Provinsi Sumatera Barat memihak pada rakyat kecil atau warga lokal, yaitu tidak memberi izin dua raksasa pusat belanja Alfamart dan Indomart masuk dalam wilayahnya. Pemda setempat melindungi para pedagang kecil asongan, untuk tetap bisa berusaha menjajakan dagangannya tanpa harus khawatir terhadap investor luar.
2.2. From: Kartono Mohamad <kmjp47@indosat.net.id>. Sent: Saturday, December 31, 2011 3:57 PM.
Dulu Pemuda Rakyat latihan militer di Lubang Buaya katanya utk mempersiapkan diri melawan Malaysia.
-- YAYHA ALDzYN AMNWA AN JAaKM FASQ BNBA FTBYNWA (S. ALhJRAT, 49:6), dibaca: yaa-ayyuhal ladziina aamanuu in jaa-akum faasiqum binabain fatabayyanuu, artinya:
-- Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang-orang fasiq dengan berita, maka lakukanlah tabayyun.
8 Januari 2012
1008 Investor Asing dan Lubang Buaya
1. http://sosbud.kompasiana.com/2011/12/27/sumatera-barat-tanpa-alfamart-dan-indomart/
Inilah cermin yang patut dipertimbangkan oleh para Bupati dan Walikota di daerah ini. Mengapa? Kedua gergasi itu potensial penyebab terjadinya bentrokan. Para pedagang kecil asongan bisa gulung tikar, karena merugi kehilangan pelanggan. "Kekerasan structural" (baca: pemberian surat izin investor) menjadi penyebab timbulnya "kekerasan fisik" (demonstran bentrok berhadapan pengawal investor) seperti yang sudah terjadi di Sumatera Selatan, Lampung dan Sumbawa menjelang akhir tahun 2011.
2.1. Saya menerima surat kaleng yang isinya singkat: "Menanggapi Seri 1006, Gus Dur sebagai Presiden RI pernah menyatakan permintaan maaf kepada orang-orang PKI. Itu secara tersirat PKI tidak bersalah. Sekian."
Dengan adanya orang fasiq pengirim surat kaleng tsb, dan e-mail dari Kartono Mohamad maka saya lakukan tabayyun (verifikasi) sesuai Firman Allah:
Ada sebuah lubang, bentuknya seperti sumur, penduduk menamakannya Lubang Buaya. Dahulu setiap bulan Oktober menjelang musim hujan, penduduk yang percaya khurafat mendatangi sumur itu. Di sana, mereka menyelenggarakan khurafat yang disebut ruwatan. Mohon keselamatan dari ancaman bahaya banjir dipanjatkan kepada sang penguasa sumur. Tradisi khurafat ruwatan meluas ke permohonan lain, yaitu meminta limpahan rejeki dan jodoh buat anak-anak gadisnya.
Sumur Lubang Buaya terletak di Desa Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, sekitar 20 kilometer dari pusat kota. Di sanalah ditemukan dalam keadaan rusak jasad tujuh perwira militer, Letjen Ahmad Yani, Mayor Jen M.T. Hardjono, Mayor Jen R. Soeprapto, Brigjen S. Siswomihardjo, Brigjen D.I. Pandjaitan, Letnan Satu P.A. Tendean.
Tanggal 23 Mei 1965 PKI menggelar peringatan ulang tahun. Para eksponen PKI terjun ke desa-desa membawa slogan "Desa Mengepung Kota", tak ubahnya slogan Mao Tse Tung (Dong) ketika mengobarkan revolusi komunisme di China. Dalam aksinya, mereka meneriakkan kebencian terhadap unsur-unsur masyarakat yang dianggap jadi lawan-lawan politiknya. Keadaan memanas, massa PKI melakukan serangkaian pembantaian dan pembunuhan sistematis terhadap birokrat desa, dan amil zakat.
Aksi brutal PKI meresahkan rival-rivalnya. PNI (Partai Nasional Indonesia), Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indoneesia), NU (Nahdhatul Ulama), Parkindo (Partai Kristen Indonesia), Partai Katolik, PSII (Partai Syarikat Islam Indonesia), IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia), siaga menghadapi berbagai kemungkinan. PKI di satu pihak dan lawan politiknya di pihak lain, berhadap-hadapan untuk suatu konfrontasi terbuka.
Pemuda Rakyat latihan militer di Lubang Buaya untuk mempersiapkan diri melawan Malaysia, seperti diberitakan Kartono Mohamad? Juli 1965, kader-kader PKI berdatangan ke Lubang Buaya. Di sana mereka dilatih oleh sejumlah instruktur militer di bawah pimpinan Mayor Udara Sujono, Komandan Pasukan Pertahanan Pangkalan Halim. Tak hanya Pemuda Rakyat, kader-kader PKI perempuan pun ikut serta yaitu Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia). 30 September 1965 Letnan Kolonel Untung, komandan Cakrabirawa, dari Lubang Buaya memerintahkan Letnan Satu Dul Arief untuk menculik tujuh perwira militer yang telah didata. Pasukan Pasopati yang dipimpinnya segera bergerak dan membawa korban penculikan ke Lubang Buaya untuk diinterogasi. Massa yang sedang kalap menganiaya mereka hingga tewas. Jenazah para korban dibenamkan ke dalam Sumur Lubang Buaya.
Kisah-kisah menyeramkan dan mesum segera mengalir. Disebutkan, sebelum dibunuh, para perwira itu disiksa dan dijadikan bagian pesta mesum Gerwani. Sejumlah perwira disayat-sayat kemaluannya dan matanya dicungkil. Sebelum dibunuh, mereka dikelilingi kader Gerwani sambil menari-nari dan menyanyikan lagu-lagu rakyat yang sedang populer masa itu, seperti Ganyang Kabir atau Ganyang Tiga Setan Kota. Mereka yang sudah trance, beberapa perempuan Gerwani menanggalkan busananya, dan tenggelam dalam pesta gila-gilaan "Harum Bunga", yaitu, maaf, orgy seks liar.
1 Oktober 1965, Soeharto mengambil-alih tongkat komando militer Indonesia. Ia memimpin pengangkatan jenazah dari dalam sumur. Lewat Super Semar (Surat Perintah Sebelas Maret 1966), yang diteken Presiden Soekarno, Soeharto memegang komando militer dengan kekuasaan penuh. Soeharto kemudian menanda-tangani surat keputusan No.1/3/1966 untuk membubarkan PKI. Surat keputusan ini diperkuat lagi dengan Ketetapan Majelis Permusyaratan Rakyat Sementara Tap MPRS No.XXV/MPRS/1966, yang dikukuhkan oleh Tap MPR No.V/MPR/1973, yang mengamanatkan kepada Pemerintah untuk melarang penyebaran ajaran komunisme, leninisme dan marxisme. Sejak itu PKI dinyatakan partai terlarang.
Setiap tahun tanggal 1 Oktober di kawasan Lubang Buaya yang telah bersih dari hunian penduduk seluas 14 hektar, diadakanlah Upacara Kenegaraan, agar tetap terpateri dalam ingatan, tidak melupakan peristiwa pemberontakan G-30-S PKI. Dan dengan demikian terkuburlah pula upacara khurafat ruwatan Oktober kepada sang penguasa sumur. (Dari berbagai sumber)
WaLlahu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 8 Januari 2012