The people most vocal in criticizing the Taliban are upper-class Afghans who have been deprived of their privileges. Afghan women speaking critically of the Taliban are dressed in shiny silk-like costumes, with large rings on their fingers."

Alhasil, para pengungsi Afghanistan yang di Bogor tersebut adalah "bangsawan Quraisynya" Afghanistan. Mereka membenci Thaliban miskin-miskin yang berpakaian lusuh itu seperti Uyainah bin Hishn mencibir dan menunjukkan kebenciannya kepada Mujahidin miskin yang berjubah bulu kasar, sahabat senior Nabi Muhammad SAW.

***
Arkian, hai para elit yang merasa pemimpin bangsa. Bukalah cermin di hati kalian itu.. Tariklah nafas sejenak untuk berkaca ke dalam cermin itu. Apakah kamu sekalian hai yang merasa pemimpin bangsa, tidak sampai melihat dirimu dalam cermin itu seperti pembesar Quraisy yang terganggu dengan bau tubuh orang miskin?. Atau tidak sampai seperti "upper-class" Afghan refugees yang membenci Thaliban yang miskin-miskin berpakaian lusuh itu? Apakah dalam cermin itu masih sampai terlihat refleksi kota-kota yang selama ini mesti dibersihkan dari mereka, kaum fukara, kaum pinggiran? Atau masih sampai terlihat dalam cermin itu visi bahwa kota baru gemerlap bila mereka kaum marginal disingkirkan? Atau pemandangan baru indah bila rumah-rumah kumuh digusur? Renung, renungkanlah itu semuanya dalam bulan suci Ramadhan ini! WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 18 November 2001