7 Juli 2002

531. Jalur Satelit-Satelit Matahari dan Masalah Bahasa

Firman Allah SWT:
-- KL FY FLK YSBHWN (S. YS, 40), dibaca: kullun fi- falakiy yasbahu-n (s. ya-sin), artinya: tiap-tiap sesuatu berenang dalam falaknya (36:40). Sudah terlalu lama kita berkecimpung di permukaan bumi ini. Maka kini eloklah pula kita menengadah ke atas. Memperbincangkan falak atau jalur satelit-satelit matahari yang berbentuk irisan kerucut. Apa itu irisan kerucut? Tebaslah sebuah kerucut tegak lurus pada sumbunya. Maka bentuk irisan hasil tebasan itu adalah lingkaran. Jika kerucut itu ditebas tidak tegak lurus melainkan miring terhadap sumbu kerucut, maka irisan hasil tebasan itu berbentuk elips. Kalau pada lingkaran terdapat titik pusat, yaitu semua titik pada lingkaran jaraknya sama ke titik pusat yang disebut jari-jari, maka pada elips mempunyai yang disebut titik api, jumlahnya dua butir. Dengan demikian semua titik pada elips mempunyai dua potong garis semacam "jari-jari" yang panjangnya tidak sama. Ciri khas elips ialah semua titik pada elips itu jumlah kedua "jari-jari" itu sama panjangnya. Sehingga apabila kedua titik api itu berimpit, maka elips itu akan menjadi lingkaran.

Matahari terletak pada salah satu titik api elips, di mana merupakan jalur atau garis edar dari hampir semua satelit-satelit matahari mengorbit matahari. Bumi yang merupakan salah satu satelit matahari terletak pada salah satu titik api elips garis edar bulan mengorbit bumi. Namun karena kedua titik api itu sangat dekat sehingga secara aproksimasi dianggap berimpit, maka bulan dianggap mengorbit bumi dalam bentuk lingkaran.

Masih ada tiga jenis lagi irisan kerucut. Apabila kerucut itu ditebas sejajar dengan sisi kerucut, maka irirsan hasil tebasan itu berbentuk garis lengkung terbuka yang disebut parabola. Telah disebutkan di atas bahwa hampir semua satelit-satelit matahari mengorbit matahari dalam bentuk elips, artinya ada satelit matahari yang jalurnya tidak berbentuk elips, melainkan parabola. Itulah dia yang disebut komet yang muncul sekali-sekali di atas bola langit, yang berekor panjang sekali, sehingga komet itu disebut pula bintang berekor. Banyak komet diperkirakan menempuh jalur berbentuk parabola dalam beredar melintasi matahari sebagai titik pusat parabola. Dikatakan beredar melintasi, oleh karena parabola itu bukan garis lengkung tertutup, melainkan garis lengkung terbuka, maka sekali datang mendekat matahari pada jalur kaki parabola yang satu, kemudian meninggalkan matahari melalui jalur kaki parabola yang satu lagi untuk pergi selamnya dan tidak pernah kembali lagi. Kecuali beberapa komet ada yang "direnggut" oleh gravitasi matahari dari orbit asalnya yang berbentuk parabola itu menjadi elips, sehingga secara periodik komet itu menampakkan diri, seperti misalnya Komet Halley.

Apabila kerucut itu ditebas sejajar dengan sumbu kerucut, maka irisan hasil tebasan itu berupa garis lengkung terbuka yang disebut hiperbola. Sampai sekarang orang berkeyakinan tidak ada satelit matahari yang lintasannya berbentuk hiperbola. Apabila kerucut itu ditebas tepat pada sumbu kerucut, maka irsan hasil tebasan itu berbentuk dua garis berpotongan pada titik puncak kerucut. Irisan kerucut terakhir ini juga diyakini tidak ada satelit matahari yang menempuh jalur seperti itu.

***

Di atas saya memakai ungkapan menengadah ke atas. Sesungguhnya menengadah sudah berarti melihat ke arah atas kepala, jadi sesungguhnya bubuhan ke atas sesudah kata menengadah suatu kelebihan yang tidak perlu. Itulah bahasa, tidak mengikuti logika bermatematika. Di samping pemakaian menengadah ke atas juga ada kalanya dipakai pula ungkapan menunduk ke bawah. Ini juga berlebihan, sebab menunduk sudah berarti melihat ke bawah ke arah kaki. Berteriak nyaring, ini juga kelebihan sebab kalau orang berteriak maka suaranya pasti nyaring. Penguatan ke atas dan kebawah serta nyaring tersebut disebut bergaya hiperbola. Di sini bahasa bertemu dengan matematika, hiperbola irisan kerucut yang ditebas sejajar dengan sumbunya.

Di atas saya pakai istilah bahasa Inggris yang telah diadopsi ke dalam kosa kata bahasa Indonesia, yaitu kata aproksimasi dari approximation. Saya tidak pakai istilah "pendekatan", oleh karena pendekatan ini punya dua makna: approximation dan approach. Tidaklah perlu kita malu untuk mengakui bahwa dalam beberapa hal bahasa Indonesia masih ada kekurangannya. Misalnya bulan dalam bahasa Indonesia mempunyai dua makna, yaitu qamar, moon dan syahr, month. Sebaliknya bahasa Indonesia dalam beberapa hal lebih kaya dari bahasa Belanda: lengan, miskin, dan malang dalam bahasa Belanda semuanya dikatakan "arm". Kita dan kami tidak dapat dibedakan dalam bahasa Arab, Inggris, Jerman dll, yaitu nahnu, we, wir. Saya teringat akan sebuah film Indonesia yang menceritakan zaman penjajahan Belanda (lupa judulnya) Dalam sebuah adegan seorang controleur memarahi staf bawahannya yang semuanya pribumi. "Jullie zijn ezels". Para staf menjawab: "Ya, mijnheer, wij zijn ezels". Kembali membentak sang controleur: "Jullie hoor, maar ik niet". (Jullie zijn ezels = kamu semua keledai. Ya, mijnheer, wij zijn ezels = ya, tuan kita atau kami keledai. Jullie hoor, maar ik niet = Hai kamu semua, tetapi saya tidak. Karena wij dapat berarti kita atau kami, maka wij itu dapat berarti kita, jadi termasuk pula sang controleur seperti keledai, sehingga sang controleur membersihkan dirinya bahwa dalam kata wij tidak termasuk dirinya, artinya dalam bahasa Indonesia maknanya wij = kami).

Insya Allah dalam seri berikut akan diperbincangkan satelit matahari yang pengacau dan terrorist, yang jalurnya berbentuk parabola dan elips. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 7 Juli 2002