15 September 2002

541. Siapapun Mereka Pelakunya

Kehebatan Amerika dalam mempublikasikan misinya memang luar biasa. Alangkah mudahnya Amerika menembak sasaran dan menjatuhkan vonis "Sadis", "Kejam", "Teroris". Dia menguasai seluruh jaringan media massa yg tersebar di seluruh dunia. Melalui media massa itu dia pempropagandakan ajaran "luhurnya". Betapa simpatiknya cara penyampaian ajaran itu, sehingga orang tidak sadar telah "dicuci otaknya" untuk memeberikan "usapan" simpati.

Penayangan CNN tentang peristiwa 11 September 2001 / runtuhnya WTC yg disiarkan nonstop 24 jam secara berulang-ulang untuk menyentuh perasaan pirsawan, sehingga yg menonton terbawa arus ikut terharu, sedih dan menangis, yg kemudian berakhir pada "kutukan" terhadap pelaku teror. Sehingga tidak menyadari tingkah laku Amerika selama ini. Betapa halusnya cara penyampaian ajaran itu, sehingga pirsawan dapat terbuai dan tanpa sadar "membasuh", "mengusap", "membelai" memberikan rasa salut dan kasih sayang. Begitu gampangnya hati orang dibuai untuk menuding betapa kejamnya "teroris" yg telah melakukan itu. Betapa sadisnya dan biadabnya perbuatan itu. Dan begitulah opini umum dibina untuk lebih mempercayai apa yg mereka lihat secara pragmatis (penglihatan Musa), ketimbang melihat secara hakikat (penglihatan Nabi Khidhir AS). [Musa yang pada waktu itu belum Nabi menjadi kesal melihat Nabi Khidhir merusak perahu, membunuh remaja putera].

Siapapun mereka pelakunya, yg sudi mengorbankan nyawa dan hartanya, hanya untuk satu tujuan: MENGHANCURKAN musuhnya, kalau dia tidak benar-benar punya alasan yg kuat? Apakah kemampuan membajak pesawat berawak besar hanya dengan menggunakan pisau cutter, yg biasa digunakan memotong kertas, bisa dimiliki oleh orang yg tak waras? Siapapun mereka pelakunya, bagaimana bisa keamanan negara super power dan penguasa dunia itu dijebol oleh orang yg tak punya tujuan? Bagaimana mereka, siapapun pelakunya, berhasil menerapkan prinsip-prinsip dasar dari serangan udara terhadap sasaran-sasaran strategis yang bernilai politis, ekonomi, dan militer yang sangat tinggi. Serangan ini bukan sekadar serangan dengan pola taktik pasukan khusus, namun jauh lebih rumit, menggunakan sistem perencanaan, riset, pelatihan dan pelaksanaan sebagaimana layaknya serangan udara modern, siapapun mereka pelakunya. Dan opini umum menuduh mereka teroris. Jelas para pembajak itu, siapapun pelakunya, punya TUJUAN. Jelas mereka mengorganisir semua itu untuk satu tujuan, walau mereka sendiri bersedia untuk tidak melihat "hasil karya" mereka.

Siapapun mereka pelakunya, apa yang telah dilakukan mereka, telah pernah pula diterapkan oleh Amerika di Vietnam dan perang Teluk, serta terhadap kediaman Muammar Qadhdhafi di Tripoli dan Benghazi. Cara serupa pernah dilakukan Israel dalam beberapa operasi udara seperti serangan udara terhadap reaktor nuklir Irak. Yg berbeda adalah, Amerika menggunakan peralatan perang yang mahal dan canggih, karena takut mati, sedangkan para "teroris" itu, siapapun mereka pelakunya, menggunakan "ilmu kancil" dan otak mereka serta "merekayasa" pesawat penumpang berbadan lebar sebagai senjata penghancurnya. Mereka telah melaksanakan misinya dengan tingkat efisiensi dan efektivitas tinggi serta mencapai hasil yang luar biasa, siapapun mereka pelakunya.

Ketika Amerika merasa malu, bahwa "harga dirinya" diinjak-injak, dia mencari kambing hitam, siapa lagi kalau bukan Usaamah ibn Ladin (Lidah barat yg keseleo menyebetunya Osama ben Laden), seorang Muslim yg sepanjang hidupnya mempersembahkan harta, jiwa dan raganya untuk membela umat Islam di Saudi, Sudan, Chechnya, Irak, Kashmir, Palestina dan terakhir di Afghanistan. Dan untuk sekedar menangkap seorang Usamah, yg oleh Amerika disebut teroris, amerika yg sudah super power itu perlu mengajak dunia untuk turut serta BERPERANG dan siap menghancurkan negara mana saja yg menghalangi niatnya. Beramai-ramai Amerika-Inggris mengeroyok Afghanistan, negara miskin yg BARU mengalami kedamaian dan ketenangan di bawah kekuasaan Thaliban (Dan pasti akan terus berlanjut menjadi Negara Islam Afghanistan yg adil dan makmur, minimal seperti Iran, kalau tidak dihancurkan oleh Amerika dan Inggris). Dan karena takut dicap sebagai negara yg tidak "demokratis", negara-negara yg diundang tak segan-segan mendukung Amerika. Lebih-lebih negara berkembang, yg takut kena sanksi.

Itulah dia Amerika, berusaha dg segala daya upaya, dari delapan penjuru mata angin, melancarkan jurus-jurusnya, meneruskan tradisi nenek moyangnya sejak pertama merampas tanah dan membantai orang-orang Indian, menginjak, menindas, mempengaruhi dan mengendalikan orang lain, hingga entah kapan. Dan orang - orang yg sadar, yg merasa ngeri akan sepak terjangnya, dan menyimpan dendam kesumat akibat ulahnya, terakumulasi dalam segala bentuk teror dan ancaman, guna mencegah meluasnya wabah yg dibawa Amerika. Dan orang-orang yg MENGETAHUI bahaya tersebut, siapapun pelakunya , dan berusaha mencegah supaya tidak meluas memang sedikit jumlahnya, seolah, memang, pengejawantahan dari firman Allah:
-- WALLH GHALB 'ALY AMRH WLKN AKTSR ALNAS LA Y'ALMWN (S. YWSF, 21), dibaca: WaLla-hu gha-libun wala-kinna aktsaran na-si la- ya'lamu-n (s. yu-suf), artinya: Allah Maha Kuasa atas urusanNya, namun kebanyakan manusia tiada mengetahui (12:21). Tanyalah diri anda apakah termasuk dalam aktsaran na-su (kebanyakan manusia) atau qali-lun na-su (manusia yang sedikit). WaLlahu a'lamu bishshawab

*** Makassar, 15 September 2002