25 September 1994

146. Post-Modernisme Perlu Diwaspadai, Post-Modernisme dan Modernisme Setali Tiga Uang

Modernisme berakar pada pencerahan (Aufklaerung), artinya pencerahan adalah cikal bakal modernisme yang berintikan prinsip reasoning, yaitu empirisme dan positivisme. Pencerahan yang mendominasi The Age of Reason adalah sebagai reaksi dan dikhotomi dari The Age of Believe dalam kurun waktu sebelumnya yaitu kurun waktu berlangsungnya dominasi gereja terhadap alam pikiran dan sikap berpikir manusia di barat.

Kalau dominasi gereja dianggap sebagai pengungkungan individu dalam berpikir, maka modernisme melakukan pula hal yang sama. Yaitu menjagal kreasi potensi manusia di luar empirisme, oleh karena modernisme menyebarkan kekuatan-kekuatan rasional bukan hanya dalam kawasan yang empiris dan pembangunan material, namun menjangkau pula ke dalam kawasan yang bersifat etis.

Post-modernisme yang tidak rasional (tanpa konsep dan tanpa bentuk yang pasti), liar, heterogen, bahkan campur aduk, menyerang modernisme, yang sudah dianggap mapan oleh para penganutnya, secara sengit dan bersemangat (enthusiast). Ini nyata betul dalam gagasan dan kreasi-kreasi seni dan arsitektur, tidak terkecuali sikap urakan yang menonjol dalam kalangan hippis yang muak atas gaya hidup masyarakat barat produk modernisme. Dalam kesustraan Indonesia semangat menyerang secara liar itu, terlihat dalam sanjak*) Chairil Anwar: "Aku".

..............
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
..............

Kalaupun sikap Chairil Anwar itu belum dapat digolongkan dalam semangat post-modernisme, maka sekurang-kurangnya semangat binatang jalang yang meradang, menerjang, dapatlah dianggap sebagai prolog semangat post-modernisme di Indonesia. Maka pendapat sebagian orang yang mengatakan bahwa di Indonesia ini tidak perlu post-modernisme ini dihiraukan, karena kita mempunyai kebudayaan dan keperibadian sendiri, itu adalah pendapat yang tidak bijaksana. Kebudayaan barat, yang antara lain modernisme dan post-modernisme, sifatnya sangat agresif karena didukung oleh penguasaan teknologi komunikasi dan organisasi.

Ajaran Islam tidak menolak empirisme. Yang ditolak adalah empirisme tanpa kendali nilai Tawhid. Kata Nazhara (waLtanzhur, faNzhuruw, faNzhur) dalam ketiga ayat yang dikutip berikut ini sudah cukup untuk menunjukkan empirisme yang berkendali nilai Tawhid itu:
Ya-ayyuha- Lladziyna A-manuw Ittaquw Lla-ha waLtanzhur Nafsun ma- Qaddamat liGhadin waTtaquw Lla-ha Inna Lla-ha Khabiyrun bima- Ta'lamuwna. Hai orang-orang beriman taqwalah kepada Allah dan mestilah setiap diri menilik apa yang lalu untuk hari esok dan taqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah memonitor apa yang engkau kerjakan (S.AlHasyr,18).
Fasiyruw fiy lArdhi faNzhuruw kayfa Ka-na 'A-qibatu lMukadzdzibiyna. Maka menjelajalah di bumi dan tiliklah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (Allah) (S.Ali'Imra-n,137).
FaNzhur ilay A-tsa-ri Rahmati Lla-hi kayfa Yuhyi lArdha ba'da Mawtiha- Maka tiliklah produk (output) rahmat Allah bagaimana (Dia) menghidupkan bumi sesudah matinya (S.ArRuwm,50).

Positivisme yang mempersempit wawasan hanya sebatas alam syahadah (physical world), yaitu yang hanya dapat dideteksi oleh pancaindera dan instrumen, tidak menghiraukan Wujud Allah (agnostik) atau tidak mempercayai Wujud Allah (ateis) atau percaya akan Tuhan tetapi tidak percaya adanya whyu (deis) sudah tentu ditolak oleh ajaran Islam.

Pengasuh kolom WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU ini merasa bertanggung-jawab, sekurang-kurangnya sebagai penjaga gawang aqidah terhadap pengaruh modernisme dan post-modernisme terhadap ummat Islam, utamanya bagi para remaja Muslim yang sikap berpikirnya belum mapan. Modernisme dan post-modernisme adalah ibarat setali tiga uang, tidak ada bedanya, yaitu gerakan orang-orang yang tidak percaya akan adanya wahyu (deis, agnostik, dan ateis).

Para intelektual Muslim yang ber-Iqra Bismi Rabbika hendaklah menjadi penjaga gawang dari serbuan agresif budaya barat modernisme dan post-modernisme ini. Bahwa sampai pada yang teknispun para intelektual Muslim hendaklah senantiasa mengisinya dengan nilai Tawhid. Sebagai contoh, berikut ini akan saya kutip sekelumit dari materi yang saya sajikan dalam Pendidikan-Pelatihan Teknologi Reparasi Mesin Kapal Tingkat Supervisor bagi Perusahaan Industri Perkapalan se Indonesia yang diselenggarakan atas kerjasama Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin dan Elektronika Departemen Perindustrian dengan Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja, dalam permulaan bulan September ini. Materi yang saya sajikan adalah Working Procedure and Schedule Quality. Inilah kutipan itu:

Critical Path Scheduling (CPS), yang merupakan bagian dari Network Planning, yang terbukti merupakan alat yang efektif dalam menata-laksana proyek-proyek konstruksi yang besar, dapat pula sangat efektif jika diaplikasikan dalam kegiatan-kegiatan overhaul, perawatan (maintenance) mesin-mesin. Dengan CPS ini orang memungkinkan melihat kegiatan-kegiatan itu secara menyeluruh, dan secara khusus orang dengan mudah melihat bagaimana keterkaitan hubungan kegiatan-kegiatan itu. Jadi berbeda dengan alat yang lama yaitu Diagram Balok (Gantt Chart) yang hanya memungkinkan orang melihat waktu start dan waktu selesai setiap kegiatan, sedangkan bagaimana keterkaitan hubungan kegiatan itu, tidak nampak dalam Diagram Balok tersebut. Sungguhpun demikian Diagram Balok masih berguna untuk para mandur (foreman), oleh karena kesederhanaannya, sedangkan CPS diperuntukkan bagi level manajemen pengawas (supervisor) ke atas. Oleh karena itu tindak lanjut dari CPS adalah membuat Diagram Balok bagi para mandur.

Di samping keperluan Diagram Balok bagi para mandur seperti telah diterangkan di atas, Diagram Balok berguna pula untuk keperluan monitoring. Monitoring ini perlu dilakukan, oleh karena hasil kemajuan pekerjaan di lapangan belum tentu sesuai dengan perencanaan penjadwalan (scheduling). Das Sein pada umumnya tidak sesuai benar dengan das Sollen, oleh karena Manusia berencana, namun Allah SWT Yang menetapkan. Perencanaan manusia yang dianggapnya baik baru terkabul, apabila rencana manusia yang bersifat mikro sinkron dengan Rencana Makro dari Allah SWT. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 25 September 1994
-------------------------------
*) sanjak = kesusastraan yang berbentuk puisi