6 September 2009

890. Tidak Perlu Emosi

Mahasiswa yang bergabung dalam Front Aksi Mahasiswa IAIN SMH Banten dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisaris Unirta menuntut Malaysia minta maaf secara resmi kepada Indonesia melalui Perdana Menteri Malaysia. Hal itu ditegaskan mahasiswa untuk menyikapi pengklaiman Pemerintah Malaysia terhadap tari Pendet asal Bali.

Koordinator lapangan, Indra Saputra menegaskan Malaysia adalah musuh yang nyata bagi Indonesia. "Malaysia bertindak sewenang-wenang terhadap bangsa kita, mulai dari seni, budaya hingga adat istiadat<" tegas Indra usai melakukan aksi di depan Kampus IAIN SMH Banten di kota Serang, Rabu Siang, 26 Agustus 2009. Selain menggelar mimbar bebas, massa juga membakar bendera Malaysia.

Apa benar Malaysia adalah musuh yang nyata bagi Indonesia? Apakah benar Pemerintah Malaysia mengklaim tari Pendet? Apakah benar Malaysia bertindak sewenang-wenang terhadap bangsa kita dalam hal adat istiadat? Dari manakah sumber berita tersebut?

Sangat disayangkan para mahasiswa yang pakai label Islam di depan Kampus berlabel Islam dengan secara impulsif melahap berita demikian itu? Kita kecewa, karena mereka pakai label Islam, padahal dalam Al-Quran Allah berfirman:
-- YAYHA ALDzYN AMNWA AN JAaKM FASQ BNBA FTBYNWA AN TShYBWA QWMA BJHALT FTShBHWA 'ALY MA F'ALTM NADMYN (S. ALhJRAT, 49:6), dibaca:
-- ya-ayyuhal ladzi-na a-manu- in ja-kum fa-siqum binabain fatabayyanu- an tushi-bu qawman bijaha-latin fatushbihu- 'ala- ma- fa'altum na-dimi-n, artinya:
-- Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang-orang fasiq dengan berita, maka lakukanlah tabayyun (klarifikasi), jangan sampai kamu tanpa pengetahuan menimpakan musibah kepada suatu kaum, lalu kamu menyesal atas perbuatanmu.

Yang jelas bukan Pemerintah Malaysia yang mengklaim, akan tetapi berita yang benar adalah Vidio klip tari Pendet merupakan inisiatif Discovery Networks Asia-Pasific yang dibayar oleh Discovery Channel yang berkantor di Singapura. Itu artinya lain yang gatal, lain yang digaruk. Tentang adat-istiadat, oh ini adalah "grey area" (daerah abu-abu), karena penduduk Malaysia terdiri dari beberapa etnis pendatang yang sudah bermukim "tujuh" turunan, antara lain etnis Melayu Deli / Minang / Acheh (ingat P.Ramlee, yang berasal dari Acheh, sutradara terkenal film-film Melayu Semenanjung, yang dalam salah satu filmnya ada back-ground music berupa melodi "Terang Bulan") serta etnis Bugis-Makassar. Mengenai lagu rasa sayang-sayange, apakah itu murni dari Ambon? Sama sekali tidak! "Rasa sayange, rasa sayang sayange, e lihat nona dari jauh rasa sayang sayange," itukan cuma refrein. Itu didahului oleh Pantun Melayu, seperti antara lain:
Dari mana datangnya lintah,
dari sawah turun ke kali.
Dari mana datangnya cinta,
dari mata turun ke hati.

Tentang reog Ponorogo? Baiklah kita menyimak penuuturan Effendy Choirie dalam diskusi di TV-One bebarapa hari yang lalu. Malaysia adalah campuran dari berbagai etnis yang masing-masing membawa budayanya. Effendy Choirie, yang menimba ilmu di Malaysia, menuturkan bahwa tatkala upacara penammatannya di Malaysia ada gamelan. Sekarang adalah generasi ketiga dari mereka yang etnik Jawa yang bawa gamelan (dan reog) ke Malaysia.

Ada juga berita lucu dan kekanak-kanakan dari Solo. Keceknyo ingin mensomasi Pemertntah Malaysia karena Lagu Kebangsaan Malaysia melodinya sama dengan lagu "Terang Bulan" yang direkam dalam piring-hitam oleh Lokananta. Itu Lokananta yang merekam tahun 1956 mengambil itu "Terang Bulan" dari mana? P. Ramlee telah melantunkan dalam salah satu filmnya yang ada back-ground music berupa melodi "Terang Bulan", seperti dikemukakan di atas. Masih terekam dalam kulit otak saya pada waktu masih ABG (saya sekarang berumur 78 tahun menurut Kalender Masehi, atau 80 tahun lebih menurut Penanggalan Hijriyah), Komedi Bangsawan membuka acaranya dengan:
Hip, hip hura selamatlah datang tuan. Kami terima denganlah ketawa, dst., dst. Dan tak pernah lupa menyuguhkan lagu "Terang Bulan":
Terang bulan, teranglah di kali
Buaya timbul kusangkalah(*) mati
Jangan percaya mulutnya lelaki
Berani sumpah tapi takut mati
-------
(*) Dalam rekaman Lokananta pakai awalan di

Dan inilah Lagu Kebangsaan Malaysia "Negaraku":
Negaraku tanah tumpanya darahku
Rakyat hidup bersatu dan maju
Rahmat bahagia Tuhan Kurniakan
Raja kita selamat bertakhta
Rahmat bahagia Tuhan Kurniakan
Raja kita selamat bertakhta

Adalah kenyataan bahwa dalam Lagu Kebangsaan Malaysia ada kata Tuhan, padahal dalam Lagu Kebangsaan kita sama sekali tidak ada kata Tuhan, dan itu tidak sinkron dengan UUD-1945 BAB XI psl 29, di mana termaktub dengan jelas:
Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
***

Alhasil, kalau ada permasalahan budaya dengan Malaysia, tidaklah perlu bersikap emosional, karena ada lembaga untuk membicarakan polemik itu dari hati ke hati secara rasional, yaitu lembaga Eminent Person Group (EMG), sebuah forum diskusi yang dibentuk oleh Indonesia dan Malayia, yang beranggotakan tokoh-tokoh senior Indonesia dan Malaysia, guna menyelesaikan masalah antara kedua negara. Baiklah kita kutip Jubir Kepresidenan, Andi Alfian Mallarangang spb:
"Sebelum isu klaim budaya seperti itu berkembang lebih jauh dan mengacam hubungan kedua negara, sebaiknya EPG secara proaktif bertemu dan menyelesaikan masalah secara bersahaja."

Sekali lagi tidaklah perlu bersikap impulsif emosioanal seperti bunyi spanduk yang ditayangkan oleh pendemo: "Ganyang Malaysia". Memangnya mau mundur ke era Orde Lama !? Lebih baik menempuh dipolmasi simpatik "makan siang", seperti kunjungannya Perdana Menteri Malaysia baru-baru ini ke ibu kota Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 6 September 2009